Pendekatan Stochastic Frontier dan Pengukuran Efisiensi Teknik

74 ln ln ln ……………………….. 46 Untuk melakukan perhitungan, pertama harus membersihkan ukuran output VA dari komponen gangguan u i sehingga dapat dikerjakan dalam kerangka deterministik menjadi: ln ln ln ln ; ln ln ………………………………..……..... 47 Selanjutnya dicari efisiensi teknik sumberdaya r efisien pada tingkat tertentu. Ini dapat diturunkan secara simultan dari persamaan 39 dan rasio sumberdaya r1r2=k. Pemecahan secara simultan diperoleh setelah parameter dari fungsi Cobb Douglas sudah diestimasi dengan menggunakan metode maksimum likelihood. Setelah diestimasi maka akan diperoleh persamaan: ln ln ln ln ln = ln …………………………..…… 48 Notasi VA i adalah output frontier yang diprediksi, dan VA adalah output yang diobservasi. Dengan demikian r efisien adalah : . exp . …............................................. 49 exp . .............................................. 50 Perhitungan untuk lima variabel dapat dilihat pada Lampiran 5. Dengan memasukkan persamaan 49 dan 50 ke persamaan 45, maka nilai keberlanjutan dapat dicari. Nilai keberlanjutan dari usahatani i dengan hanya menggunakan dua sumberdaya dengan asumsi menggunakan teknologi Cobb Douglas, maka nilai keberlanjutan adalah: . . . . . …………... 51 75 Karena Cobb Douglas mempunyai elastisitas substitusi konstan = 1 secara sederhana perhitungan nilai keberlanjutan untuk usahatani sebagai berikut: . . . . . …………. 52 Penurunan fungsi untuk mencari input sumberdaya yang efisien dengan lima variabel dapat dilihat pada Lampiran 5. Fungsi Produksi Cobb Douglas mempunayi nilai dual sendiri, maka fungsi biaya dual dapat diturunkan sebagai : , ; ……………………………………………...…...... 53 Dimana c i adalah biaya minimum dari usahatani ke-i berkaitan dengan nilai tambah ; w i = harga inputdari usahatani ke-i ; adalah parameter dugaan dari fungsi produksi. Dengan menggunakan Sheppard Lemma maka X efisien permintaan input pada kondisi biaya minimum adalah : , ; ……………………………... 54 3.6. Kerangka Pemikiran Konsepsional Variabel yang diduga mempengaruhi variabilitas produksi kentang dan kubis terdiri atas luas lahan, jumlah penggunaan input benih, pupuk anorganik, pupuk organik, pestisida, penggunaan tenaga kerja baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Selain faktor tersebut kemiringan lahan juga diduga mempengaruhi produksi karena sayuran dataran tinggi diusahakan pada lahan dengan kemiringan yang bervariasi dari kemiringan datar 0 persen hingga diusahakan pada kemiringan hampir 80 persen. Efisiensi usahatani selain dipengaruhi oleh karakteristik struktural juga dipengaruhi oleh karakteristik manajerial. Ini berhubungan dengan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Isu inefisiensi muncul karena petani dalam menjalankan usahataninya belum 100 persen efisien. Saptana 2011 dalam analisisnya pada cabe merah besar dan cabe merah kerinting menunjukkan 76 beberapa determinan sebagai sumber inefisiensi antara lain: umur kepala keluarga, pendididkan, pengalaman, pangsa anggota rumahtangga terhadap total anggota rumahtangga, keanggotaan dalam kelompok, pendapatan dan pangsa pendapatan, rotasi tanaman, akses ke pasar output dan ketergantungan kepada pedagang langganan, dan kemandirian permodalan. Secara teoritis, keberlanjutan usahatani sayuran dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari sisi lingkungan, rumahtangga petani sayuran dataran tinggi dalam mengelola usahataninya menghadapi masalah menurunnya kesuburan lahan yang diakibatkan oleh tingginya erosi pada lahan berlereng. Akibatnya mereka menggunakan pupuk tidak sesuai dengan anjuran. Penggunaan pupuk bervariasi dari penggunaan rendah sampai berlebihan. Demikian halnya pemakaian pestisida. Penggunaan pupuk Nitrogen dan Fosfor yang berlebihan dapat menjadi ancaman yang berbahaya terhadap lingkungan, sehingga pertanian menjadi tidak berkelanjutan. Di sisi lain, status kepemilikan lahan bukan lahan milik yang banyak dijumpai di daerah penelitian, tingginya biaya untuk konservasi, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya modal finansial, rendahnya tingkat pengetahuan, akan mengakibatkan rendahnya adopsi konservasi lahan di lahan berlereng, sehingga erosi terus berlanjut yang pada akhirnya dalam jangka panjang terjadi penurunan produktivitas. Dengan demikian untuk mempertahankan keberlanjutan usahatani, diperlukan penilaian bagaimana petani berkontribusi pada keberlanjutan usahataninya. Wilson et al. 1998 mengungkapkan hasil estimasi beberapa determinan penyebab terjadinya inefisiensi teknis dalam usahatani kentang di Inggris, antara lain : 1 Pengalaman petani mengusahakan komoditas kentang, 2 Keikutsertaan petani dalam kelembagaan koperasi, 3 Rotasi tanaman kentang dengan tanaman serealia, 4 Proporsi lahan usahatani kentang yang beririgasi, 5 Adanya tempat atau gudang untuk penyimpanan sebelum dilakukan penjualan, 6 Jenis benih atau bibit yang digunakan atau tercatattersertifikasi tidaknya bibit yang digunakan, dan 7 Skala pengusahaan komoditas kentang. Determinan utama inefisiensi teknis adalah proporsi luas usahatani kentang yang menggunakan 77 irigasi, keikutsertaan dalam kelembagaan koperasi, serta pola rotasi tanaman yang melibatkan tanaman serealia. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kajian empiris maka beberapa faktor yang mempengaruhi inefisiensi usahatani kentang dan kubis, antara lain adalah: umur petani, pendidikan, pengalaman bertani, jumlah anggota rumah tangga, keanggotaan dalam kelembagaan kelompok tani, akses terhadap kredit, status kepemilikan, dan sistem penanaman searah lereng, searah kontur dan teras bangku.

3.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka dapat disusun hipotresis penelitian: 1. Peningkatan luas lahan, penggunaan jumlah benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja dapat meningkatkan produksi kentang dan kubis. Kemiringan lahan dan sistem penanaman akan mempengaruhi produksi, semakin tinggi kemiringan lahan akan menurunkan produksi. 2. Faktor-faktor kapabilitas manajerial seperti umur, pendidikan, pengalaman, keanggotaan dalam kelompok, penyuluhan, akan menurunkan inefisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi atau meningkatkan efisiensi teknis, alokatif, dan ekonomi. 3. Semakin baik sistem pananaman akan menurunkan inefisiensi 4. Kontribusi petani terhadap keberlanjutan usahatani dan efisiensi keberlanjutan petani kentang dan kubis masih lebih kecil dari benchmark,