Kepemilikan Lahan Hasil dan Pembahasan

55 sebagai makanan 10 , pakan ternak durian yang masak, bahan obat untuk ibu hamil, bahan bangunan, mas kawin alak toga, alat tukar, dan pohon tempat dibuatnya kirekat 11 . Pohon yang berstatus kirekat akan disakralkan, dan denda yang besar bila merusaknya. Terdapat tiga varietas durian di Siberut, yaitu doriat, toktuk, dan sipusinoso. Musim berbuah tiap varietas durian jarang bersamaan. Biasanya masa berbuah tiap varietas selama dua bulan. Setelah musim buah durian, dilanjutkan oleh musim buah langsat tiat dan rambutan hutan babaet. Tabel 4.2 Jenis tanaman yang dibudidayakan masyarakat Siberut di perladangan Nama lokal Nama ilmiah Pemanfaatan a Keterangan b Gette Colocasia esculenta Pg Mago Musa spp. Pg Asit Ananas comosus Pg, Ok Ek Bebegetmanau Calamus manan Pa, Ju Coklat Theobroma cacao Pg, Ju Ek Puring Codiaeum variegatum Ok, So Pinang Arenga pinanga Ju Ek Cengkih Eugenia aromatica Ju, Kb Ek Bobloh Cordyline sp. Ok, So Sakkoile Carica pepaya Pg, Ok Toitet Cocos nucifera Pg, Ok, Ju Obbuk Schizostahyum sp. Pa Daro Siboitok Capsicum sp. Pg, Ra Gobik Sipugurui Ipomea batatas Pg Gobik Sipukaju Manihot esculenta Pg Katuko Shorea sp. Pa, Kb Doriat Durio zibethinus Pg, Pa Peigu Arthocarpus heterophylus Pg, Pa Tiat Sibulu Aglaia aquaea Pg Doriat Belanda Annona muricata Pg Ek Tojet Gnetum gnemon Pg, Kb Mutei Citrus sp. Pg, Ok Sabbui Psidium guajava Pg, So, Kb Kulit manis Cinnamomum zeylanicum Ju, Ok, Kb Ek BabaetBairabbit Nephelium ssp. Pg Koka Dipterocarpus sp. Pa Tiat Aglaia aquaea Pg Baiko Artocarpus elasticus Pg, Sd, So, Kb a Pg: pangan, Pa: papan, Sd: sandang, Ok: obat dan komestika, So: bahan alat dan kegiatan sosial, Kb: kayu bakar, Ju: dijual, Ra: bahan racun; b Ek: jenis eksotik. 10 Masyarakat Siberut lebih suka mengkonsumsi buah durian yang masih mengkal daripada yang masak karena yang masak sudah dianggap busuk. 11 Kirekat adalah sebuah benda untuk mengenang seseorang yang meninggal. Kenang-kenangan ini dipahatkan ke pohon durian membentuk alur tubuh orang yang meninggal atau dipahatkan ke sebuah papan. 56 Tabel 4.3 Jenis tanaman komersil yang dibudidayakan masyarakat Siberut Nama Harga di tingkat pengumpul Perdagangan Ilmiah Lokal Rotan manau Calamus manan Bebeget b Ukuran L diamater 36 = Rp8 000 diamater 31 = Rp3 000; M= Rp1 500; S= Rp1 000 batang Gaharu Aquilaria malaccensis Simoitek Kelas teri Rp200 000 –Rp300 000 gram, kelas A Rp3000 000 g Kelapa c Cocos nucifera Toitet Rp4 000 - Rp5 000 kg Rotan jernang Daemenorops sp. Taset Rp17 000 kg Nilam Pogostemon cablin Nilam Rp180 000 botol Kakao Theobroma cacao Coklat a Rp18 000 - Rp30 000 kg Pinang Arenga pinnata Pinang a Rp4 500 - Rp10 000 kg Cengkeh Syzygium aromaticum Cengkeh a Rp45 000 kg Pala Myristica fragrans Palo a Puli = Rp80 000 kg, biji = Rp30 000 kg a Tanaman eksotik dari luar Pulau Siberut; b Panjang 3 m; c Dijual dalam bentuk kopra. Kedua, kelapa Cocos nucifera. Kelapa merupakan komoditi andalan masyarakat Siberut yang bermukim di tepian pantai. Berbeda dengan durian, kelapa dibudidayakan masyarakat Siberut secara monokultur dan tidak ada kebun kelapa yang dibangun oleh perusahaan. Produksi kelapa dari Pulau Siberut pada tahun 2013 sebanyak 3 099.40 tontahun atau 40.60 dari total produksi kelapa dari Kepulauan Mentawai BPS 2015a. Angka ini menunjukkan pentingnya kelapa sebagai sumber mata pencaharian masyarakat. Umumnya kelapa diolah untuk dijadikan kopra. Selain bermanfaat secara ekonomi, kelapa juga dikonsumsi masyarakat, menjadi pakan ternak, bahan obat, bahan bangunan, mas kawin alak toga, dan alat tukar. Saat ini, kelapa juga banyak diolah untuk dijadikan minyak goreng. Contoh, di Desa Matotonan dan Sagulubbek, beberapa ibu rumah tangga membuat minyak goreng kelapa untuk dipakai sendiri dan dijual kepada tetangga. Hal ini mengurangi kebutuhan minyak goreng dan menambah penghasilan keluarga. Bernilainya kelapa di pasaran membuat banyak masyarakat di pesisir Siberut mengakumulasi kekayaannya dalam kebun kelapa. Di perladangan masyarakat Mentawai juga menanam baiko atau terap Artocarpus elasticus yang kulitnya dapat diolah menjadi pakaian tradisional. Pakaian tradisional pria disebut kabit. Kabit serupa kain panjang, tetapi tidak lebar yang dililitkan ke pinggang dan menutupi kemaluan membentuk cawat. Selain dibuat pakai, kulit kayu pohon ini bisa digunakan untuk bahan pengikat pengganti tali. Saat ini, jarang sekali masyarakat Mentawai yang masih memakai kabit. Di permukiman Matotonan dan Sagulubbek, kabit biasanya dipakai oleh orang tua dan atau Sikerei yang sedang melakukan pengobatan. Sedangkan di permukiman Muara Saibi, hampir tidak ada lagi masyarakat yang memakai kabit. Umumnya, saat ini masyarakat Mentawai telah memakai baju sebagai pakaian. Perladangan juga menghasikan tumbuhan sebagai bahan obat. Pengobatan penyakit ringan dapat dilakukan oleh individu, tetapi bila penyakitnya berat pengobatan dilakukan oleh Sikerei. Sikerei dipercaya masyarakat dapat berkomunikasi dengan roh yang menyebabkan manusia sakit dan memiliki 57 pengetahuan mendalam tentang manfaat tumbuhan sebagai bahan obat. Walaupun saat ini, sudah tersedia puskesmas atau puskesmas pembantu di tiap desa, tetapi masyarakat masih melakukan pengobatan di Sikerei. Menurut Ave dan Sunito 1990, masyarakat Siberut telah menggunakan 233 jenis tumbuhan sebagai bahan obat yang digunakan sebagai penyembuh untuk 123 jenis penyakit. Selain menyediakan tumbuhan obat, perladangan juga menjadi sumber bahan alat dan kegiatan sosial. Dalam melaksanakan kehidupan, masyarakat Siberut didukung oleh peralatan rumah tangga dan benda untuk adat. Peralatan dan benda yang dihasilkan oleh masyarakat umumnya terbuat dari kayu, seperti berbagai jenis lulak piring, koraibi perisai, dan tuddukat sejenis kentongan besar yang diletakkan di tanah untuk alat komunikasi. Kayu yang digunakan untuk membuat peralatan ini di antaranya pulai Alstonia spp. meranti Shorea spp., dan keruing Dipterocarpus spp.. Selain itu, peralatan masyarakat yang terbuat dari besi tetap mengkombinasikan dengan kayu, rotan, atau nibung seperti alat parang, beliung, dan pisau. Dalam melakukan ritual adat, masyarakat menggunakan dedaunan dan bunga, seperti kembang sepatu Hibiscus rosasinensis, puringsurak Codiaeum variegatum, puring hutanailelepet Graptophyllum pictum, pucuk daun nibung, dan pucuk daun kelapa. Tanaman untuk ritual adat ini banyak ditanam di sekitar rumah dan perladangan lihat Lampiran 3-5. Perladangan juga menjadi lokasi masyarakat memelihara hewan ternak. Hewan ternak dipelihara masyarakat di pondok-pondok sapou sainak di luar perkampungan. Hewan yang banyak dipelihara, yaitu ayam, babi, dan sapi. Hewan-hewan ternak, selain menjadi sumber protein hewani, berfungsi juga sebagai alat pembayaran, dan khusus babi menjadi simbol kekayaan seseorang. Babi dan ayam banyak dipotong ketika ada acara adat. Ayam dapat dikonsumsi sendiri oleh satu keluarga, tetapi ini tidak berlaku pada babi, sapi, atau satwa buruan. Hewan-hewan tersebut, jika dipotong harus berbagi dengan semua sipuuma yang ada di suatu dusun atau desa. Setiap sipuuma mendapat bagian otcai yang sama. Tidak mau berbagi atau tidak adil dalam berbagi akan membuat seseorang sipuuma merasa sedih mabelek baga dan bila kejadian berulang dapat berdampak pada hubungan antar keluarga bahkan perpecahan uma. Sapi lebih sering dipelihara untuk dijual ke pedagang dari Padang daripada dipotong untuk konsumsi lokal. Penjualan sapi banyak dilakukan menjelang Hari Raya Haji. Saat ini, setiap sebulan sekali masyarakat di Muara Siberut memotong sapi untuk kebutuhan konsumsi lokal. Uraian di atas menjelaskan bahwa tanaman yang dibudidayakan di perladangan oleh masyarakat Mentawai awalnya terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan subsisten dan saat ini mulai ditujukan menghasilan uang tunai. Hal ini sesuai dengan pendapat Febrianto dan Fitriani 2012 bahwa orang Mentawai memenuhi kebutuhan hidupnya dari berladang. Kebanyakan tanaman yang dibudidayakan merupakan tumbuhan asli yang berasal dari hutan. Hal ini menandakan pumonean mempertemukan kepentingan ekonomi dan ekologi. Zhang et al. 2013 menyatakan bahwa pemanfaatan tumbuhan hutan oleh masyarakat merupakan strategi untuk melengkapi jumlah jenis yang dibudidayakan di kebun dan perkarangan dan menjadi strategi memenuhi kebutuhan hidup mereka. 58

2. Ladang keladi Pugettekat

Disebut ladang keladi karena lahan ditanami dengan keladi gette’ Colocasia spp.. Pugettekat dibuat di sekitar permukiman dan pondok babi sapou saina’. Gette’ dibudidayakan di lingkungan berair, seperti rawa, aliran sungai yang sudah mati, tepi sungai, atau tepi jalan yang berparit. Ladang ini biasanya dikelilingi pagar dari tanaman hidup agar tidak diganggu ternak Gambar 4.2. Pemeliharaan pugettekat menjadi tanggung jawab kaum wanita. Di CBPS, keladi menjadi sumber makanan utama selain sagu. Selain itu, ekosistem ini juga menjadi sumber protein bagi masyarakat karena menghasilkan ikan, udang, dan katak. Keladi juga bernilai penting karena bisa menjadi alat tukar, seperti untuk membayar hutang, mas kawin, denda, atau dijual. Gambar 4.2 Ladang keladipugettekat dan ladang sagupusaguat

3. Ladang Sagu Pusaguat

Pusaguat mengacu pada ladang sagu di ekosistem rawa sagu alami yang sudah dijadikan lokasi mengambil sagu Metroxylon sagu atau ladang sagu yang tanaman sagunya sudah ditanam oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang mengambil tunas vegetatif tersebut untuk ditanam ke lokasi lain guna memulihkan lokasi yang terlalu banyak dipanen atau untuk memudahkan pengolahan saat di panen. Penanaman sagu dilakukan di dataran rendah berpaya di dekat perladangan. Dataran rendah dipilih karena lebih subur dibandingkan di dataran yang lebih tinggi, dimana pupuk alami dari longsoran tanah humus dari lereng- lereng bukit terkumpul di lokasi ini. Pusaguat seperti ini dapat membentuk ekosistem seperti rawa, karena kemampuan jaringan perakarannya untuk menahan air. Pusaguat dapat bertambah luas dengan sendirinya, karena sagu dapat berkembang biak secara vegetatif. Secara morfologi, tumbuhan sagu di Pulau Siberut tumbuh lebih besar dan tinggi dibandingkan di daerah Malaya Whitmore 1973 dalam WWF 1980. Sagu juga mempunyai multi manfaat, yang hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sari pati dari empelur sagu dijadikan tepung sebagai bahan makanan. Empelur batang yang dikupas atau dipotong kecil-kecil Pugettekat Pusaguat