16
Perilaku konsumen merupakan dasar perumusan strategi pemasaran. Strategi pemasaran adalah suatu rencana yang didesain
untuk mempengaruhi pertukaran dalam mencapai tujua organisasi. Biasanya strategi pemasaran diarahkan untuk meningkatkan
kemungkinan atau frekuensi perilaku konsumen, seperti peningkaan kunjungan pada toko tertentu atau pembelian produk tertentu. Hal ini
dapat dicapai dengan mengembangkan dan menyajikan bauran pemasaran yang diarahkan pada sasaran yang dipilih Setiadi, 2010:8.
Strategi pemasaran, khususnya yang dikembangkan dan diterapkan oleh perusahaan yang berhasil, memiliki kekuatan besar
terhadap konsumendan masyarakat luas. Strategi pemasaran bukan hanya disesuaikan dengan konsumen, tetapi juga mengubah apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh konsumen tentang diri mereka sendiri, tentang berbagai macam tawaran pasar, serta tentang situasi yang tepat
untuk pembelian dan penggunaan produk Setiadi, 2010:10. Ini tidak berarti pemasaran adalah kegiatan yang tidak tepat atau tidak etis. Akan
tetapi, kekuatan pemasaran serta kemampuan riset pemasaran dan analisis konsumen untuk mendapatkan pandangan tentang perilaku
konsumen tidak perlu dikurangi atau disalahgunakan.
3. Konsep Experiential Marketing
a. Pengertian Experiential Marketing
Experiential marketing ada dimana-mana. Dalam berbagai jenis pasar dan industri, seperti konsumen, pelayanan, teknologi, dan
17
industrial. Banyak organisasi telah menggunakan experiential marketing untuk mengembangkan produk baru, berkomunikasi
dengan pelanggan, meningkatkan promosi penjualan, memilih mitra bisnis, merancang lingkungan ritel, dan membangun website.
Transformasi ini menunjukkan bahwa para pemasar mulai beralih dari pemasaran tradisional “feature benefit” menuju penciptaan
pengalaman bagi pelanggan. Saat ini, pelanggan menganggap fungsi feature dan benefit, kualitas produk dan citra merek tidak lebih
sebagai satu keharusan. Tetapi yang pelanggan inginkan adalah produk, komunikasi, dan kampanye pemasaran yang mempesona
indra mereka, menyentuh hati dan menstimulasi pikiran mereka. Mereka menginginkan produk, komunikasi, dan kampanye yang
dapat menghubungkan serta menggabungkan ke dalam gaya hidup mereka dan juga yang memberikan pengalaman Schmitt, 1999:53-
54. Experiential marketing adalah proses mengidentifikasi dan
memuaskan kebutuhan pelanggan dan aspirasi yang menguntungkan, melibatkan pelanggan melalui komunikasi dua
arah yang membawa kepribadian merek untuk hidup dan menambah nilai target audiens. Komunikasi dua arah dan keterlibatan interaktif
adalah kunci untuk menciptakan pengalaman mengesankan yang mendorong word of mouth, dan mengubah konsumen menjadi
18
pendukung merek dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek. Smilansky, 2009:5.
Experiential Marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran yang sebenarnya telah dilakukan sejak jaman dulu
hingga sekarang oleh para pemasar. Pendekatan ini dinilai sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi,
para pemasar lebih menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor. Dengan adanya
experiential marketing, pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa yang satu dengan lainnya karena mereka dapat
merasakan dan memperoleh pengalaman secara langsung melalui lima pendekatan sense, feel, think, act, dan relate baik sebelum
maupun ketika mereka mengkonsumsi sebuah produk dan jasa Fransisca Andreani, 2007:1.
Schmitt 1999 mengatakan bahwa experiential marketing merupakan suatu konsep pemasaran yang berusaha
mengkomunikasikan produk yang dijual dengan menarik perhatian konsumen, menyentuh hati untuk menanamkan kesan yang baik ke
dalam hati dan pikiran konsumen mengenai produk yang dijual. Salah satu inti utama dari experiential maketing adalah
penciptaan berbagai jenis pengalaman yang berbeda bagi pelanggan. Tipe-tipe pengalaman ini dapat disebut dengan SEMs Strategic
Experiential Modules. SEMs didalamnya terdiri dari pengalaman
19
sensorik Sense, pengalaman afektif Feel, kognitif Think, pengalaman fisik dan gaya hidup Act, dan pengalaman identitas
sosial yang dihasilkan dari kelompok acuan atau budaya Relate. Schmitt, 1999:60.
Experiential marketing dapat dimanfaatkan dalam banyak situasi: untuk membangun kembali merek yang sedang mengalami
penurunan, untuk membedakan produk dari pesaing, untuk membangun citra dan identitas bagi perusahaan, untuk
mempromosikan inovasi, untuk mendorong percobaan, pembelian dan yang paling penting loyal consumption. Schmitt, 1999.
b. Karakteristik Experiential Marketing