Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis

Faktor Internal 1. Penggunaan Sarana Produksi • Luas Lahan • Benih • Pupuk • Pestisida • Tenaga kerja 2. Sumber Inefisiensi • Karakteristik Struktural • Karakteristik manajerial • Status Kepemilikan Latar Belakang dan Permasalahan Faktor Eksternal • Kemiringan Lahan • Tingkat Erosi Faktor Usahatani Berkelanjutan • Keuntungan • Lahan • Tenaga Kerja • Modal • Biaya Sarana Produksi • Erosi Stochastic Production Frontier Sustainable Value Approach SVA Implikasi • Sumber TE, AE • Mengurangi inefisiensi • Strategi Keberlanjutan Fungsi Produksi Cobb- Douglas SVA dikaitkan dengan Fungsi Produksi Frontier Cobb- Douglas Penggunaan Input-input Produksi Produksi Usahatani Kentang dan Kubis Serta Tingkat TE, AE,EE Determinan faktor yang mempengaruhi inefisiensi Pertanyaan 1. Faktor apa yang mempengaruhi Produksi 2. Faktor apa yang mempengaruhi inefisiensi 3. Seberapa besar tk. TE, AE, dan EE 4. Seberapa besar tingkat kontribusi petani terhadap keberlanjutan Tujuan Menjawab pertanyaan diatas Hipotesis Pendekatan Analisis 1. Faktor-faktor penentu produksi kentang dan kubis 2. Tingkat TE, AE, EE 3. Sumber- sumber Inefisiensi Teknis IT, IA, dan IE 4. - Nilai Keberlanjutan SV - Efisiensi Keberlanjutan Return to Cost Output dan Implikasi Pengukuran Pendugaan Kerangka Konseptual • Terjadi masalah inefisiensi IT, IA, IE pada usahatani kentang dan kubis • Kontribusi petani terhadap keberlanjutan dibawah “Tolok ukurnya” Keberlanjutan Usahatani Sayuran Pertanyaan dan Tujuan Gambar10. Kerangka Operasional Studi Efisiensi dan Nilai Keberlanjutan Usahatani Sayuran Dataran TInggi di Provinsi Jawa Barat, 2011

IV. METODE PENELITIAN

Dalam metode penelitian ini diuraikan beberapa tahapan penelitian yaitu penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, dan perumusan model.

4.1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan Jawa Barat merupakan sentra produksi kentang dan kubis. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi luas panen dan produksi kentang dan kubis di Jawa Barat sebesar 20,3 persen dan 25,9 persen terhadap luas panen dan produksi nasional BPS, 2011. Secara spesifik penelitian dilakukan di dua kabupaten yaitu Kabupaten Bandung dan Garut. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa kedua kabupaten ini merupakan sentra produksi terbesar sayuran kentang dan kubis di Provinsi Jawa Barat Dinas Pertanian Jawa Barat, 2010. Lokasi ini juga merupakan daerah dengan kerentanan yang tinggi akibat degradasi lahan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2010. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama memilih kabupaten yang menjadi sentra produksi kentang dan kubis di Jawa Barat. Data luas panen dan produksi kentang kubis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Luas Panen, Produksi Kentang dan Kubis di Jawa Barat, 2009 Kabupaten Kentang Kubis Luas Panen ha Produksi ton Luas Panen ha Produksi ton Bandung 8 974 182 858 5 975 140 973 Garut 5 126 118 175 4 617 112 388 Majalengka 759 14 754 819 8 380 Bandung Barat 291 4 389 233 11 584 Sumedang 74 1 099 499 4 449 Total 15 337 323 543 13 162 298 525 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, 2010 Keterangan: : Jumlah total dari 26 kabupatenkota di Jawa Barat. Berdasarkan data pada Tabel 4, Kabupaten Bandung dan Garut menyumbang produksi kentang sebesar 45,5 persen dan 35,1 persen dan kubis sebesar 47,2 persen dan 37,7 persen. Kontribusi luas panen kentang di Kabupaten Bandung dan Garut sebesar 58,5 persen dan 33,4 persen. Sedangkan kontribusi luas panen kubis di Kabupaten Bandung dan Garut sebesar 56,5 persen dan 36,5 persen. Dengan demikian terpilih Kabupaten Bandung dan Garut sebagai lokasi penelitian. Tahap kedua memilih kecamatan yang akan dijadikan lokasi penelitian. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Bandung 2011, daerah yang menjadi sentra produksi kentang dan kubis di Kabupaten Bandung adalah Kecamatan Pangalengan dan Kertasari. Sedangkan untuk Kabupaten Garut, kecamatan yang menjadi sentra produksi kentang dan kubis adalah Kabupaten Cikajang dan Pasirwangi Tabel 5. Tabel 5. Luas Panen, Produksi Kentang dan Kubis di Kabupaten Garut, 2009 Kabupaten Kentang Kubis Luas Panen ha Produksi ton Luas Panen ha Produksi ton Garut Cikajang 1 407 30 710 830 19 237 Pasirwangi 1 042 20 976 625 14 723 Cisurupan 551 11 768 345 8 855 Samarang 338 9 403 330 Total 4 895 110 018 4 192 84 160 Sumber: Sistem Informasi Kecamatan Kabupaten Garut, 2011 Keterangan: : Jumlah total dari 26 kabupatenkota di Jawa Barat. Berdasarkan jarak ke ibukota kecamatan jauhdekat dan keadaan infrastruktur baikkurang baik serta kemiringan lahan yang diusahakan, maka terpilih 6 desa dari Kecamatan Pangalengan dan jumlah desa terpilih dari Kecamatan Kertasari, Pasirwangi dan Cikajang masing-masing dua desa. Melalui pemilihan berdasarkan kriteria di atas, diharapkan dapat menangkap fenomena keberlanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di Provinsi Jawa Barat. Gambar 11 meringkaskan metode pengambilan sampel, atau secara ringkas langkah yang dilakukan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut: 1. Memilih Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bandung dan Garut secara purposif. 2. Memilih kecamatan dan desa berdasarkan kondisi infrastruktur, dan kemiringan lahan. Gambar 11. Metode Sampling Pengambilan Data Primer Metode Sampling: Purposif Purposif Langkah Satu Dua Langkah: Langkah Dua Simple Random Sampling Kerangka Populasi Jawa Barat Kab. Bandung Kab. Garut Kec.Pangalengan Kec.Kertasari Kec.Cikajang Kec.Pasir Wangi 200 PetaniUsahatani Kentang dan Kubis Sukaluyu Margaluyu Margamekar Pulosari Margamulya Margamukti Cibeureum Cikembang Barusari Padaawas Cikandang Margamulya 82 3. Membuat kerangka sampling petani sayuran yang terdapat di desa. Data petani yang ikut dalam kelompok berasal dari Koordinator PPL dan data petani yang tidak ikut dalam kelompok dikumpulkan dari kepala desa. 4. Menentukan jumlah sampel secara acak sederhana simple random sampling Berdasarkan kriteria di atas, maka desa yang terpilih dari Kecamatan Pangalengan adalah : Desa Margaluyu, Margamukti, Margamekar, Pulosari, Margamulya, dan Sukaluyu. Dari Kecamatan Kertasari terpilih : Desa Cibeureum dan Desa Cikembang. Dari Kecamatan Cikajang dan Pasirwangi masing-masing Desa Cikandang dan Margamulya, Padaawas dan Barusari Tabel 6. Tabel 6. Pemilihan Desa Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat, 2011 Kriteria Desa Kemiringan o Ketinggian dpl Infrastruktur Jarak ke Pusat kecamatan Km Tanaman Utama Margamulya 40 1200 baik 0.7 Jagung-kentang- kubis Pulosari 32 1446 baik 3.0 Kentang-kubis- tomat Margamekar 0 datar 1400 Kurang baik 3.2 Kentang-kubis- jagung Margamukti 36 1485 baik 1.7 Kubis-kentang- tomat Margaluyu 3.5 1550 baik 13 Kubis-kentang- tomat Sukaluyu 41 1552 Kurang baik 10 Kentang-kubis- tomat Cibeureum 5-10 500-1000 baik 0 Kentang-kubis- bawang daun Cikembang 40 1500 Kurang baik 10 Kentang-kubis- bawang daun Cikandang 0 - 40 1000 baik 8 Kentang-kubis- tomat Margamulya 2 - 40 1000 Kurang baik 9 Kentang-kubis- tomat Padaawas 0 - 40 500 - 1000 baik 2 Kentang-kubis- tomat Barusari 2 - 40 500 - 1000 Kurang baik 3,5 Kentang-kubis- tomat Sumber: Profil Kecamatan Pangalengan 2010, Monografi Kecamatan Kertasari 2010 dan Profil Garut per kecamatan 2012 Keterangan : Urutan komoditas berdasarkan luas lahan yang diusahakan urutan pertama menunjukkan tanaman utama 83

4.2. Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan petani sampel adalah rumahtangga petani sayuran kentang dan kubis sebagai unit analisis. Pengambilan sampel dilakukan secara acak random sampling method sehingga setiap petani di desa-desa tersebut mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 200 petani dengan katagori petani yang mengusahakan lahan pada kemiringan dan ketinggian yang berbeda serta infrastruktur yang berbeda pula. Jumlah sampel untuk setiap desa dipilih sebanyak 20 orang. Data primer dikumpulkan untuk tiga musim tanam dalam setahun yaitu pada MT 20102011, mulai MK II Juni 2010- MH – MK I tahun 2011. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan dan pengamatan langsung di lapangan. Selain itu dilakukan pula wawancara dengan orang yang menjadi informan kunci baik untuk usahatani maupun pemasarannya. Orang yang dijadikan informan kunci adalah Ketua Kelompok TaniGapoktan, Penyuluh Pertanian Lapangan PPL, Koordinator PPL, Penangkar Benih, Perusahaan Hikmah Farm, dan Vendor. Pertanyaan lebih bersifat “deep information” untuk menangkap keadaan dan informasi umum di wilayah penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap subjek, melalui wawancara langsung dengan petani dan nara sumber lainnya. Data primer bersumber dari petani sayuran kentang dan kubis sebagai sampel. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik rumahtangga petani umur, pendidikan, formal, pendidikan non formal, pengalaman bertani, jumlah anggota keluarga, penguasaan lahan usahatani, pola tanam, input dan output usahatani, aktivitas kerja, pendapatan, pengeluaran rumahtangga, serta permasalahan yang dihadapi petani. Selanjutnya data sekunder dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik BPS, Dinas Pertanian Kabupaten Bandung dan Garut serta Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dan instansi terkait lainnya. Data yang dikumpulkan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. 84 Tabel 7. Variabel yang Dikumpulkan dan Ukurannya Usahatani Kentang dan Kubis di Provinsi Jawa Barat, 2011 Variabel Satuan 1. Output a. Produksi per hektar Kilogram b. Harga produk per kg Rupiah c. Penerimaan Rupiah 2. Lahan a. Luas lahan total yang diusahakan Hektar b. Harga lahan per ha atau sewa lahan Rupiah c. Nilai lahan Rupiah d. Luas lahan milik Ha e. Luas lahan sewa, garap, gadai dll Ha f. Kemiringan lahan Persen g. Jarak lahan ke rumah Km h. Jarak lahan ke sumber air Km i. Jarak lahan ke pusat kecamatan Km j. Jumlah persil Unitha 3. Benih a. Jumlah Benih yang digunakan kg b. Harga Benih c. Biaya benih Rupiah 4. Pupuk a. Jumlah pupuk anorganik yang diaplikasikan per ha Urea, TSP, ZA, KCl, NPK Kg b. Jumlah pupuk organik pupuk kandang yang diaplikasikan Kg c. Harga pupuk Rupiah d. Biaya total pupuk anorganik dan organik Rupiah 5. Pestisida a. Jumlah pestisida yang digunakan insektisida, fungisida, herbisida, perekat Gram, liter b. Harga insektisida, fungisida, herbisida per liter atau per kg Rupiah c. Biaya pestisida per ha Rupiah 6. Tenaga kerja a. Jumlah tenaga kerja pria dan wanita setara pria per ha mulai pengolahan tanah sampai panen Hkp b. Upah tenaga kerja per HKP Rupiah c. Biaya tenaga kerja per ha 7. Faktor yang berhubungan dengan inefisiensi Umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan keluarga, keanggotaan dalam kelompok frekuensi penyuluhan akses terhadap kredit konservasi Tahun Tahun Tahun Orang Dummy Dummy Dummy Dummy 8. Penerimaan dari Off farm dan Non farm Penerimaan dari komoditas selain kentang dan kubis seta pekerjaan lainnya Rupiah 9. Data lainnya Nama, alamat, sifat usahatani sayuran, pemilikan asset, pengeluaran rumah tangga, pemilikan aset non lahan, teknologi dan kelembagaan,konservasi. 85

4. 3. Metode Analisis

Untuk menganalisis kinerja usahatani sayuran kentang dan kubis ini digunakan dua pendekatan. Pendekatan pertama dianalisis kinerja ekonomi dari usahatani sayuran, determinan dari kinerja ini diukur dengan efisiensi teknik, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi. Langkah kedua mengintegrasikan sumberdaya lingkungan dan sosial ke dalam analisis ekonomi untuk menilai kinerja keberlanjutan usahatani. Pada pendekatan ini diperkenalkan konsep “Sustainable Value Approach” SVA untuk megukur kontribusi usahatani kearah keberlanjutan. Pengukuran keberlanjutan usahatani the sustainable value approach dikombinasikan dengan metode efisiensi frontier. Metode ini digunakan untuk membangun “tolok ukur” benchmark.

4.3.1. Spesifikasi Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier

Untuk menganalisis efisiensi teknik, alokatif, dan ekonomi, digunakan model Stochastic Frontier Analysis SFA. Model ini digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi frontier. Penggunaan analisis stochastic frontier berimplikasi pada pilihan bentuk fungsional. Analisis fungsi produksi stochastic frontier dapat digunakan untuk mengukur dan mengestimasi efisiensi teknis dari usahatani sayuran dari sisi input serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Untuk menganalisis efisiensi alokatif dan ekonomis digunakan fungsi biaya dual frontier. Analisis efisiensi teknik dalam penelitian ini menggunakan model fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb Douglas. Beberapa alasan menggunakan fungsi ini antara lain: a bersifat homogen sehingga dapat digunakan untuk menurunkan fungsi biaya dual dan fungsi produksi, b lebih sederhana, dan c jarang menimbulkan masalah. Selanjutnya fungsi produksi frontier Cobb Douglas juga telah secara luas digunakan di negara maju dan berkembang untuk mengestimasi model frontier Bravo-Ureta 1997. Namun fungsi ini mempunyai kelemahan diantaranya elastisitas input dan return to scale yang konstan. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Dengan demikian fungsi produksi kentang dan kubis diduga secara langsung dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan, jumlah 86 pupuk organik dan anorganik, jumlah pestisida, jumlah tenaga kerja, kemiringan lahan, musim tanam musim hujan dan musim kemarau serta dummy lokasi. Dengan demikian ke dalam model frontier dimasukkan 10 peubah bebas. Spesifikasi dari model yang digunakan adalah : Ln Yi = βo + β 1 ln X 1 + β 2 ln X 2 + β 3 ln X 3 + β 4 ln X 4 + β 5 ln X 5 + β 6 ln X 6 + β 7 ln X 7 + β 8 ln X 8 + β 9 ln X 9 + β 10 ln X 10 + v i - u i ……… 55 Dengan : Y i = produksi total kentang atau kubis usahatani ke i kg X 1 = luas lahan yang digunakan untuk usahatani kentang atau kubis ke i ha X 2 = jumlah benih kg untuk usahatani kentang atau kubis ke i X 3 = jumlah pestisida liter untuk usahatani kentang atau kubis ke i X 4 = jumlah pupuk K kg yang digunakan usahatani kentang ke i ; atau = jumlah pupuk N kg yang digunakan usahatani kubis ke-i X 5 = jumlah N+P kg yang digunakan usahatani kentang ke i atau = jumlah pupuk P+K yang digunakan usahatani kubis ke-i X 6 = jumlah pupuk kandang kg untuk usahatani kentang atau kubis ke i X 7 = jumlah tenaga kerja HKP untuk usahatani kentang atau kubis ke i X 8 = kemiringan lahan untuk usahatani kentang atau kubis ke i X 9 = musim tanam dummy; D=1 musim hujan, D=0 musim kemarau X 10 = lokasi dummy D=1 Kabupaten Bandung; D=0 Kabupaten Garut v it = V i adalah variabel random yang diasumsikan iid identically independenly distributed u it α 1, .. = U i yang merupakan variabel random non-negatif random yang diasumsikan disebabkan oleh inefisiensi teknis dalam produksi dan juga sering diasumsikan sebagai iid .. α 11 = parameter fungsi yang diduga Nilai kopefisien yang diharapkan: β 1, β 2, β 3, β 4, β 5, β 6, β 7, 0, dan β 8 0, β 9, β 10 0. Nilai koefisien positif artinya semakin tinggi penggunaan input tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi sayuran. Langkah selanjutnya adalah menghitung efisiensi teknik TE yang diukur dengan: 87 TE i = = = …...………………………… 56 Variabel yang menunjukkan struktur usahatani dan karakteristik manajerial adalah: umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani sayuran, keanggotaan dalam kelompok, frekuensi penyuluhan, akses terhadap pasar dan kredit, status kepemilikan, dan sistem penanaman . Secara sfesifik efek inefisiensi teknis usahatani kentang maupun kubis pada penelitian ini adalah = + wt ............…………………………………………………. 57 Dengan : Z 1 = umur petani tahun Z 2 = pendidikan petani tahun Z 3 = pengalaman bertani tahun Z 4 = keanggotaan dalam kelompok dummy Z 5 = Frekuensi penyuluhan Z 6 = dummy akses terhadap kredit D=1 bila petani mempunyai akses, D=0 bila tidak Z 7 = dummy status kepemilikan lahan D= 1 bila lahan milik; D = 0 lainnya lahan sewa, garap Z 8 = sistem penanaman 1 =penanaman searah lereng, 2 = penanaman searah kontur; 3 = penanaman teras bangku Koefisen yang diharapkan : 0; , ...... 0, , Untuk melihat pengaruh karakteristik struktural dan manajerial terhadap efisiensi teknis, ke dalam model ditambahkan variabel yang ada dalam persamaan 53 dan 55, sehingga persamaan yang dimasukkan ke dalam fungsi produksi dan efek inefisiensi menjadi : Y = αo + β 1 ln X 1 + β 2 ln X 2 + β 3 ln X 3 + β 4 ln X 4 + β 5 ln X 5 + β 6 ln X 6 + β 7 ln X 7 + β 8 ln X 8 + β 9 ln X 9 + β 10 ln X 10 + v i - u i ……………. 58 Pendugaan parameter fungsi produksi dan fungsi inefisiensi teknis baik untuk usahatani kentang maupun kubis pada persamaan 53, 55 dan 88 persamaaan 56 dilakukan secara simultan menggunakan program Frontier 4.1. Coelli, 1996. Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter α i dengan menggunakan metode OLS, sedangkan tahap dua dilakukan pengujian menggunakan Maximum Likelihood Estimator MLE untuk mengestimasi pendugaan seluruh parameter α i kecuali α dan serta varians dan v i . Parameter dari nilai nilai varians dapat menngestimasi nilai sehingga nilai 0 1. Nilai merupakan kontribusi efisiensi teknis di dalam efek residual total.

4.3.2. Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis

Menurut Debertin 1986, untuk mengukur efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis dapat diturunkan dari fungsi biaya dual dari fungsi produksi Cobb Douglas yang homogenous. Dengan menggunakan 10 variabel bebas seperti pada persamaan 68, maka jumlah input X i optimum pada kondisi biaya minimum dapat diketahui dengan persamaan: ∏ ∏ … … … … … … … … … … … … … . 9 Nilai x 1 , x 2 …..x 7 pang efisien dapat diperoleh dengan menjabarkan persamaan 57. … . 6 … 6 Dengan cara yang sama, x 3 , x 4 , x 5 , x 6 , dan x 7 dapat dicari. Secara ringkas, x 7 adalah … 6