Keberlanjutan Usahatani Kentang dan Kubis

6.2. Analisis Efisiensi Teknis TE Usahatani Kentang 6.2.1. Sebaran Efisiensi Teknis Usahatani Kentang Efisiensi teknis dihitung dengan menggunakan persamaan TE= exp-ui. Dalam penelitian ini efisiensi teknik diperoleh dari hasil pendugaan persamaan 68, error ei =vi, ui dan dievaluasi menggunakan parameter estimasi yang telah disajikan pada Tabel 20 dari fungsi produksi stochastic frontier Cobb Douglas. Efisiensi teknis dihitung untuk masing-masing usahatani, selanjutnya analisis diteruskan dengan menganalisis efisiensi teknis berdasarkan kemiringan lahan dan sistem penanaman searah lereng, serah kontur dan teras bangku. Sebaran efisiensi teknis dapat dilihat pada Tabel 21. dan sebaran efisiensi teknis per individu petani sampel dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan nilai sebaran pada Tabel 21, terlihat bahwa efisiensi teknik TE berkisar antara 21 – 95 persen, dengan rata-rata efisiensi teknik sebesar 84 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek, produksi kentang masih dapat ditingkatkan sebesar 16 persen melalui penggunaan teknologi terbaik. Secara rata-rata 16 persen dari produksi hilang karena inefisiensi. Tabel 21. Distribusi Frekuensi Efisiensi Teknik TE Petani Kentang di Jawa Barat, 2011 Sebaran Efisiensi Jumlah petani orang Persentase 0-10 - - 11.-20 - - 21-30 2.00 1.0 31-40 1.00 0.5 41-50 3.00 1.5 51-60 1.00 0.5 61-70 6.00 3.0 71-80 25.00 12.3 81-90 129.00 63.5 91-100 36.00 17.7 Jumlah 203.00 100.0 Minimum : 21 Maksimum: 95 Rata-rata: 84 Sumber: data primer diolah Hasil ini konsisten dengan penemuan Bravo-Ureta et al 2007 dalam analisis meta regresi dari TE di pertanian, yang menemukan rata-rata TE sebesar 78 persen di Amerika Latin. Saptana menemukan hasil rata-rata TE sebesar 90 persen untuk cabe merah besar di Jawa Tengah, Abedullah 2006 menemukan rata-rata efisiensi teknik untuk kentang sebesar 84 persen dan Obare 2010 menemukan efisiensi teknik untuk kentang sebesar 57.3 persen. Bravo-Ureta 2007 menyatakan suatu usahatani dikatakan telah efisien secara teknik apabila rata-rata TE sebesar 70 persen. Berdasarkan hasil perhitungan TE terlihat bahwa sebanyak 93.5 persen petani kentang mencapai efisiensi teknik lebih besar dari 70 persen, dan sebanyak 6.5 persen masih berada pada kondisi tidak efisien atau masih mengalami inefisiensi teknis dalam usahataninya. Bravo, Ureta dan Pinheiro 1993 melakukan studi review pada tingkat usahatani di 14 negara berkembang yang berbeda. Dari 30 studi frontier, ditemukan tingkat efisiensi teknik berkisar antara 17 persen sampai 100 persen dengan rata-rata 72 persen. Selanjutnya dilaporkan efisiensi alokatif lebih rendah lagi yaitu antara 43 sampai 89 persen dengan rata- rata 68 persen. Efisiensi ekonomi berkisar antara 13-69 persen dengan rata-rata 43 persen. Selanjutnya Bravo-Ureta et al 2007 melakukan analisis meta frontier menemukan bahwa dari 167 studi efisiensi, dengan menggunakan pendekatan stochastic frontier rata-rata efisiensi yang dicapai oleh petani berkisar 75.2 persen sampai 78.4 persen. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 21 terlihat bahwa usahatani kentang di Jawa Barat sudah mencapai efisiensi teknik rata-rata 84 persen, ini menunjukkan secara rata-rata petani sampel masih mempunyai peluang untuk memperoleh hasil potensial yang maksimum seperti yang diperoleh petani paling efisien secara teknis. Efisiensi teknik masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi sekarang. Hal ini berimplikasi produktivitas kentang dapat ditingkatkan dengan menggunakan manajemen teknik terbaik. Jika petani mencapai efisiensi rata-rata dan ingin mencapai efisiensi maksimum maka peluang untuk meningkatkan produksi adalah sebesar 11.6 persen 1- 8495. Perhitungan yang sama jika petani yang tidak efisien ingin mencapai efisiensi maksimum, maka peluang peningkatan produksi sebesar 77.9 persen 1-2195. Di daerah penelitian, secara rata-rata petani kentang telah mencapai efisiensi teknis yang relatif tinggi. Beberapa faktor penyebabnya adalah petani mempunyai keterampilan teknis yang tinggi berkaitan dengan pengelolaan yang tepat waktu, ketepatan waktu tanam, jumlah penggunaan input yang tepat dan keterampilan teknis lainnya. Namun demikian produksi masih dapat ditingkatkan sampai mencapai produksi maksimum. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah penggunaan benih bersertifikat dan mengembangkan teknologi biologi yang dapat menghasilkan High Yield Variety HYV, optimalisasi penggunaan pupuk kandang, dan melakukan penanaman yang direkomendasikan sesuai dengan kemiringan lahan.

6.2.2. Produksi Potensial dan Kehilangan Produksi Usahatani Kentang

Produksi potensial dihitung untuk masing-masing usahatani dan hasilnya disajikan pada Tabel 22. Produksi potensial frontier dihitung dengan menggunakan rumus : Produksi potensial = 100TE produksi aktual Kehilangan produksi yang disebabkan oleh inefisensi teknik dihitung sebagai selisih antara rata-rata produksi aktual dengan produksi frontiernya jika petani mencapai 100 persen efisien. Nilai kehilangan dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang hilang dengan harga kentang per kg sebesar Rp 4589. Dari Tabel 22 terlihat bahwa semakin kecil efisiensi teknik petani semakin besar kehilangan produksinya. Tabel 22 baris 3 memperlihatkan bahwa bagi petani yang mencapai efisiensi teknik hanya 25 persen kolom 3 dengan produksi aktual sebesar 6.9 ton ha kolom 4, petani tersebut akan mencapai produksi tertinggi sebesar 26.6 tonha apabila mengelola usahataninya pada kondisi 100 persen efisien, maka petani tersebut akan kehilangan produksi sebesar 19.8 tonha kolom 6. Dengan demikian untuk mencapai efisiensi penuh 100 persen, petani dengan tingkat efisiensi yang paling kecil 25.8 persen dapat meningkatkan produksinya sebesar 288.1 persen dan sebaliknya petani yang efisiensinya tinggi 91.9 persen untuk mencapai efiensi penuh 100 persen dapat meningkatkan produksi sebesar 8.8 persen. Bila dikaitkan dengan nilai ekonomi, maka petani yang mencapai efisiensi terendah akan kehilangan penerimaan sebesar 90.7 juta rupiah per ha. Tabel 22. Produksi Potensial dan Kehilangan Produksi Usahatani Kentang pada Berbagai Tingkat Efisiensi di Jawa Barat, 2011 Sebaran Efisiensi Jumlah Usaha- tani Rata-rata Efisiensi Produksi Aktual Kgha Produksi Potensial Frontier Kgha Kehilangan Produksi kgha Persentase Nilai juta Rp 1 2 3 4 5 6 7 8 0-10 0 - - - - 11-20 0 - - - - 21-30 2 25.8 6 857 26 611 19 754 288.1 90.7 31-40 1 38.0 8 750 23 026 14 276 163.2 65.5 41-50 3 48.3 9 144 18 936 9 792 107.1 44.9 51-60 1 59.3 5 714 9 628 3 914 68.5 18.0 61-70 6 65.6 10 572 16 122 5 551 52.5 25.5 71-80 25 76.4 14 584 19 091 4 508 30.9 20.7 81-90 129 86.3 18 704 21 665 2 961 15.8 13.6 91-100 36 91.9 27 557 29 992 2 435 8.8 11.2 Jumlah 203 Sumber: data primer diolah. Kolom 5 = kolom 4kolom 3; kolom 6 = kolom 5 – kolom 4 Salah satu penyebab kehilangan produksi berkaitan dengan keterampilan teknis petani tersebut seperti ketepatan dalam waktu tanam, jumlah pupuk, benih, dan ketepatan penggunaan aplikasi pestisida. Hal lain yang menjadi penyebab adalah tingkat kemiringan lahan dan sistem penanaman. Perhitungan produksi potensial juga dihitung oleh Kibaara 2005 yang menyimpulkan bahwa peningkatan ke arah produksi potensial dapat dilakukan melalui peningkatan efisiensi.

6.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Inefisiensi Usahatani Kentang

Sejauh ini analisis difokuskan pada model Cobb Douglas. Bagian ini akan membahas sumber inefisiensi yang juga diestimasi dari model Cobb Douglas secara simultan. Tanda negatif pada parameter inefisiensi menunjukkan bahwa veriabel tersebut menurunkan inefisiensi teknik atau meningkatkan efisiensi teknik dan sebaliknya tanda positif menunjukkan bahwa peningkatan variabel tersebut akan meningkatkan inefisiensi teknik atau menurunkan efisiensi teknik. Perbedaan dalam efisiensi dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang berbeda antara petani. Faktor sosial ekonomi, infrastruktur dan faktor lingkungan dapat mempengaruhi efisiensi. Inefisiensi dihipotesakan dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Terdapat delapan variabel yang dihipotesakan menjadi sumber inefisiensi usahatani kentang. Kedelapan variabel tersebut adalah umur z 1 , pendidikan formal yang diselesaikan z 2 , pengalaman bertani z 3 , keanggotaan dalam kelompok dummy z 4 , frekuensi penyuluhan z 5 , akses terhadap kredit z 6 , status kepemilikan dummy z 7 , dan sistem penanaman z 8 . Faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis setiap petani sampel dianalisis secara simultan dengan model efek inefisiensi teknis menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier seperti dalam persamaan 56. Dengan menggunakan program Frontier 4.1. Tujuh variabel ditemukan berpengaruh nyata terhadap efisiensi teknik. Hasil pendugaan faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis disajikan pada Tabel 23. Table 23. Hasil Estimasi Parameter Model Efek Inefisiensi Teknis Produksi Stokastik Frontier Usahatani Kentang di Jawa Barat, 2011 Koefisien standard-error t-ratio Konstanta -3.8679 3.6601 -1.0568 Umur 1 0.0726 0.0452 1.6069 Pendidikan 2 -0. 0154 0.0346 -0.4447 Pengalaman 3 -0.0228 0.0168 -1.3527 Anggota kelompok D 4 -1.2373 0.6673 -1.8541 Frekuensi penyuluhan 5 -0.1599 0.1215 -1.3167 Akses Kredit D 6 0.5882 0.5478 1.0737 Status Kepemilikan D 7 1.4497 1.1414 1.2702 Sistem Penanaman D 8 -0.5367 0.2807 -1.9121 Sumber: data primer diolah Keterangan: = nyata pada taraf α= 0.01; = nyata pada taraf α= 0.05; = nyata pada taraf α= 0.1; Tanda dan besaran koefisien hasil estimasi di dalam model efek inefisiensi umur, akses terhadap kredit, status kepemilikan lahan bertanda positif, artinya semakin tinggi ketiga varabel tersebut akan menurunkan efisiensi teknik. Tanda ini tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan pendidikan, pengalaman, keanggotaan dalam kelompok, frekuensi penyuluhan, dan sistem penanaman