31
2.5 Pembangunan Berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan diperkenalkan dalam World Conservation Strategy
Strategi Konservasi Dunia yang diterbitkan oleh United Nations Environment Programme
UNEP, International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources
IUCN, dan World Wide Fund for Nature
WWF pada 1980. Konsep pertama Pembangunan Berkelanjutan dirumuskan dalam
Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia Mengenai
Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1987 World Comission on Environment and Development
WCED mempublikasikan formulasi Brundtland dalam “Our Common Future” yang menghubungkan
dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Bruntland Report mendefinisikan: “sustainable development as development which meets the needs of current
generations without compromising the ability of future generations to meet their own needs
“ WCED, 1987. Banyak definisi yang telah dikemukakan mengenai pembangunan
berkelanjutan. Munasinghe 2004 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: tujuan ekonomi economic
objective , tujuan ekologi ecological objective dan tujuan sosial social
objective . Tujuan ekonomi terkait dengan masalah efisiensi efficiency dan
pertumbuhan growth; tujuan ekologi terkait dengan masalah konservasi sumberdaya alam natural resources conservation; dan tujuan sosial terkait
dengan masalah pengurangan kemiskinan poverty dan pemerataan equity. Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya terletak pada
adanya harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial, seperti yang digambarkan dalam Gambar 7.
Gambar 7 memperlihatkan tiga tujuan yang berkaitan, sinergis dan terintegrasi. Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimisasi aliran
pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam memperoleh pendapatan tersebut. Indikator
utama dimensi ekonomi ini ialah tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan pertumbuhan nilai tambah termasuk laba, dan stabilitas ekonomi. Dimensi
32
ekonomi menekankan aspek pemenuhan kebutuhan ekonomi material manusia baik untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang.
• Intra-generationalequity -
valuationinternalisation • Basic needslivelihood
- insidence of impacts
• Intergenerational equity • Valuesculture
Sumber: Munasinghe, 2004 Gambar 7. Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Dimensi sosial adalah orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial yang harmonis
termasuk tercegahnya konflik sosial, preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan, termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,
pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-budaya merupakan indikator-
indikator penting yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan melalui
keterkaitan yang tepat antara sumberdaya alam, kondisi ekonomi, dan sosial. Nurmalina 2007 menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan bukanlah
situasi harmoni yang sifatnya statis, namun merupakan suatu proses perubahan yang eksploitasi sumberdaya alamnya, orientasi perkembangan teknologi, dan
pengembangan kelembagaan konsisten dengan pemenuhan kebutuhan pada saat
ini dan masa depan.
• Growth • Efficiency
• Stability
ECONOMIC
SOCIAL
• Enpowerment • Inclusionconsultation
• Institutiongovernance
ENVIRONMENTAL
• Resiliencebiodiversity • Natural resources
• pollution
• Poverty • Equity
• Sustainability
•
Climate
33
2.5.1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau usahatani berkelanjutan sudah dirangkum sebagai sebuah isu luas yang meliputi peran usahatani dalam masyarakat
pedesaan, kebutuhan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, penggunaan lahan pedesaan, ternak, pembangunan pasar pangan lokal, dan kebutuhan
pertanian untuk mendorong sektor lainnya misalnya kepariwisataan. Empat pilar diartikan sebagai 1 secara ekonomi fisibel economically feasible untuk
membentuk sistem produksi jangka panjang, merujuk pada perbaikan produktivitas tanaman dan, 2 penggunaan teknologi yang sepadan
technologically appropriate, 3 secara lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan dan merujuk pada pelestarian peningkatan sumberdaya lingkungan,
environmentally sound and sustainable, 4 secara`sosial dan budaya dapat diterima dan merujuk pada keadilan, dan peningkatan kualitas hidup socially and
culturally acceptable Munasinghe, 2004; Zhen, 2003.
Suryana 2005 menyatakan bahwa konsep keberlanjutan mengandung pengertian pengembangan produksi pertanian harus tetap memelihara kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Untuk menjaga pertanian berkelanjutan dalam jangka panjang lintas generasi antara lain mengembangkan sistem
usahatani konservasi, pengendalian hama terpadu dan AMDAL. Pertanian berkelanjutan dapat merespon perubahan pasar, inovasi teknologi terus menerus,
teknologi ramah lingkungan, dan pelestarian sumberdaya alam. Salah satu strategi adalah penggunaan LEISA.
2.5.2. Pengukuran Indikator Pertanian Keberlanjutan
Untuk menilai keberlanjutan diperlukan beberapa indikator, namun indikator keberlanjutan yang terdiri atas banyak aspek masih beragam. Beberapa
indikator yang telah dikenal dikemukakan oleh Smith dan McDonald 1998, Ceyhan 2010 dan lainnya. Secara umum, indikator dijabarkan dari tiga pilar
pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan, sebagai aspek multidimensi dari keberlanjutan. Beberapa analisis indikator yang
telah digunakan antara lain RISE Response-Inducing Sustainability Evaluation, AMOEBA serta analisis multi-dimensi. Kesulitan menilai keberlanjutan
menggunakan pendekatan multidimensi adalah unit yang diukur dan skala yang