Rethinking Ancaman Asing

Rethinking Ancaman Asing

Artikel Blog I-I berdasarkan pendekatan rethinking tidak lagi menggunakan nomor karena mungkin akan lebih enak bila langsung tecantum dalam judulnya seperti artikel kali ini.

Entah sudah berapa kali masalah ancaman asing saya angkat dalam Blog I-I, dan entah sudah berapa puluh atau ratusan artikel dan analisa di media massa mengenai ancaman asing terhadap Indonesia Raya.

Sejak pendidikan dasar hingga kita menjejakkan kaki di dunia pendidikan tinggi atau di dunia militer atau di dunia politik praktis, pemikiran strategis tentang eksistensi Indonesia Raya begitu kuat di kepala kita. Mulai dari soal letak geografis, kekayaan sumber daya alam, potensi jumlah penduduk yang besar, latar belakang kebesaran sejarah masa lalu kerajaan nusantara, sejarah perjuangan nasionalisme Indonesia, kekuatan faktor Islam, sampai kepemimpinan regional kawasan, kesemua itu membangkitkan sebuah keyakinan tentang Indonesia Raya yang kuat.

Tetapi.... Tetapi dibalik sejumlah potensi kebesaran Indonesia Raya, tersimpan keyakinan umum tentang adanya ancaman asing yang tidak menghendaki Indonesia Raya yang kuat. Siapakah si ASING tersebut ???

Apakah generalisasi kepentingan asing yang mengobok-obok Indonesia Raya tersebut valid adanya? Kita tentu saja perlu melakukan introspeksi Apakah generalisasi kepentingan asing yang mengobok-obok Indonesia Raya tersebut valid adanya? Kita tentu saja perlu melakukan introspeksi

Apa yang telah terjadi selama 62 tahun ini adalah terjadinya pertemuan kepentingan dari situasi domestik Indonesia dengan unsur-unsur asing yang memanfaatkan keadaan dan kebodohan kita untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Asing tersebut tidak terbatas pada negara Barat, tetapi juga Jepang, China, Australia dan negara-negara tetangga. Hal itu sebenarnya wajar saja karena setiap negara tentunya bersandar pada kepentingan nasionalnya yang diperjuangkan secara optimal yang seringkali harus menekan kepentingan negara lain. Dengan kata lain konflik, kompetisi, perebutan eksploitasi kekayaan alam, tipu- menipu diplomasi, serta berbagai operasi intelijen tidaklah terhindarkan. Akan sangat naif apabila kita bertindak bodoh dengan memasrahkan diri pada kebaikan negara asing, omong kosong!! tidak ada makan siang yang gratis begitu kata pendahulu pejuang kemerdekaan Indonesia dahulu.

Kepentingan asing ada dan akan selalu ada. Semakin besar kepentingan asing tersebut, maka akan semakin besar pula tingkat operasi intelijen yang dikembangkan di negeri Indonesia Raya. Operasi intelijen juga tidak selalu identik dengan sebuah kerjaan besar yang mendorong pada kehancuran sebuah negara. Dalam kasus Indonesia, operasi intelijen yang dikembangkan oleh CIA misalnya lebih pada pemeliharaan kondisi agar Indonesia mudah dikendalikan untuk kepentingan Amerika Serikat. Salah satu teknik halus pengkondisian tersebut misalnya melalui tangan-tangan intelektual penganut faham ekonomi liberal dan politik demokrasi. Betapapun kita ikut merasakan adanya hal-hal yang baik dalam perubahan reformasi, kita tidak akan pernah bisa melakukan antisipasi terciptanya ruang konflik domestik yang lebih besar. Bahkan lucunya CIA sendiri tidak mampu memperkirakan langkah bangsa Indonesia, namun berkat ratusan operator informasi CIA di bumi Indonesia ini lama-kelamaan Indonesia menjadi mudah diprediksi.

Sekali lagi Blog I-I perlu menegaskan bahwa kebodohan dan hilangnya saling percaya diantara sesama komponen bangsa Indonesia semakin mempermudah operasi intelijen asing di Indonesia. Kita seperti terombang-ambing dalam pusaran permainan asing.

Akibatnya...kita meyakini teori konspirasi tentang kepentingan asing yang mengobok-obok Indonesia Raya dengan tujuan kehancuran Indonesia Raya...Oh Bangsa Indonesia sadarlah dan menjadi cerdaslah dalam melihat persoalan bangsa.

Pertama kesalahan fatal ada dalam diri kita, berikutnya unsur asing sangat mudah memanfaatkan kelemahan tersebut. Bahkan intelijen asing telah berhasil memanfaatkan lemahnya persatuan dan kesatuan Intelijen Indonesia dengan cara mempermainkan operasi yang seolah-oleh merupakan kerjasama, padahal intelijen asing tersebut tidak lagi membutuhkan kerjasama..., informasi mereka begitu berlimpah.

Apalagi rekan-rekan yang sudah paham tentang mekanisme kerja clayton dan echelon, sesungguhnya Blog I-I ini sangat mudah dideteksi dan dimatikan, termasuk diri saya sendiri. Mereka sudah tahu bahwa saya memelihara Blog dari beberapa daerah di Indonesia dan beberapa negara di kawasan Asia. Mengapa belum juga ada langkah eksekusi terhadap Senopati Wirang? Hal itu karena saya menggunakan cara komunikasi tradisional bertingkat. Sekedar berbagi pengalaman dengan rekan-rekan Blog I-I, hal ini menjadi kewajiban bagi hampir seluruh gerakan underground dunia internet, termasuk beberapa kenalan saya yang dikejar-kejar pemerintah China. Saya kira detail bagaimana saya memelihara Blog I-I sudah bisa diterka oleh rekan-rekan semua. Dengan demikian, saya sarankan kepada rekan-rekan untuk giat mempelajari teknologi internet ini.

Saya tentu saja punya semua IP address bahkan sampai di titik mana rekan-rekan online. Apa yang rekan Bajil demonstrasikan tentang IP address bukanlah canda biasa, tetapi sebuah peringatan tentang kehati- hatian. Bisa dilakukan IP semu, muter dulu ke negara lain atau wilayah lain. Saya pribadi tidak ada kepentingan khusus dengan rekan-rekan Blog

I-I selain membangun semangat Indonesia Raya dengan bersikap kritis terhadap kondisi negara kita. Saya bersumpah tidak akan memanfaatkan informasi tentang rekan-rekan Blog I-I kepada siapapun. Sebaliknya saya juga mudah untuk rekan-rekan selidiki, jadi mohon ikutlah untuk menjaga eksistensi Blog I-I.

Kembali pada soal rethinking, pekerjaan besar yang harus terus dikembangkan adalah grand strategi intelijen dalam menghadapi operasi intelijen asing di nusantara. Dari keseluruhan unit intelijen di negeri ini, unit yang paling lemah adalah kontra intelijen. Pada masa lalu kita mampu mengungkap sejumlah operasi intelijen yang dilakukan kelompok komunis maupun liberal, sehingga kita cukup disegani...hal itu bisa terjadi karena kita cukup cerdik memanfaatkan situasi perang dingin. Kalo sekarang dengan situasi global yang begitu dinamis maka diperlukan sebuah konstruksi organisasi dan human intelligent yang handal. Selain itu sinergi intelijen sipil dan militer juga harus ditata dalam sebuah pola hubungan yang seimbang dan saling mengisi dan bukan saling menghantam. Konsentrasi pada persoalaan terkini dan yang paling mengancam juga harus ditekankan guna mempertajam perkiraan keadaan yang harus diantisipasi dengan kebijakan yang tepat.

Kondisi politik domestik dalam kerangka demokrasi yang sarat kepentingan kelompok seyogyanya perlu dibingkai dengan kerelaan memikul beban amanat seluruh komponen bangsa Indonesia. Otonomi daerah tidaklah identik dengan kebebasan dari pengaruh pusat dan kehura-huraan dalam mengelola daerah, melainkan justru menjadi Kondisi politik domestik dalam kerangka demokrasi yang sarat kepentingan kelompok seyogyanya perlu dibingkai dengan kerelaan memikul beban amanat seluruh komponen bangsa Indonesia. Otonomi daerah tidaklah identik dengan kebebasan dari pengaruh pusat dan kehura-huraan dalam mengelola daerah, melainkan justru menjadi

Mohon koreksinya atas ketergesaan dalam melakukan rethinking

Semoga Bermanfaat