Mata Pencaharian Sumber Daya Finansial

46 Uma yang ada saat ini merupakan bagian dari uma yang lebih besar atau uma sabeu Gambar 3.2. Gambar tersebut menjelaskan bahwa sirubei teteu atau uma sabeu merupakan kumpulan dari uma, faksi uma, dan juga rak-rak garis keturunan yang berbeda-beda, tetapi memiliki klaim leluhur dan sekaligus memiliki klaim sumber daya alam yang sama, secara sederhana dapat diwakili dengan kata “leluhur yang sama” Reeves 2004. Lalep merupakan keluarga inti yang menjadi unit produksi di Mentawai. Satu uma dapat terdiri atas dua hingga puluhan lalep dan mencakup 4-100 individu. Variasi jumlah lalep dan individunya mencerminkan tingkat solidaritas, perkembangan sejarah, dan migrasi Darmanto dan Setyowati 2012. Selanjutnya, Darmanto dan Setyowati 2012 menyatakan walaupun telah terjadi hubungan perkawinan antara anggota uma, kesatuan- kesatuan politik tidak pernah terbentuk karena peristiwa tersebut.

2. Modern

Terdapat banyak organisasi sosial modern yang dibentuk di lokasi penelitian, seperti Pemerintahan DesaDusun, Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK, Pemuda Karang Taruna, Pemuda Protestan, dan Muda Mudi Katholik Mudika. Ada pula organisasi warga yang bergerak pada kegiatan mata pencaharian, seperti Kelompok Petani Cokelat, dan Organisasi Sosial Masyarakat OMS untuk membangun proyek jalan desa. Selain itu, terdapat organisasi eksternal yang beraktivitas di Desa Saibi Samukop, Matotonan, dan Sagulubbek pada saat penelitian disajikan pada Tabel 3.11. Organisasi eksternal ini biasanya berkegiatan sesuai dengan tujuan masing-masing organisasi. Tabel 3.11 Organisasi eksternal yang beraktivitas di Desa Saibi Samukop, Matotonan, dan Sagulubbek a Desa Organisasi Aktivitas Saibi Samukop Pemerintah kabupaten Pemkab Pembangunan puskesmas, pembuatan persawahan, pembuatan jalan desa Balai Taman Nasional Siberut TNS Pembibitan tanaman hutan, patroli dan survei kawasan Program Coremap II Pemberdayaan masyarakat di bidang perikanan laut Matotonan Pemkab Pembangunan sekolah dasar, pembuatan jalan desa Balai TNS Pembibitan tanaman hutan, patroli dan survei kawasan Pemerintah Arab Saudi Pembangunan masjid Yayasan Kirekat Pemberdayaan masyarakat dalam bidang pertanian, penghijauan tanaman hutan Sagulubbek Pemkab Pemeliharaan jalan desa, pembuatan persawahan Balai TNS Patroli dan survei kawasan a Kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian. 47

3.4 Simpulan

Suku Mentawai di CBPS memiliki aset-aset penghidupan yang menjadi karakteristik masyarakat tersebut. Aset-aset penghidupan tersebut yaitu, pertama, sumber daya manusia dengan karakteristik penduduk yang terus meningkat dengan kepadatan tertinggi di ibukota kecamatan, usia kerja yang cukup tinggi tetapi belum produktif, tingkat pendidikan formal yang rendah, serta keterampilan utama masyarakat adalah mengelola SDA di sekitar mereka. Kedua, sumber daya alam dengan karakteristik lahan berhutan yang masih luas, penggunaan lahan untuk perladangan sebagai sumber perekonomian utama, terdapat flora dan fauna endemik, area inti CBPS menjadi hulu sungai-sungai besar di Pulau Siberut. Ketiga, sumber daya fisik berupa infrastruktur publik kesehatan, pendidikan, sarana sosial ekonomi masih terbatas, dan masih berlakunya pengobatan tradisional oleh Sikerei. Keempat, sumber daya finansial dengan karakteristik mata pencaharian utama adalah peladang dan meramu hasil hutan dengan pendapatan yang tidak menentu, tanaman di ladang yang bernilai ekonomis dianggap sebagai tabungan, dan tidak tersedianya lembaga keuangan di perdesaan. Kelima, terdapat modal sosial masyarakat Mentawai berupa hubungan kekerabatan yang kuat di dalam uma. Rendahnya tingkat pendidikan formal membuat masyarakat sulit untuk bersaing untuk mendapat pekerjaan sektor formal pemerintahan maupun swasta baik di Tua Peijat ibukota kabupaten maupun di Padang ibukota provinsi. Terbatasnya akses menuju dan di Pulau Siberut, penduduk yang semakin meningkat, kebutuhan biaya pendidikan dan biaya kesehatan, serta keterampilan tradisional yang dimiliki, mendorong masyarakat untuk mengelola SDA yang berada di sekitar mereka. Sehingga perluasan perladang dan intensifikasi meramu hasil hutan merupakan strategi penghidupan yang dikembangkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam upaya perluasan perladangan, masyarakat mengefektifkan lahan-lahan yang diorganisir oleh uma-uma sebagai penguasa lahan.