Transformasi Lahan Hasil dan Pembahasan

74 interest-influence matrix. Pengukuran kepentingan didasarkan atas apa yang menjadi hak, kebutuhan, harapan, keinginan, manfaat yang dapat diperoleh stakeholders dari SDA dan fungsi ekosistem di dalamnya yang terdiri atas fungsi regulasi, fungsi habitat, fungsi produksi, fungsi informasi, serta fungsi carrier de Groot et al. 2002. Penjelasan tiap fungsi ekosistem, sebagai berikut: 1 Fungsi pengaturan. Fungsi ini merupakan nilai penting stakeholders terhadap kelestarian fungsi ekosistem suatu SDA dalam mengatur proses ekologis serta sistem pendukung kehidupan yang bermanfaat, seperti pemeliharaan penyediaan air bersih, perlindungan tanah dari erosi, kualitas udara dan jasa ekologi lainnya. 2 Fungsi habitat. Fungsi ini merupakan nilai penting stakeholders terhadap kelestarian fungsi ekosistem suatu SDA sebagai tempat berlindung dan berkembang biak berbagai flora dan fauna. Fungsi habitat ini ditekankan pada kebutuhan ruang yang dapat memelihara keanekaragaman biotik dan genetik. 3 Fungsi produksi. Fungsi ini merupakan nilai penting stakeholders terhadap kelestarian suatu SDA sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku kayu untuk bangunan rumah, sumber genetik obat- obatan, dan sumber daya energi kayu bakar. 4 Fungsi informasi. Fungsi ini merupakan nilai penting stakeholders terhadap kelestarian suatu SDA yang memberikan kontribusi bagi pemeliharaan kesehatan manusia, menyediakan tempat untuk berefleksi, menikmati pemandangan alam, ekowisata dan pendidikan. 5 Fungsi carrier. Fungsi ini merupakan nilai penting stakeholders terhadap kelestarian ekosistem suatu SDA dalam menyediakan ruang untuk beraktivitas seperti daerah wisata. Pengaruh merupakan kekuatan yang dimiliki stakeholders untuk mengontrol pengambilan keputusan, memfasilitasi pelaksanaanya atau bahkan memaksa untuk melaksanakan keputusan yang diambil Groenendijk 2003. Pengukuran pengaruh stakeholders didasarkan pada instrumen dan sumber kekuatan yang dimiliki stakeholders yang terdiri atas condign power, compensatory power, conditioning power, personality atau property power, serta organisation power, sebagaimana yang disebutkan oleh Galbraith 1983 dalam Reed et al. 2009, sebagai berikut: a. Instrumen kekuatan 1 Condign power, yaitu pengaruh stakeholders tertentu karena memiliki kemampuan memberikan hukuman atau sanksi yang sepadan terhadap stakeholders lain. Pengaruh ini diperoleh melalui emosi, keuangan, ancaman fisik, sanksi adat, sanksi hukum atau sanksi lainnya. 2 Compensatory power, yaitu pengaruh stakeholders yang diperoleh melalui kemampuan dalam memberi kompensasi bagi stakeholders lainnya melalui simbolisasi, keuangan, serta penghargaan materi, seperti pemberian gaji atau upah, sogokan, pemberian bantuan dana penyangga atau pemberian sebidang lahan. 3 Conditioning power, yaitu pengaruh stakeholders yang diperoleh melalui manipulasi kepercayaan atau pembentukan opini dan informasi, misalnya melalui kelompok yang seumur, norma budaya, pendidikan, iklan dan atau propaganda. 75 b. Sumber kekuatan 1 Personality power dan property power, yaitu pengaruh stakeholders yang diperoleh berdasarkan kepribadian, kepemimpinan seseorang kharisma, kekuatan fisik, kecerdasan mental atau pesona, kepemilikan, dan atau kekayaan. 2 Organisation power, yaitu pengaruh stakeholders dari suatu organisasi dikarenakan memiliki massa, jejaring kerja, kesesuaian bidang tugas, dan atau berkontribusi pada suatu fasilitas. Penempatan stakeholders ke dalam matriks kepentingan –pengaruh didasarkan pendeskripsian pernyataan informan yang kemudian dikuantifikasi melalui nilai dan skor. Penetapan skor mengacu pada model yang dikembangkan oleh Abbas 2005, yakni pengukuran data berjenjang lima seperti disajikan pada Tabel 5.1. Penilaian tinggi dan rendahnya skor dilakukan oleh peneliti. Skor tinggi diberikan kepada stakeholders yang kepentingannya yang relevan dengan fungsi ekosistem, serta stakeholders yang menentukan keberhasilan pengelolaan fungsi ekosistem dari suatu SDA. Sebaliknya, nilai rendah diberikan kepada stakeholders yang kepentingannya tidak relevan dengan fungsi ekosistem, serta stakeholders yang tidak menentukan keberhasilan pengelolaan fungsi ekosistem dari suatu SDA. Nilai dari lima pertanyaan dijumlahkan dan dipetakan dalam matriks kepentingan dan pengaruh. Hasil penentuan nilai pada setiap indikatornya disandingkan satu sama lainnya sehingga membentuk koordinat. Koordinat tersebut dimasukkan dalam grids yang dibuat menggunakan bantuan program Microsoft Excel. Tabel 5.1 Ukuran kuantitatif terhadap kepentingan dan pengaruh stakeholders Skor Nilai Kriteria Keterangan Kepentingan stakeholders 5 21-25 Sangat tinggi Sangat relevan terhadap pengelolaan suatu SDA 4 16-20 Tinggi Relevan terhadap pengelolaan suatu SDA 3 11-15 Cukup tinggi Cukup relevan terhadap pengelolaan suatu SDA 2 6-10 Kurang tinggi Kurang relevan terhadap pengelolaan suatu SDA 1 0-5 Rendah Tidak relevan terhadap pengelolaan suatu SDA Pengaruh stakeholders 5 21-25 Sangat tinggi Sangat mampu mempengaruhi pengelolaan suatu SDA 4 16-20 Tinggi Mampu mempengaruhi pengelolaan suatu SDA 3 11-15 Cukup tinggi Cukup mampu mempengaruhi pengelolaan suatu SDA 2 6-10 Kurang tinggi Kurang mampu mempengaruhi pengelolaan suatu SDA 1 0-5 Rendah Tidak mampu mempengaruhi pengelolaan suatu SDA Matriks kepentingan-pengaruh mengelompokkan stakeholders ke dalam empat kuadran yang mengilustrasikan posisi tiap kelompok dalam pengelolaan suatu SDA di CBPS, yaitu key players, context setters, subjects, dan crowd Eden 76 dan Ackermann dalam Bryson 2004. Subjects merupakan stakeholders yang mempunyai kepentingan tinggi, tetapi mempunyai pengaruh yang rendah. Key players merupakan stakeholders yang mempunyai kepentingan dan pengaruh yang tinggi. Context setters merupakan stakeholders yang mempunyai kepentingan rendah, tetapi mempunyai pengaruh yang tinggi. Terakhir, crowd merupakan stakeholders yang mempunyai kepentingan dan pengaruh yang rendah. Stakeholders kunci adalah subjects, key players dan context setters, karena kelompok ini dianggap cukup signifikan dalam mempengaruhi pengelolaan suatu SDA Groenendjik 2003, sementara itu stakeholders yang berada pada kelompok crowd akan mendapatkan perhatian dan prioritas yang rendah atau bisa diabaikan dari aktifitas pengelolaan SDA. Hubungan atau keterkaitan di antara stakeholders dianalisis dengan Matriks Actor-Linkage. Matriks ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan berupa konflik conflict, saling melengkapi complementary, dan atau kerjasama cooperation di antara stakeholders, melalui penggunaan kata kunci. Keuntungan dari penggunaan pendekatan ini adalah kesederhanaan dan keflesibilitasannya Reed et al. 2009. Partisipasi stakeholders dianalisis untuk menjelaskan tingkat keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan SDA di CBPS. Tahap pertama analisis, yakni mengidentifikasi berbagai bentuk kegiatan atau upaya yang dilakukan stakeholders dalam pengelolaan SDA. Kegiatan tersebut dikelompokkan berdasarkan tiga aspek konservasi, yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan berkelanjutan dari suatu SDA. Selanjutnya, tingkatan partisipasi dianalisis dengan Model Partisipasi dari Arnstein 1969, terdiri atas manipulasi, terapi, memberi informasi, konsultasi, plakasi, kemitraan, pendelegasian wewenang, dan kontrol masyarakat. Deskripsi tingkat partisipasi stakeholders menggunakan Model Partisipasi dari Arnstein, sebagai berikut:  Tingkat 1 atau manipulasi manipulation dan tingkat 2 atau terapi therapy. Kedua tingkatan ini non partisipatif. Komunikasi satu arah dari luar ke stakeholders. Hasil yang diputuskan oleh pihak luar diberitahukan kepada stakeholders. Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mendidik stakeholders.  Tingkat 3 atau memberi informasi informing. Sebuah langkah pertama yang paling penting untuk melegitimasi partisipasi dan salah satu cara untuk mengalirkan informasi. Komunikasi terjadi searah dari stakeholders ke luar. Misal stakeholders menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pihak luar.  Tingkat 4 atau konsultasi consultation. Pihak luar berkonsultasi dan berunding dengan stakeholders melalui pertemuan atau public hearing dan sebagainya. Komunikasi dua arah, tetapi stakeholders tidak ikut serta dalam menganalisis atau mengambil keputusan.  Tingkat 5 atau plakasi placation. Stakeholders ikut serta dalam proses pengambilan keputusan yang biasanya sudah diputuskan sebelumnya oleh pihak luar, terutama menyangkut hal-hal yang penting. Dimungkinkan mereka telah terbujuk oleh insentif berupa uang, barang, dan lain-lain.  Tingkat 6 atau kemitraan partnership. Kewenangan didistribusikan kembali melalui negoisasi antara stakeholders dan pemegang kekuasaan. Perencanaan dan tanggung jawab dalam pembuatan keputusan dibagi, misalnya dalam komite bersama. Partisipasi merupakan hak mereka dan bukan kewajiban