67
model ditambahkan variabel manajerial dan struktural dan diestimasi secara simultan Batesse dan Coelli, 1995, sehingga persamaan menjadi :
, ,
v u ……………………… 15
Variabel yang menunjukkan struktur usahatani adalah : jarak lokasi, tipe usahatani mono cropping atau tumpang sari, status kepemilikan lahan usahatani,
akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan kredit, akses terhadap penyuluhan dan pelatihan. Karakteristik manajerial usahatani meliputi umur,
tingkat pendidikan, pengalaman bertani sayuran, dan jumlah tanggungan keluarga Van Passel, 2006a.
Battese dan Coelli 1992, dan Coelli et al. 1998 menyatakan terdapat dua pendekatan untuk menguji faktor-faktor determinan sumber-sumber efisiensi
teknis dan sekaligus inefisiensi teknis. Metode pertama adalah prosedur dua tahap. Tahap pertama mengestimasi nilai efisiensi atau efek-efek inefisiensi untuk
usahatani individu setelah dilakukan estimasi terhadap fungsi produksi frontier. Tahap kedua mengestimasi model regresi di mana nilai efisiensi inefisiensi
digambarkan sebagai suatu fungsi dari variabel-variabel sosial ekonomi yang mempengaruhi inefisiensi teknis. Metode kedua adalah prosedur satu tahap
simultan di mana efek-efek inefisiensi di dalam model stokastik frontier dimodelkan dengan menggunakan variabel-variabel yang relevan di dalam
menjelaskan inefisiensi produksi.
3.3. Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis
Menurut Debertin 1996, untuk mengukur efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis dapat diturunkan dari fungsi biaya dual dari fungsi produksi Cobb
Douglas yang homogenous. Doll and Orazem 1984, Debertin 1986, Bravo Ureta 1997, menyatakan bahwa dalam penelaahan ekonomi produksi, di dalam
suatu proses terdapat tiga input konvensional yaitu lahan, tenaga kerja, dan modal. Asumsikan fungsi produksi Cobb Douglas dengan satu output Y dan
menggunakan tiga faktor produksi yaitu lahan x
1
, tenaga kerja x
2
dan modal x
3
: …………………………………………..………. 16
68
Fungsi biaya dengan tiga input adalah : +
…………………………..………………….. 17 Bentuk fungsi biaya dual dapat diturunkan melalui minimisasi biaya dengan
kendala output Y = Y
Fungsi Lagrange menjadi : ,
………. 18 Untuk memperoleh nilai X
1
dan X
2
dan X
3
yang meminimalkan biaya dapat diturunkan sebagai berikut:
FOC : … … … … … … … … … … … … … .. 9
… … … … … … … … … … …. … … … … … … … … … … … … …
… … … … … … … … … … … … … … … … … … Dari persamaan 19 dan 20, diperoleh:
. . .
Dari persamaan 20 dan 21 diperoleh
. . .
69
Substitusikan nilai x
2
dan x
3
kedalam persamaan 22, sehingga diperoleh persamaan untuk penggunaan input yang efisien:
∏
∏ …………………………. 23
∏
∏ ………………………….… 24
∏
∏ ………………………….… 25
Secara umum untuk input x ke – i dapat ditulis:
∏
∏ … … … … … … … … … … … … … . 6
Selanjutnya nilai x
i
dimasukkan ke dalam fungsi biaya sehingga diperoleh fungsi biaya dual :
∏
∏
………………… 27 Parameter
merupakan hasil estimasi fungsi produksi frontier, P
xj
merupakan harga input ke-j. Penurunan fungsi biaya dual selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Jondrow et al. 1982 mendefinisikan efisiensi ekonomi
sebagai rasio antara biaya total minimum yang diobservasi C dengan biaya total produksi aktual C , sehingga persamaan efisiensi ekonomi menjadi :
| ,Y ,P
| ,Y ,P
.
…………….…… 28 Dengan demikian persamaan efisiensi alokatif adalah :
; dengan 0 ……………..………………………. 29
3.4. Perhitungan Nilai Keberlanjutan
ADVANCE 2006, Van Passel 2009 menyatakan sebelum menghitung nilai keberlanjutan terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan
seperti:
70
1. Memilih perusahaanaktivitas ekonomi yang akan dianalisis.
2. Memilih benchmark; merupakan langkah penting dalam menghitung nilai
keberlanjutan, karena mencerminkan opportunity cost. Pilihan benchmark dapat berbeda-beda. Figge dan Hahn 2004 menggunakan nilai dari
ekonomi nasional. Pilihan benchmark menggambarkan sebuh keputusan normatif dan menentukan kekuatan dari hasil penilaian keberlanjutan.
3. Mendefinisikan sumberdaya yang akan digunakan. Sumberdaya yang
relevan, misalnya tenaga kerja dan lahan harus ditentukan. Secara teoritis, pilihan akan meliputi sumberdaya yang kritis untuk keberlanjutan dari
perusahaan. Perhitungan SVA didasarkan pada konsep opportunity cost, artinya nilai ini
diformulasikan ketika sebundel sumberdaya yang digunakan oleh perusahaan lebih efisien dibandingkan dengan benchmarknya atau dengan kata lain SVA
terwujud ketika penerimaan yang dapat dicapai dari sebundel sumberdaya yang digunakan lebih besar dari opportunity cost- nya Figge and Hahn, 2004, 2005,
Illge et al., 2008, Van Passel, 2009. Lebih lanjut Illge et al. 2008 menyatakan bahwa secara teknik cara menghitung SV dapat berbeda tergantung pada fungsi
produksi atau asumsi benchmark yang digunakan untuk menghitung opportunity cost
. Dengan demikian langkah yang dilakukan untuk menghitung nilai
keberlanjutan ADVANCE 2006, Illge et al 2008, van Passel 2009 adalah: 1.
Menghitung berapa banyak returnpenerimaan yang dapat diciptakan dari penggunaan sumberdaya perusahaan eco-efficiency = dan eco-efficiency
benchmark =
...........................................................................................30 2.
Menghitung berapa banyak returnpenerimaan yang dapat diciptakan oleh benchmark
bila menggunakan sumberdaya perusahaan untuk masing-masing sumberdaya opportunity cost =
…………………………. 31 3.
Menghitung value spread = …………………………………. 32
4. Mengitung nilai kontribusi untuk masing-masing sumberdaya =
……………………………………………….……. 33
71
Nilai ini memperlihatkan berapa banyak lebih besarkecil nilai yang dapat diciptakan perusahaan dari sumberdaya yang digunakan dibandingkan dengan
opportunity cost -nya.
5. Menghitung berapa banyak nilai keberlanjutan yang dapat diciptakan
perusahaan sustainable value. Perhitungan Nilai keberlanjutan SV: .................................................................. 34
∑
……………………………….……………….. 35 dengan :
SV
ir
= nilai keberlanjutan dari usahatani yang diobservasi r
= jumlah sumberdaya yang digunakan usahatani yang diobservasi Y
i
= value added
dari perusahaan yang diobservasi X
i
= jumlah sumberdaya yang digunakan oleh usahatani yang diobservasi
Y = value added
dari benchmark X
= jumlah sumberdaya yang digunakan oleh benchmark Nilai keberlanjutan SVir positif 0 menunjukkan bahwa perusahaan
telah menggunakan sumberdayanya lebih efisien dibandingkan dengan benchmark
nya. Nilai keberlanjutan negatif 0 menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan sumberdayanya kurang efisien dibandingkan dengan
benchmark nya
Untuk membandingkan return yang dihasilkan perusahaan dengan return benchmark
yang dapat diciptakan dari penggunaan sumberdaya perusahaan opportunity cost diukur dengan return to cost RtC. Nilai ini sama dengan
konsep benefit- cost ratio. RtC dikenal pula sebagai efisiensi keberlanjutan sustainable efficiency.
… … … … … … … … . . 6 Nilai RtC 1 menunjukkan bahwa penerimaan usahatani lebih besar dari
return penerimaan per unit sumberdaya. Hal ini berarti perusahaan lebih efisien
dalam menggunakan sumberdaya dibandingkan dengan benchmarknya. Hahn et al., 2006. Dengan kata lain value added yang diciptakan oleh