Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu Dalam sebuah pertemuan penasihat spiritual level nasional yang kebetulan

Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu Dalam sebuah pertemuan penasihat spiritual level nasional yang kebetulan

dihadiri seorang rekan Blog I-I, terdengar sebuah cerita yang memprihatinkan. Saya persingkat ringkasan cerita itu sbb:

1. Meskipun ada kesadaran bahwa pemikiran taktis jangka pendek sangat merugikan rakyat Indonesia, tetapi apa daya...semua kelompok politik berpikir taktis bagaimana mencapai kekuasaan pada 2009.

2. Di masyarakat mulai muncul kelompok-kelompok yang menyoroti sikap partai politik dan kekuatan politik yang pragmatis, taktis dan tidak peduli pada masa depan bangsa. Tetapi apa daya, toh rakyat masih lemah dan tercerai berai serta membutuhkan motor penggerak seperti mahasiswa dan tokoh berpengaruh. Namun, dengan masuknya tokoh berpengaruh dalam berbagai kekuatan politik, hampir tidak mungkin ada kekuatan alternatif yang akan mengubah wajah demokrasi yang bersimbah uang haram dan kepentingan elit busuk.

3. Kelompok-kelompok yang menyoroti permasalahan bangsa dan pembangunan bangsa Indonesia itu memang bagaikan anjing- anjing lapar yang sebenarnya bila mendapatkan kesempatan merubah nasib bangsa-pun tidak akan mampu, jadi bisa diabaikan. Tetapi kekuatan moral yang tulus dari anjing-anjing kurus yang mampu menahan godaan dari dahaga duniawi sangat berbahaya bagi stabilitas kemaksiatan dan pemeliharaan harta dan kekuasaan kafilah-kafilah ekonomi dan politik.

4. Sebagian besar dari kita (penasihat spiritual) sudah melanggar kode etik alam semesta dengan menanggung laknat Tuhan, demi sesuatu yang rendah. Meskipun demikian, kita sadar betul letak kesalahan kita sehingga bencana di bumi nusantara tidak akan berhenti sampai puncaknya. Tetapi bukankah kita senantiasa mohon ampunan pada Penguasa Alam Semesta dan kita juga sama-sama mahfum bahwa bencana ini sudah tertulis sampai waktu tertentu.

5. Memahami kerusakan tidak berarti membiarkannya, karena di negeri yang makmur ini kerusakan disebabkan oleh manusianya, khususnya sedikit orang yang menguasai hajat hidup orang banyak. Tahun lalu sudah hadir seorang arif bernama SP yang merencanakan perjalanan spiritual ke seluruh nusantara membawa pesan moral memperbaiki niat dan perbuatan. Meskipun terjadi pembajakan dengan semboyan revolusi nurani oleh kelompok yang cukup kuat, manusia arif akan melihat perbedaan hakikat niat tulus dengan niat duniawi.

6. Seruan kepada tokoh agama untuk menarik diri dari panggung politik cukup mendesak, karena semua yang ada di dalam arena politik yang rusak akan ikut rusak. Pengecualian hanya ada dalam individu yang teguh memegang tali yang kuat, yaitu keikhlasan dalam bekerja untuk masa depan rakyat Indonesia, demi kebahagiaan hakiki kembali pada Yang Maha Penyayang.

7. Jual-beli kekuatan alam semesta dalam bentuk energi potensial yang terbungkus dalam simbol-simbol kekuasaan dan kekerasan sudah mencapai keadaan yang sangat merusak adab dan perilaku 7. Jual-beli kekuatan alam semesta dalam bentuk energi potensial yang terbungkus dalam simbol-simbol kekuasaan dan kekerasan sudah mencapai keadaan yang sangat merusak adab dan perilaku

8. Sungguhpun kafilah-kafilah kekuasaan akan tetap berlalu manakala ada gonggongan anjing-anjing kurus yang tulus dan mampu menahan dahaga duniawi, dalam waktu bersamaan lahir beberapa kekuatan-kekuatan moral yang kokoh, maka kumpulkanlah jaring kekuatan moral itu tanpa ikatan politik.

9. Janganlah marah karena nafsu menghendaki kemarahan, janganlah marah karena tidak kebagian, janganlah marah karena tidak berdaya, janganlah marah karena motivasi keduniaaan. Marahlah pada tempatnya, sesuai dengan kemampuannya, serta langsung pada jantung sasaran dengan berhati besar tanpa tujuan lain yang merusak.

Sekian

Catatan: Blog I-I menyadurnya dari sumber yang tidak mau disebutkan, karena beberapa pengunjung Blog I-I tampak sudah tidak sabar dengan keadaan negara Indonesia Raya.

Posted by Senopati Wirang / Wednesday, June 27, 2007

Rethinking 03

Bayangkan apa jadinya bila informasi super sensitif mampir ke Blog I-I dan dipublikasikan, ambil saja contoh kasus Munir. Bayangkap apa jadinya jika Blog I-I tidak tahu bahwa informasi itu sangat sensitif dan terlanjur diungkapkan kepada publik.

Bayangkan juga jika Senopati Wirang tidak lebih dari seorang awam yang tidak tahu apa-apa, namun karena derasnya informasi bisa membuat Blog I-I tetap eksis.

Bayangkan juga jika Senopati Wirang adalah ternyata seorang agent of influence didikan Mossad dan Langley yang sedang merancang kehancuran Indonesia Raya, langsung di jantung intelijen. Bukankah banyak orang asing yang sangat fasih menulis dalam bahasa Indonesia.

Bayangkan jika Senopati Wirang memang benar-benar pesiunan yang sakit-sakitan serta cukup sakit hati untuk membangun Blog I-I. Bayangkan jika Senopati Wirang hanya seorang penggemar IT yang berada di jantung informasi rahasia negara.

Bayangkan jika Senopati Wirang hanya anak ingusan dari pejabat intelijen yang sembarangan membawa tugas ke komputer di rumah sehingga mudah dibaca oleh sang anak.

Bayangkan jika Senopati Wirang adalah agen muda yang tersingkir dari percaturan utama dunia intelijen dan menjadi super kreatif membangun jaringnya sendiri.

Bayangkanlah..... Rethinking adalah sebuah proses membuka pandangan seorang agen untuk melihat keseluruhan kemungkinan yang bisa terjadi dalam suatu persoalan yang menjadi perhatian intelijen. Jangan pernah berasumsi secara linear terhadap setiap kasus yang anda dalami. Cara pandang komprehensif memang akan melelahkan karena diperlukan wawasan dasar yang cukup dan energi yang besar untuk dapat menekuninya, sampai suatu saat anda bisa secara sistematis memiliki insting intelijen. Percayailah insting tersebut bila anda telah mendalami dan mengujinya ratusan kali, insting intelijen akan sangat menolong dalam pekerjaan.

Anda akan tahu kapan memulai, kapan berhenti, kapan memberikan detail persoalan, kapan memberikan perkiraan umum, serta anda akan selalu menyimpan "sesuatu" yang akan menyelamatkan nyawa anda. Sekian Contoh sengaja diarahkan kepada saya sendiri agar lebih mudah dipahami. Selanjutnya terserah anda bagaimana memandang Senopati Wirang, sangat bergantung pada wawasan dasar dan insting intelijen yang anda miliki.

Posted by Senopati Wirang / Saturday, June 16, 2007