Permukiman Barasi Penggunaan Lahan

72 Tabel 4.11 Perubahan perilaku masyarakat Mentawai di Cagar Bioser Pulau Siberut dalam pemanfaatan sumber daya alam Aktivitas pemanfaatan Aturan adat Normatif Perilaku Implementatif Perburuan satwa di hutan Menggunakan panah dengan anak panah beracun Menggunakan senapan angin dengan peluru beracun Penangkapan ikan di sungai Menggunakan tangguk Menggunakan racun Pengambilan rotan manau Ditarik dari pohon yang dirambati Menebang pohon yang dirambati rotan Pengambilan pohon besar Diadakan upacara punen Langsung menebang Pembukaan lahan untuk perladangan Diadakan upacara panaki Langsung diolah bila dijadikan sawah Pembersihan lahan untuk perladang Sisa tebasan tumbuhan tidak dibakar Sisa tebasan tumbuhan dibakar Pengambilan hasil hutan pohon, sagu Bila melihat burung mayang, ada ular di dekat pohon, diyakini pertanda buruk Tanda-tanda alam tersebut diabaikan

4.4 Simpulan

Masyarakat Mentawai di CBPS terikat erat dengan sumber daya lahan. Terdapat dua jenis kepemilikan lahantanah secara tradisional di CBPS, yaitu kepemilikan bersama komunal berbasiskan uma dan kepemilikan pribadi private. Proses privatisasi lahan semakin meningkat karena adanya eksternalitas dari pembangunan dan keinginan dari generasi yang lebih muda Suku Mentawai di CBPS untuk mendapat pengakuan pemerintah negara terhadap lahan mereka sehingga lahan mempunyai nilai lebih bisa dianggunkan daripada sekedar dimanfaatkan untuk keperluan tradisional berladang, dan adanya dorongan sertifikasi lahan dari Pemda. Perladangan merupakan sumber perekonomian masyarakat Mentawai. Oleh karena itu, lahan-lahan berhutan akan selalu ditransformasikan menjadi lahan- lahan produktif oleh masyarakat. Perladangan tersebut ditanam dengan tanaman yang untuk memenuhi kebutuhan subsisten dan tanaman yang laku di pasaran. Persawahan merupakan penggunaan lahan yang relatif baru dan terus bertambah luas karena adanya dorongan kebijakan dari Pemkab. Meluasnya persawahan dapat mengurangi luasan lahan bersagu yang menjadi sumber penghasil makanan pokok masyarakat Mentawai. Kondisi di atas menunjukkan bahwa masyarakat Mentawai mempunyai sistem penguasaan dan tata guna atas lahan land tenure system secara tradisional. Sistem ini dapat menjadi landasan memadukan tata guna lahan secara tradisional dengan tata guna lahan di kawasan hutan negara dalam rangka penguatan kepastian hak masyarakat Mentawai atas pengeloaan SDA CBPS. 73 5 STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM SUKU MENTAWAI DI CAGAR BIOSFER PULAU SIBERUT

5.1 Pendahuluan

Pengelolaan sumber daya alam SDA di Cagar Biosfer Pulau Siberut CBPS melibatkan banyak stakeholder. Stakeholders tersebut dalam aktivitasnya saling mempengaruhi dan berdampak kepada pengelolaan CBPS. Stakeholders didefinisikan sebagai orang atau lembaga dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan Fletcher et al. 2003 yang diidentifikasi dengan pertimbangan posisi penting dan pengaruh yang dimiliki. McCracken dan Narayan 1998 menyatakan bahwa analisis stakeholders dilakukan untuk dapat memahami konteks sosial dan kelembagaan dari sebuah kegiatan, program, dan atau kebijakan. Analisis stakeholders dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kepentingan, pengaruh, hubungan, partisipasi, dan perilaku stakeholders dalam pengelolaan SDA di CBPS. Hasil yang diharapkan adalah tersedianya informasi yang penting tentang siapa yang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu aktivitas pengelolaan SDA di CBPS baik individu, kelompok, atau lembaga, dan bagaimana kapasitas dibangun untuk memungkinkan mereka berpartisipasi.

5.2 Metode

Penelitian dilakukan di CBPS. Lokasi pengumpulan data di tiga desa, yaitu Desa Matotonan di Kecamatan Siberut Selatan, Desa Saibi Samukop di Kecamatan Siberut Tengah, dan Desa Sagulubbek di Kecamatan Siberut Barat lihat Gambar 3.1. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014 - Mei 2015. Data yang dikumpulkan adalah kepentingan, pengaruh, hubungan, partisipasi, dan perilaku dan stakeholders pengelolaan SDA di CBPS. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yaitu studi dokumen, wawancara mendalam, dan pengamatan langsung. Studi dokumen dilakukan dengan menelaah visi, misi, tugas, dan fungsi setiap stakeholders berdasarkan dokumen tertulis dan atau situs resmi mereka. Wawancara mendalam dilakukan kepada 20 dua puluh informan kunci dari stakeholders. Pengamatan dilakukan untuk mengecek kesesuaian informasi dari hasil studi dokumen dan wawancara dengan aktivitas stakeholders di lapangan. Stakeholders dianalisis berdasarkan analisis stakeholders menurut Reed et al. 2009. Analisis tersebut meliputi tiga tahap, yaitu: 1 mengidentifikasi stakeholders; 2 membedakan antara dan mengelompokkan stakeholders; serta 3 menyelidiki hubungan di antara stakeholders. Identifikasi awal stakeholders berdasarkan dokumen hasil penelitian atau laporan kegiatan dari berbagai instansi di CBPS. Selanjutnya, stakeholders lain yang belum terindentifikasi dalam penelusuran dokumen akan diidentifikasi oleh informan melalui metode snowball. Pengelompokkan stakeholders didasarkan kepentingan dan pengaruh stakeholders yang kemudian disusun dalam sebuah matriks kepentingan –pengaruh