Perdebatan Soal kunjungan Knesset

Perdebatan Soal kunjungan Knesset

Mohon maaf....cukup lama saya meninggalkan rumah blog I-I. Semoga tidak membuat kapok rekan-rekan yang rajin berkunjung. Tulisan berikut ini mengalir di pulau Dewata sambil minum air kelapa, menyaksikan intel- intel muda yang sedang beraksi. Mohon dibaca dengan santai pula..... --------------------------- Sejak pertengahan April terjadi gaduh rencana kunjungan knesset ke bali tgl 29 April - 4 Mei 2007, padahal pada awal April rencana itu sudah terdengar dan akan diupayakan kunjungan yang mulus seperti pada pertemuan ESCAP di Jakarta yang berhasil ditembus Dubes Israel untuk Thailand.

Hanya untuk diketahui oleh pembaca, bahwa intelijen dimanapun juga pada prinsipnya adalah berupaya menimimalkan permusuhan, namun pada saat yang bersamaan juga tidak ingin digobloki terus-menerus dengan kebohongan.

Tim Kidon sudah berhasil meyakinkan beberapa unsur penting di NKRI untuk memuluskan kunjungan knesset, hebatnya tanpa keuntungan apapun bagi NKRI....malahan berpotensi mengundang kekesalan umat Islam yang masih melihat ketidakadilan di Palestina. Secara politis, kunjungan Knesset akan sangat besar manfaatnya dalam mencatatkan keberhasilan politik luar negeri Israel. Walaupun itu semua masih sebatas image/citra dan belum menyentuh persoalan riil hubungan Indonesia-Israel, secara perlahan namun pasti upaya-upaya diplomatis akan terus dilakukan.

Agak pusing juga jika kita berargumentasi di wilayah diplomasi, dimana Indonesia tidak akan pernah bisa berperan besar dalam pertikaian Israel-Palestina karena Indonesia belum mengakui eksistensi Israel. Namun bila Indonesia masuk dalam permainan diplomasi dengan membuka diri terhadap Israel, maka pengaruh deras Israel ke Indonesia tidak akan terbendung lagi. Pengaruh yang bukan hanya berasal dari Tel- Aviv, namun juga dari komunitas Yahudi internasional yang telah mapan di sebagian besar negara-negara Barat.

Sesungguhnya yang Blog I-I harapkan adalah kecerdasan luar biasa bisa lahir dalam diri bangsa Indonesia dalam melihat geopolitik dunia serta kemampuan menghitung kekuatan politik di dunia serta kecakapan dalam mengelola kepentingan nasional Indonesia tanpa menyakiti rakyat dan mayoritas umat Islam di Indonesia.

Perhatikan respon Menlu kita yang terhormat dengan hanya menyampaikan bahwa kunjungan Knesset adalah hal lumrah dan bukan hak Indonesia untuk menolak kehadiran Knesset, sebuah pernyataan persis yang dimaui Tim Knesset.

Kembali ke soal perdebatan, saya ingin menyampaikan kepada segenap unsur umat Islam yang kemarin menyampaikan protes keberatan seperti KISDI, HTI, FUI, DDII, MMI, FPI, KISPA, IPS, dan juga Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, serta sejumlah tokoh elemen PKS, dan berbagai organisasi Islam lainnya, bahwa hubungan antara Islam dan

NKRI adalah pokok persoalan yang harus dipahami dengan seksama.

Dari sudut pandang sejumlah kelompok Muslim Indonesia, penolakan terhadap Israel adalah sebuah kewajiban dalam kerangka solidaritas umat, khususnya dalam kasus penindasan terhadap bangsa Palestina. Namun dari sudut pandang intelijen dan NKRI, perhatian utama yang diberikan adalah bukan pada soal Palestina semata, melainkan juga soal eksistensi dan kepentingan nasional Indonesia Raya. Kepentingan yang harus mencerminkan kehendak bersama segenap elemen bangsa Indonesia yang bersatu.

Saya masih ingat mengapa Gus Dur misalnya mencoba mendekati Israel, tanpa prasangka buruk...kita harus menghargai sebuah upaya diplomatis bila Indonesia ingin bisa melakukan sesuatu untuk Palestina. Itulah sebabnya saya memimpikan bahwa insan-insan diplomat dan intelijen Indonesia memiliki kemampuan maksimal dalam mengartikulasikan kepentingan-kepentingan tersebut tentunya dengan perhitungan yang matang.

Bukan gaya-gayaan, bukan diplomat kambing congek bertopeng Doktor, bukan rekayasa kepentingan pimpinan, serta bukan taktik jangka pendek yang tidak berkelanjutan. tetapi sebuah grand strategy dalam menghadapi dinamika politik dunia.

Dengan demikian, para pemimpin diplomasi kita tidak akan tampak tolol dengan pernyataan-pernyataan yang dibingkai secara cerdas. Perlu Dengan demikian, para pemimpin diplomasi kita tidak akan tampak tolol dengan pernyataan-pernyataan yang dibingkai secara cerdas. Perlu

Sekian