Status dan Fungsi Kawasan Hutan

23 konservasi dan pembangunan. Oleh karena itu, Strategi Seville dibuat lebih terarah pada beberapa prioritas di tingkat internasional, nasional dan lokal, berupa memanfaatkan cagar biosfer untuk konservasi SDA dan budaya, memanfaatkan cagar biosfer sebagai model pengelolaan lahan dengan pendekatan untuk pembangunan yang berkelanjutan, memanfaatkan cagar biosfer untuk penelitian, monitoring, pendidikan dan pelatihan, serta mengimplementasikan konsep cagar biosfer.  Main Line of Action MLA. MLA merupakan Program MAB Internasional dihasilkan dari pertemuan The International Coordianting Council MAB ICC-MAB ke-17 pada bulan Maret 2002. Pertemuan ini menyetujui bahwa Jaringan Cagar Biosfer Dunia atau World Network of Biosphere Reserve WNBR merupakan perangkat utama mengimplementasikan kegiatan MAB. WNBR dikelompokkan menjadi dua, yaitu MLA-1 mengenai pengelolaan SDA dan masalah pembangunan, serta MLA-2 mengenai usaha untuk memajukan dasar ilmiah, pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan komunikasi. MLA-1 menekankan penggunaan konsep cagar biosfer untuk pembangunan berkelanjutan Biosphere reserve: approaches to sustainable development. Dalam konsep ini cagar biosfer dipakai sebagai tempat untuk menguji dan membangun cara untuk hidup yang berkelanjutan melalui program terpadu pengelolaan SDA dan konservasi keanekaragaman hayati, dengan sasaran untuk memberikan sumbangan kepada upaya pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kondisi kehidupan terutama masyarakat pedesaan. Cagar biosfer menjadi tempat untuk memperagakan pendekatan ekosistem seperti yang disarankan dan sedang dikembangkan oleh CBD, dan merupakan komponen kunci dalam implementasi WSSD World Summit on Sustainable Development. MLA-2 dirancang untuk membantu mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati reduce biosdiversity lost melalui ilmu pengetahuan dan pembangunan kapasitas dalam konteks memberi layanan bagi keberlanjutan ekologi sciences and capacity building in the service of ecological sustainability yang merupakan implementasi WSSD untuk mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati pada tahun 2010. Penelitian dan pembangunan kapasitas sumber daya manusia pada tingkat lembaga dan individu akan merupakan kontribusi untuk mencapai tujuan tersebut. Pengamanan partisipasi masyarakat lokal untuk melestarikan dan mengelola ekosistem serta menjamin pemeliharaan ekologi yang baik masih merupakan doktrin MAB.  Madrid Action Plan MAP periode 2008-2013. Pada kongres MAB pada Februari 2008 di Madrid telah dihasilkan MAP yang mengamanahkan bahwa cagar biosfer harus mampu menjawab tantangan berupa perubahan iklim secara global global climate change, mendapatkan layanan ekosistem ecosystem services yang lebih baik, dan mengantisipasi urbanisasi. Selain itu, dalam kongres tersebut telah dikukuhkan kembali “Seville Strategy” bahwa cagar biosfer yang berpotensi sebagai tempat pembelajaran untuk menghadapi permasalahan memudarnya pengetahuan tradisional dan keragaman budaya, kependudukan, antisipasi terhadap perubahan lingkungan baik dalam tindakan adaptasi maupun mitigasi. Kesepakatan ini menjadi sangat penting karena cagar biosfer merupakan wilayah perpaduan antara kepentingan konservasi ekosistem dan pembangunan berkelanjutan melalui 24 tiga pilarnya, yaitu konservasi, penelitian dan ilmu pengetahuan, serta pembangunan. Dalam kongres tersebut, selain terbentuk MAP juga dihasilkan “Madrid Declaration” yang merekomendasikan empat masalah pokok yang saling berkaitan, yaitu kerjasama, pengelolaan dan komunikasi; zonasi dan keterkaitan antar zonasi; ilmu pengetahuan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia; serta kemitraan.  Strategi Baru Pengelolaan Cagar Biosfer 2016-2025 New Strategy Biosphere Reserve Management. Pada Kongres Dunia Cagar Biosfer ke-4 4 th World Congress of Biosphere Reserve tahun 2016 di Lima, Peru yang menetapkan tujuan strategis cagar biosfer, yaitu: 1 melestarikan keanekaragaman hayati, melakukan restorasi ekosistem dan meningkatkan jasa ekosistem serta mempercepat tercapai pembangunan yang berkelanjutan; 2 berkontribusi pada program pembangunan berkelanjutan, kesehatan dan keadilan ekonomi bagi masyarakat dan membangun pemukiman yang layak; serta 3 memfasilitasi pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan berkaitan dengan pemanfaatan SDAH dan ekosistemnya secara berkelanjutan dalam rangka pembangunan ekonomi berkelanjutan, dan 4 dukungan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan aspek lain secara global terhadap perubahan lingkungan. Untuk mencapai tujuan strategis tersebut, maka disusun Area Aksi Strategis MAB untuk 2016-2025, yang terdiri atas: a WNBR berfungsi efektif sebagai model daerahsitus untuk pembangunan berkelanjutan; b Inklusif, dinamis, dan berorientasi pada hasil kolaborasi dalam jejaring MAB dan WNBR; c Kemitraan yang efektif dan pendanaan yang cukup dan berkelanjutan untuk MAB dan WNBR; d Komprehensif, modern, terbuka, dan komunikasi yang transparan serta berbagi data dan informasi; dan e Pengelolaan yang efektif pada MAB dan WNBR.  Kontekstual keadaan dan kondisi Indonesia. Penyusunan Program MAB haruslah mengacu pula pada kondisi Indonesia secara aktual, sehingga dampaknya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Keunggulan dari penerapan konsep cagar biosfer terletak pada perpaduan tiga fungsi yang dimilikinya, yaitu: pertama fungsi konservasi sumber daya hayati dan ekosistem serta keragaman budaya yang memberikan kontribusi pada konservasi lansekap, ekosistem, jenis dan plasma nutfah serta keragaman budaya. Kedua, fungsi pembangunan yang menumbuhkan dan memperkaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan bijaksana baik secara ekologi maupun budaya. Ketiga, fungsi pendukung berbagai kegiatan logistik termasuk penelitian, pendidikan, pelatihan dan pemantauan yang terkait dengan masalah konservasi dan pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal, regional, nasional maupun global. Dalam rangka mengintegrasikan ketiga fungsi tersebut, maka penerapannya melalui sistem pembagian ruang atau zonasi cagar biosfer Gambar 2.3.