48
4 KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN LAHAN
SUKU MENTAWAI DI CAGAR BIOSFER PULAU SIBERUT
4.1 Pendahuluan
Sumber daya alam SDA berupa lahan merupakan sumber daya penting bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat perdesaan yang umumnya
memanfaatkan lahan sebagai sumber mata pencaharian. Lahan bukan hanya terdiri atas tumpukan tanah dan tumbuhan atau satwa yang berada di atasnya, lebih jauh
dari itu lahan menyangkut aspek sosial terkait hak kepemilikannya.
Hak kepemilikan property rights dapat didefinisikan sebagai sebuah paket
dari hak yang mendefinisikan siapa pemilik hak, hak istimewa, dan batasan terhadap penggunaan sumber daya alam Bromely 1991. Hak kepemilikan
menentukan jenis klaim kita terhadap sumber daya dengan menentukan apa yang bisa dan tidak bisa lakukan dan siapa yang berhak. Mereka menentukan insentif
jangka panjang dalam berinvestasi, mempertahankan, dan meningkatkan sumber daya. Naguran 2002 menyatakan bahwa terdapat empat jenis hak kepemilikan
yang biasanya terdapat dalam literatur, yaitu kepemilikan negara state property, dimana negara memiliki hak untuk menentukan aturan penggunaan atau akses dan
individu yang memiliki kewajiban untuk mematuhi aturan tersebut. Kepemilikan pribadiswasta private property, dimana individu memiliki hak untuk melakukan
pemanfaatan yang diterima secara sosial dan memiliki kewajiban untuk menahan perilaku sosial yang tidak dapat diterima. Kepemilikan komunal common
property, dimana kelompok manajemen pemilik memiliki hak untuk mengeluarkan individu yang bukan anggota dan individu tersebut berkewajiban
untuk mematuhi. Tidak ada kepemilikan nonproperty, dimana pemilik tidak terdefinisikan sehingga aliran manfaat tersedia untuk siapapun, sehingga aset
tersebut dianggap sebagai sumber daya akses terbuka atau open access resources Bromley 1991.
Hak kepemilikan harus ditegakkan atau dihormati pihak lain. Di dalam Hak kepemilikan terdapat norma-norma dan aturan main dalam pemanfaatannya dan
menjadi alat pengatur hubungan antar individu. Oleh karena itu, hak kepemilikan merupakan suatau kelembagaan. Dalam menegakkan hak kepemilikan tersebut
diperlukan badanorganisasi yang berwenang menjamin tegaknya hak-hak tersebut North 1990.
Bagi masyarakat Mentawai di Cagar Biosfer Pulau Siberut CBPS hak kepemilikan menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kepastian pengusaan
faktor-faktor produksi. Salah satu faktor produksi dari SDA adalah lahantanah. Lahan ini menjadi input atau faktor penting dalam proses produksi, termasuk
dalam berbagai kegiatan kehutanan dan pertanian di CBPS, karena berbagai kegiatan tersebut membutuhkan lahan yang luas land based. Selain sebagai
faktor produksi dalam ekonomi, lahan juga berperan penting sebagai faktor sosial dalam kehidupan suatu masyarakat. Sebagai contoh, manusia membutuhkan lahan
untuk permukiman yang lebih baik sebagai dampak dari berkembangnya penduduk. Begitupula, di atas lahan-lahan tersebut masyarakat berinteraksi secara
sosial dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban mereka. Untuk itu pemahaman tentang situasi pengelolaan berupa hak kepemilikan dan penggunaan
49 lahan secara tradisional oleh masyarakat Mentawai menjadi penting dalam
pengelolaan SDA di CBPS.
4.2 Metode
Penelitian dilakukan di CBPS. Lokasi pengumpulan data di tiga desa, yaitu Desa Matotonan di Kecamatan Siberut Selatan, Desa Saibi Samukop di
Kecamatan Siberut Tengah, dan Desa Sagulubbek di Kecamatan Siberut Barat lihat Gambar 3.1. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 - Mei 2015.
Data yang dikumpulkan adalah tipe kepemilikan dan penggunaan lahan oleh masyarakat Mentawai di CBPS. Data tumbuhan di alam yang dikumpulkan
meliputi nama jenis, jumlah, diameter, tinggi, dan manfaat bagi masyarakat. Data tumbuhan di perladangan yang dikumpulkan meliputi nama jenis, meliputi nama
jenis, jumlah, dan manfaat. Sedangkan data satwa yang dikumpulkan, meliputi nama jenis, jumlah, kelas umur tua, muda, anak, dan manfaat.
Data awal dikumpulkan melalui studi dokumen. Hasil studi dokumen menjadi data dasar wawancara mendalam kepada informan. Wawancara dilakukan
kepada informan kunci key informans sebanyak 16 orang yang dipilih secara sengaja purposive dari stakeholders dengan kriteria mengetahui pengelolaan
SDA di CBPS dan atau dianggap banyak mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan penelitian. Selama penelitian, dilakukan juga beberapa
pertemuan informal dengan kelompok masyarakat agar mendapatkan lebih banyak informasi. Data hasil wawancara dibuktikan melalui pengamatan langsung di
lapangan participative observation pada areal unit sampel sampling unit. Pengamatan terhadap sumber daya tumbuhan dilakukan di hutan di dekat
perkampungan dan ladang masyarakat, sedangkan sumber daya satwa hanya dilakukan di hutan.
Data tumbuhan di alam dikumpulkan dengan metode kombinasi. Indriyanto 2010 menyatakan bahwa metode kombinasi merupakan kombinasi antara
metode jalur dan garis berpetak. Panjang jalur dalam petak ini sepanjang 100 m. Data tanaman di perladangan dikumpulkan di ladang masyarakat. Ladang tersebut
dianggap suatu petak dan dipilih ladang yang menerapkan pola tanam polikultur yang merupakan pola perladangan tradisional masyarakat Mentawai di CBPS.
Luas ladang dipilih minimal seluas 0.5 ha. Hal ini didasarkan dari data BTNS 2010 yang menyatakan bahwa bahwa satu keluarga di Siberut minimal memiliki
ladang seluas 0.5 ha. Jumlah ladang yang menjadi unit sampel sebanyak 3 unit atau seluas 1.5 ha. Selanjutnya data satwa dikumpulkan dengan metode transek
garis dengan panjang jalur 1 000 m di setiap hutan di sekitar lokasi penelitian.
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Untuk mendukung deskripsi SDA, maka dibahas secara singkat sejarah pemanfaatan SDA yang diamati. Analisis
dilakukan dengan pendekatan bahwa SDA mempunyai manfaat atau nilai Pearce 1992 dalam Munasinghe 1993. SDA bermanfaat secara ekonomi bila SDA dapat
dikonsumsi langsung atau bernilai menghasilkan uang tunai, misalnya kayu, makanan, biomassa, rekreasi, tumbuhan obat. SDA bermanfaat ekologi bila
memiliki fungsi ekologis, pengendalian banjir, menjaga kualitas air, perlindungan terhadap angin, sumber plasmanutfah, melindungi habitat, flora dan fauna lain,
sedangkan SDA bermanfaat secara sosial bila mendukung kegiatan ritual adat dan