Konsep Pendekatan Nilai Keberlanjutan Sustainable Value Added
45
Tabel 1. Lanjutan
Penulis Tahun
Negara Produk
Jumlah Observasi
Rata- rata TE
Wadud 2000 Bangladesh
Padi 150
79.1 Wilson 1998
UK Potato
140 89.5
Msuya et al. 2008
Tanzania Jagung
233 60.6
Solis,D et al.
2009 Amerika
Tengah Cash crop
465 78.0 Omonona et
al. 2010 Nigeria
Cowpea 120 87.0
Obare et al. 2010
Kenya Kentang 127
57.0 AE
Hasan 2010 Bangladesh
Gandum 293
84.0 Ahmed 2011
Bangladesh Crops
80 0.69 Sukiyono 2005
Indonesia Cabe merah
60 64.9
Udoh 2005 Nigeria Sayuran
320 65.1
Abedullah, BakshAhm
ad 2006 Pakistan
Kentang 100
84.0 Nwuru, J.C.,
2011 Nigeria
Kentang 120
77.0 Kibaara
Tchale dan Sauer
2007 Bakhsh and
Hassan 2008
Pakistan Wortel 100 0.75
Manganga 2012 Malawi Kentang
200 83.0
Saptana 2011
Indonesia Cabe merah besar dan
keriting 296 90.0
dan 93.0
Sinaga 2011
Indonesia Tomat dan kentang
125 70.0
dan 44.0
Sumber : Bravo-Ureta et al., 2007 hanya sebagian diadaptasi Tanda menunjukkan data dan informasi terbaru
Sebuah survey komprehensif dilakukan oleh Bravo-Ureta 2007. Hasil beberapa penelitian sebelumnya mengenai besaran efisiensi teknik dapat dilihat
pada Tabel 2. Dari 167 studi total yang dianalisis, 68 studi menggunakan pendekatan deterministic dan 117 studi menggunakan pendekatan stochastic.
Secara keseluruhan pendekatan parametrik, penggunaan data panel, dan fungsi produksi Cobb Douglas banyak digunakan dalam studi sebelumnya.
Banyak studi sudah mengkaitkan umur petani, pendidikan, akses terhadap penyuluhan, akses pada kredit, agro-ekologi, luas lahan yang diusahakan, jumlah
persil yang dimiliki, jumlah tanggungan keluarga, gender, sewa, akses ke pasar,
46
akses pada teknologi pupuk, pestisida, traktor, benih, intervensi pemerintah mempunyai pengaruh positif terhadap efisiensi teknik Ahmad et al., 2002;
Basnayake and Gunaratne, 2002, Tchale dan Sauer, 2007 . Battesse and Coelli 1995, Bravo-Ureta dan Pinheiro 1993
mengidentifikasi sejumlah variabel yang mempengaruhi efisiensi teknik di pertanian. Gorton dan Davidova 2004 menyatakan bahwa variabel-variabel itu
dapat diklasifikasikan dalam dua katagori yaitu : human capital dan faktor struktural. Human capital meliputi pendidikan formal dan informal, pengalaman,
training, dan umur. Faktor struktural meliputi: pendapatan keluarga, jumlah tanggungan, akses terhadap kredit, status kepemilikan, jender, pendapatan diluar
usahatani, dan variabel lingkungan. Tabel 2. Nilai Tengah Rata-rata Efisiensi Teknik AMTE berdasarkan
Karakteristik Metodologi
Kategori Jml.
Studi Deterministik Stochastik
AMTE Rata-rata Max. Min. Rata-rata Max. Min.
Pendekatan: a.Parametrik 482 70.2
95.5 26.0 77.3 100.0 17.0 76.3 b. Non-
Parametrik 87
78.3 100.0
35.0 -
- -
78.3 c. Data Panel
340 77.5
96.0 35.0
78.4 96.0
43.0 78.2
d. Cross sectional
229 72.8
100.0 26.0
75.2 100.0
17.0 74.2
Functional form
a
a.Cobb- Douglas
308 72.6
95.5 41.0
76.3 100.0
17.0 75.7
b.Translog 146 68.1 77.6 49.0 79.7 99.8
24.0 78.9 c.
Lainnya 28 64.6 79.7 26.0 73.2 86.4
66.2 68.3 Representasi
Teknologi a. Primal
478 75.5
100.0 26.0
77.0 100.0
33.0 76.5
b.Dual 91 67.7 86.7
49.0 79.0 96.0 17.0 76.9
AMTE 74.6
77.3 76.6
Jumlah studi 159
410 569
Jml Pene- litian
68 117
167
Sumber : Bravo-Ureta et al 2007 Bozoglu and Ceyhan 2007 menilai efisiensi teknik dari produksi sayuran
di Turki dengan menggunakan pendekatan SFA. Data yang digunakan adalah data cross-section dari 275 usahatani sayuran dan model yang digunakan adalah
47
model fungsi produksi stochastic frontiert Cobb-Douglas. Analisis data didasarkan pada data output usahatani sayuran dan input meliputi: lahan, tenaga
kerja, modal meliputi pengeluaran untuk pupuk, pestisida, pengolahan lahan, dan panen. Determinan yang menentukan efisiensi teknik meliputi umur petani,
pengalaman, pendidikan, ukuran keluarga, dummy pendapatan di luar usahatani, dummy kredit, dummy partisipasi wanita, dan skor informasi. Hasil
memperlihatkan bahwa rata-rata efisiensi teknik adalah 0.82. Sumber penyebab inefisiensi yang positif dan berpengaruh secara nyata adalah umur petani. Namun
pengalaman, pendidikan, penggunaan kredit, partisipasi wanita, dan skor informasi
mempunyai tanda negatif dan berpengaruh nyata terhadap inefisiensi teknik.
Iraizoz et al. 2003 melakukan studi efisiensi teknik tomat dan asparagus di Spanyol menggunakan pendekatan DEA dan SFA. Data yang digunakan
adalah data cross section dari 46 petani sampel dan fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi stochastic frontier Cobb-Douglas untuk
pendekatan SFA. Analisis data didasarkan pada data output tomat dan asparagus dan input meliputi: lahan, tenaga kerja, modal dan pengeluaran meliputi
pengeluaran untuk pupuk, pestisida, dan pengeluaran lainnya. Temuan untuk rata-rata efisiensi dengan menggunakan SFA, CRS dan VRS untuk tomat
berturut-turut adalah 0.89, 0.81, and 0.89. Selanjutnya untuk asparagus SFA, CRS dan VRS berturut-turut adalah 0.80, 0.75, and 0.80, Mereka menyimpulkan
bahwa perhitungan efisiensi dengan pendekatan SFA dan VRS menghasilkan hasil yang sama.
Wadud and White 2000 melakukan studi efisiensi teknik usahatani padi di Bangladesh dengan menggunakan pendekatan DEA dan SFA. Data yang
digunakan adalah data cross section dari 150 petani sampel dan untuk pendekatan SFA digunakan fungsi produksi Translog. Analisis data didasarkan pada data
output padi dan kombinasi input unit biaya meliputi: lahan, tenaga kerja, irigasi, pupuk, dan pestisida. Determinan yang menentukan efisiensi teknik meliputi
umur petani, plot, pendidikan, infrastruktur irigasi dummy, dan degradasi lingkungan dummy. Temuan untuk rata-rata efisiensi dengan menggunakan
SFA, CRS dan VRS untuk padi berturut-turut adalah 00.79, 0.79, and 0.86. Hasil
48
regresi memperlihatkan sumber penyebab inefisiensi yang berpengaruh nyata dan positif berdampak negatif pada efsiiensi adalah infrastruktur irigasi dan
degradasi lahan. Udoh 2005 mengaplikasikan fungsi produksi stochastic frontier untuk
mengestimasi output-oriented efisiensi teknik dari waterleaf. Hasil empiris diperoleh bahwa rata-rata inefisiensi teknik adalah 65 persen. Hal ini
memperlihatkan bahwa produksi dapat ditingkatkan sebesar 35 persen dari teknologi sekarang. Hasil juga memperlihatkan keberadaan dari constan return to
scale dan produksi marjinal positif dari input yang digunakan.
Selanjutnya Abedullah, Bakhsh dan Ahmad 2006 menggunakan pendekatan fungsi produksi stokastik frontier untuk mengestimasi inefisiensi
teknis pada produksi kentang. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan petani kentang 84 persen sudah mencapai efisiensi teknis. Hal ini menunjukkan bahwa
untuk mencapai produk potensial dapat ditingkatkan melalui peningkatan penggunaan sumberdaya. Koefisien dari pupuk kimia dan irigasi negatif, tetapi
tidak signifikan berimplikasi bahwa kedua input digunakan secara berlebihan. Penelitian yang akan datang harus difokuskan pada menentukan tingkat
penggunaan pupuk optimum untuk produksi kentang. Tetapi koefisien dari irigasi bertanda negatif disebabkan oleh kualitas air tanah yang miskin. Studi ini juga
mengidentifikasi bahwa jasa penyuluhan tidak diseminasikan didalam studi karena hanya 37 persen dari petani mempunyai kontak dengan penyuluh. Namun
hasil koefisien yang besar dari jasa penyuluhan menunjukkan bahwa peningkatan dalam penyuluhan ini dapat secara signifikan meningkatkan efisiensi teknis dari
produksi kentang. Msuya, et al 2008 melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengestimasi tingkat efisiensi teknik dari 233 petani jagung di Tanzania, menggunakan fungsi produksi stochastic frontier, juga untuk melihat faktor
penentu yang mempengaruhi inefisiensi sehingga dapat ditemukan cara untuk meningkatkan produksi dan produktivitas petani gandum berskala kecil di
Tanzania. Efisiensi teknik bervariasi antara 1.1 persen sampai 91 persen dengan rata-rata TE = 60.6 persen. Faktor yang mempunyai pengaruh negatif terhadap
efisiensi teknik antara lain: pendidikan rendah, ketidakaksesan terhadap kredit,
49
keterbatasan kapital, fragmentasi lahan, ketidaktersediaan input, dan tingginya harga input. Petani yang mempunyai pendapatan di luar usahatani ditemukan
lebih efisien, dan petani yang menggunakan pestisida kimia kurang efisien dalam mengusahakan usahataninya.
Bakhsh dan Hassan 2008 melihat hubungan antara efisiensi teknik dengan kemampuan manajerial. Dalam penelitiannya dianalisis hubungan
efisiensi teknik dengan kemampuan manajerial dari petani wortel. Tingkat pendidikan dan keterbukaan pada jasa penyuluhan merupakan faktor penentu dari
kemampuan manajerial petani wortel. Dengan menggunakan fungsi stochastic frontier, pendidikan dan penyuluhan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap efisiensi teknik. Dengan demikian peningkatan pendidikan dan perluasan penyuluhan dapat meningkatkan efisiensi teknik dan mengurangi
pengunaan sumberdaya yang berlebihan. Solis et al. 2006, melakukan studi untuk melihat bagaimana efisiensi
teknik dihubungkan dengan aktivitas dari dua program manajemen sumberdaya alam di Amerika Tengah. Data diambil dari 639 petani di El Salvador dan
Honduras untuk mengestimasi fungsi stochastic frontier dan efek inefisiensi teknik secara simultan. Temuan penting dari penelitian ini adalah peningkatan
efisiensi teknik secara finansial menguntungkan dan juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Selanjutnya diperoleh hubungan positif antara
produktivitas dengan diversifikasi output dan hubungan positif antara efisiensi teknik dengan pendapatan di luar usahatani, human capital, dan penyuluhan
pertanian. Erosi menyebabkan produkstivitas menurun sehingga kemiskinan pedesaan dan degradasi lingkungan meningkat.
Lebih lanjut Solis et al. 2006 mengukur pengaruh investasi konservasi lahan terhadap efisiensi teknik pada rumah tangga petani di El Salvador. Alat
analisis menggunakan regresi switching untuk mengestimasi fungsi produksi frontier. Hasil penelitian membuktikan bahwa petani dengan investasi konservasi
tinggi mempunyai tingkat efisiensi teknik lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak mengkonservasi lahannya. Selanjutnya akses terhadap kredit
merupakan sumber inefisiensi yang penting dalam penelitian ini.
50
Studi mengenai hubungan antara aktivitas di luar usahatani dengan efisiensi menjadi isu yang menarik. O’Neill dan Matthews 2001 menyatakan
ada hubungan negatif antara pendapatan di luar usahatani dengan efisiensi. Akses terhadap kredit juga berpengaruh terhadap efisiensi. Ekanayake and
Jayasuriya 1987 menemukan hubungan positif dan signifikan antara akses terhadap kredit dengan efisiensi teknik pada petani padi di Sri langka. Tetapi
Deininger et al 2004 menyimpulkan bahwa ketersediaan kredit pada petani lokal tidak berdampak pada petani di Colombia. Hasil yang sama dikemukakan oleh
Rios dan Shively 2006, Binam et al 2003 untuk sampel petani di Vietnam dan Ivory Coast.
Dampak dari penyuluhan pertanian dan training pendidikan, pengalaman petani terhadap efisiensi teknik telah banyak dilakukan dalam beberapa studi.
Stefanou dan Saxena 1988 menemukan pengaruh positif dan signifikan antar pendidikan dan pengalaman terhadap efisiensi, dan dalam beberapa kasus kedua
variabel tersebut diperlakukan sebagai faktor yang menerangkan kinerja usahatani. Selanjutnya O’Neill and Matthew 2001 mempelajari peran
penyuluhan pertanian pada efisiensi di Irlandia dan menemukan hubungan positif diantara kedua variabel tersebut.
Obare, Nyagaka, Nguyo dan Mwakubo 2010 melakukan penelitian untuk melihat tingkat efisiensi alokatif sumberdaya dari petani kentang dan melihat
faktor yang mempengaruhi efisiensi alokatif. Pendekatan yang digunakan adalah fungsi dual stochastic frontier dan model two-limit tobit. Hasil menunjukkan
pengalaman, akses terhadap kredit, akses terhadap penyuluhan, keanggotaan dalam kelompok berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi efisiensi
alokatif. Hasan dan Islam 2010 menggunakan data cross section dari tiga daerah di Bangladesh dan pendekatan fungsi produksi Cobb Douglas
menyimpulkan bahwa pendidikan dan training mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap inefisiensi teknik. Studi empiris faktor-faktor yang
mempengaruhi efisiensi disarikan pada Tabel 3.
51
Tabel 3. Studi Empiris Faktor-faktor yang Menentukan Inefisiensi Teknis dengan Pendekatan Stochastic Frontier
Penulis LokasiNegara Faktor
yang Mempengaruhi
Inefisiensi
Msuya et al, 2008 Tanzania
Umur -, tingkat pendidikan primer -, dummy pupuk -, pendapatan luar ustan -,
jumlah tanggungan keluarga -, hanhoe -, benih tradisional -, keanggotaan kelompok
-, gender -, akses kredit-, plot +, Kontak penyuluhan +,
Solis,D et al.,2009 Amerika Tengah Umur +, pendidikan -, jender -, penyuluhan
-, akses kredit -, kepemilikan +, partisipasi -, pelatihan -.
Omonona et al.,2010
Nigeria Luas lahan +, umur -, penyuluhan +,
keanggotaan + dan pengalaman + Obare et al., 2010
Kenya Faktor yang mempengaruhi efisiensi alokatif
semuanya bertanda positif + yaitu: jender, umur, pendidikan, pengalaman, kontak
penyuluhan, akses kredit, keanggotaan
Hasan, 2010 Bangladesh
Luas lahan +, umur -, pendidikan -, pengalaman -, jumlah tanggungan -,
penyuluhan +, pelatihan gandum - Ahmed,2011
Bangladesh Fragmentasi lahan -, pendidikan -, kredit -,
jumlah tanggungan + Sukiyono,2005
Indonesia Umur -, pendidikan +, pengalaman -, luas
lahan + Udoh, 2005
Nigeria Pendidikan -, umur +, pengalaman -
Abedullah, BakshAhmad,
2006 Pakaistan
Umur -, pendidikan -, status pemilik +, konsultasi ke penyuluh -, konsultasi ke dealer
input -, areal sayuran - Sherlund et al,
2002 Coˆte d’Ivoire
Afrika Barat Varietas padi -, pengalaman -, jender -,
umur +, pendidikan +, plot +, variabel manajetrial +
Saptana,2011 Indonesia Rasio pendapatan -, luas lahan garapan -
,pendidikan -, pengalaman - Sinaga,2011 Indonesia Pendidikan
+, pengalaman -, kepemilikan - dan akses terhadap kredit +
Reddy, 2002 Fiji
Penyewa: umur +, pendidikan -, status lahan -, kelas lahan +, luas lahan -
Pemilik : umur +, pendidikan -, status lahan -, kelas lahan +, luas lahan -
Fauziyah 2010
Indonesia
Umur +, pendidikan -, pendapatan non pertanian -, teknik budidaya -, kelompok
tani -, penyuluhan pertanian -
Ahmad, Chaudry, and Iqbal, 2002
Pakistan Umur +, pendidikan -, pemilik -, penyewa
-, penyuluhan -, kredit -, luas lahan -
Bakhsh, Khuda dan Sarfraz
Hassan ,2008 Pakistan
Umur -, pendidikan -, luas lahan -, akses penyuluhan -, distrik -, dummy
input +
52
Tabel 3. Lanjutan Penulis LokasiNegara
Faktor yang
Mempengaruhi Inefisiensi
Kalirajan dan Flinn, 1983
India
Pendidikan -, pengalaman -, Pengetahuan -, Kontak penyuluhan -,
penggarap bagi hasil +
Ekanayake, 1987 Srilanka
Petani zona barat -, kemampuan baca tulis -, petani paruh waktu +, kredit -, petani
terbelit utang +, varietas berumur pendek yang mudah ditanam -
Ali dan Flinn, 1989
Pakistan
Pendidikan -, menyewa -, pekerjaan off- farm
+, ketidaktersediaan kredit +, ukuran lahanusahatani +, pemilikan
sumur -, penggunaan traktor -, hambatan airirigasi +, tanam terlambat +,
terlambat memupuk -
Wilson et al., 1998
Inggris Proporsi lahan irigasi -, keikutsertaan
kelembagaan koperasi -, rotasi tnaman-
Nwuru, J.C., 2011 Nigeria
Umur -, jumlah tanggungan +, luas lahan -, pendidikan -, akses kredit +, keanggotaan
+, kunjungan penyuluh +, jender -. Maganga et al,
2012 Malawi
Pekerjaan di luar usahatani +, pendidkan -, kunjungan penyuluh -, kredit -, pengalaman
-, tingkat spesialisasi -, umur +, Ukuran keluarga +, frekuensi penyaiangan gulma -
Sumber: diadaptasi dari berbagai sumber Dari berbagai literatur sebelumnya, masih sedikit studi memperhatikan
hubungan antara keberlanjutan lingkungan dengan efisiensi usahatani. Salah satu studi yang dilakukan oleh Pascual 2005 dengan menggunakan model
frontier tetapi dengan sedikit sampel, menyimpulkan bahwa peningkatan efisiensi teknik dapat dilakukan melalui alokasi input yang lebih baik dan intensifikasi
lahan secara signifikan dapat mengurangi erosi lahan berkaitan dengan praktek usahatani slash-and-burn di Meksiko. Wadud dan White 2000 juga menemukan
adanya hubungan positif antara degradasi lahan rendah dengan efisiensi teknik untuk petani padi di Bangladesh. Otsuki et al 2002 menemukan bahwa
kebijakan publik dihubungkan dengan kepemilikan lahan dapat mengurangi degradasi lingkungan dan dapat meningkatkan efisiensi teknik di Amazon Brazil.
Aplikasi model frontier untuk komoditas hortikultura masih jarang ditemukan di Indonesia. Berdasarkan literatur sebelumnya dijumpai pada studi
Sukiyono 2005 pada usahatani cabai merah di Rejang-Lebong Bengkulu,