Definisi Operasional METODE PENELITIAN

selain mengusahakan sayuran mereka juga melakukan kegiatan beternak sapi dan domba. Sebagian besar petani sampel mempunyai pekerjaan diluar usahataninya kegiatan non farm seperti berdagang, tukang ojeg, dan ada pula yang menjadi PNS, karyawan PTPN VIII dan karyawan KPPBS. Kegiatan off farm yang dilakukan adalah menjadi buruh tani. Berdasarkan wawancara dengan petani sampel pada umumnya istri terlibat dalam pengelolaan usahatani sayuran kentang dan kubis, hanya sekitar kurang dari 15 persen anggota keluarga tidak terlibat dalam usahatani sayuran.

5.2.5. Keanggotaan dalam Kelompok Tani

Dilihat dari keanggotaan kelompok tani, baik untuk petani kentang maupun kubis hanya sekitar 50 persen ikut dalam kelompok tani yang ada di desanya. Sisanya tidak ikut dalam kelompok Tabel 12. Beberapa alasan yang dikemukakan adalah lahan usahatani yang diusahakan sempit, lokasi ke tempat pertemuan jauh, atau sebagian dari petani belum merasakan manfaat dari berkelompok. Petani beranggapan pertemuan seringkali penyuluhan digunakan oleh distributor pestisida untuk mempromosikan produknya sehingga informasi mengenai budidaya, permasalahan hama penyakit, dan permasalahan pertanian relatif kurang dibahas. Di samping itu informasi yang tidak menyeluruh sehubungan dengan kegiatan kelompok menjadi alasan petani tidak ikut berkelompok. Tabel 12. Keanggotaan Dalam Kelompok Petani Kentang dan Kubis di Jawa Barat, 2011 Kentang Kubis Jumlah Petani orang Persentase Jumlah Petani orang Persentase Tidak ikut dalam keanggotaan 98 48.3 80 48.2 Ikut dalam keanggotaan 105 51.7 86 51.8 Total 203 100 166 100 Sumber: data primer diolah Berdasarkan hasil wawancara dengan petani sampel, sekitar 64 persen petani merasakan manfaat yang besar dengan berkelompok, karena dapat menambah wawasan, namun 36 persen petani menyatakan tidak ikut berkelompok karena kurang berfungsi, dan kebanyakan pertemuan sering digunakan untuk menjual produk. Selanjutnya dikatakan oleh hampir 100 persen petani bahwa informasi mengenai teknik budidaya sering mereka dapatkan dari teman sesama petani baik dalam satu desa maupun di luar desa, PPL, dan kelompok tani. Informasi pemasaran sering mereka dapatkan dari pedagang sarana produksi baik yang ada di desa maupun di luar desa, dan pedagang hasil produksi. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh relatif kurang. Berdasarkan hasil wawancara dengan koordinator PPL, diakui bahwa bahwa dalam melaksanakan tugasnya hampir 75 persen waktunya habis untuk rapat, membuat laporan dan kegiatan administrasi lainnya sehingga waktu untuk memberikan penyuluhan berkurang. Pada umumnya kelembagaan penyuluhan yang ada di daerah penelitian sudah terbentuk dengan baik. Namun kelemahan yang ada, selain pada materi penyuluhan, juga jumlah penyuluh di lapangan yang relatif kurang. Para penyuluh yang ada sekarang sebagian besar mendekati umur pensiun, dan para penyuluh Tenaga Harian Lepas THL yang pada umumnya relatif masih muda. Digabungkannya para penyuluh dalam satu badan yaitu Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan BP3K membuat para penyuluh menghadapi kendala dalam memberikan penyuluhan, karena tidak jarang penyuluh kehutanan atau perikanan harus memberikan penyuluhan tentang komoditas hortikultura. Akibatnya ada rasa kurang percaya diri dari penyuluh. Frekuensi pertemuan dengan penyuluh relatif sama untuk petani kentang dan kubis. Sekitar 40 persen petani menyatakan tidak pernah bertemu penyuluh dalam satu tahun terakhir ini. Namun demikian sebagian besar petani menyatakan mereka bertemu penyuluh antara 2 – 5 kali dalam setahun, bahkan beberapa orang petani menyatakan lebih dari enam kali bertemu dengan penyuluh. Mereka adalah ketua kelompok tani yang kadang-kadang ikut dalam pertemuan di luar desa. Tabel 13. Frekuensi Keikutsertaan dalam Penyuluhan Petani Sayuran Kentang dan Kubis di Jawa Barat, 2011 Kentang Kubis Interval Jumlah Petani orang Persentase Jumlah Petani orang Persentase 84 41.4 66 39.8 1 sd 2 41 20.2 40 24.1 3 sd 4 58 28.6 47 28.3 5 sd 6 18 8.8 10 6.0 6 2 1.0 3 1.8 Total 203 100 166 100 Sumber: data primer diolah

5.2.6. Penguasaan Lahan Usahatani

Lahan merupakan sumberdaya alam yang paling penting dalam usaha budidaya pertanian. Potensi Lahan di Kabupaten Bandung, terdiri atas lahan sawah seluas 36 212 hektar atau 20.55 persen dari luas wilayah Kabupaten Bandung 176.239 Ha, lahan kering seluas 140 027 hektar 79.45 persen yang terdiri atas lahan kering pertanian seluas 74 778 Ha 42.43 persen dan lahan kering bukan pertanian 65 249 Ha 37.02 persen. Di Kabupaten Garut, lahan kering yang digunakan untuk sayuran sebesar 16 persen atau seluas 51 146 ha. Berdasarkan pembagian lahan tersebut, maka 100 persen petani mengusahakan sayuran di lahan kering. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa daerah penelitian mempunyai ketinggian 983 – 1564 meter dpl dan dikatagorikan lahan dataran tinggi. Tabel 14. menyajikan sebaran luas lahan garapan petani kentang dan kubis. Tabel 14. Luas Lahan Garapan Petani Sayuran Kentang dan Kubis di Jawa Barat, 2011 Kentang Kubis Interval Jumlah Petani orang Persentase Jumlah Petani orang Persentase 0.5 ha 156 76.8 134 80.7 0.51 – 1 ha 26 12.9 21 12.7 1.1 ha 21 10.3 11 6.6 Total 203 100 166 100 Sumber: data primer diolah Berdasarkan luas penguasaan lahan, di daerah penelitian luas lahan yang diusahakan untuk tanaman sayuran berkisar antara 0.035 hektar sampai 8 ha untuk kentang dan kubis berkisar 0.04 hektar sampai 6 hektar. Di daerah penelitian, luas lahan yang digarap rata-rata 0.54 hektar. Sebagian besar petani kentang 76 persen dan 81 persen petani kubis mengusahakan lahannya kurang dari 0.5 hektar. Sebanyak 12 persen petani kentang dan petani kubis mengusahakan lahannya pada kisaran 0.5 – 1 hektar dan hanya sebagian kecil petani yang mengusahakan lahannya lebih dari 1 hektar. Dari petani contoh yang diwawancarai, 76.8 persen petani kentang mengusahakan sayuran di tanahnya sendiri, 23.2 persen sebagai penyewa atau penggarap. Sedangkan bagi petani kubis 75.3 persen mengusahakan lahan sebagai pemilik dan 24.7 persen sebagai penyewa atau penggarap. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas petani menggarap lahan dengan kemiringan lebih dari 10 persen, yaitu sebanyak 55.2 persen untuk penanaman kentang dan 58.4 persen untuk penanaman kubis Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Petani Sayuran Kentang dan Kubis Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan di Jawa Barat, 2011 Uraian Kentang Kubis Jumlah Petani orang Persen Jumlah Petani orang Persen 1.Lahan Milik a. Memiliki lahan 156 76.8 125 75.3 b. Tidak Memiliki 47 23.2 41 24.7 Jumlah 203 100.0 166 100.0 2.Lahan bukan milik a. Menguasai 145 71.4 125 75.3 b. Tidak menguasai 58 28.6 41 24.7 Jumlah 203 100.0 166 100.0 3.Satus Penguasaan lahan a. Pemilik saja 59 29.1 49 29.5 b. Pemilik-penyewa 98 48.3 76 45.8 c. Penyewa saja 46 22.6 41 24.7 Jumlah 203 100.0 166 100.0 Sumber: data primer diolah Selain itu, berdasarkan sistem penanaman yang dilakukan oleh petani kentang maupun kubis, mayoritas adalah sistem penanaman searah kontur, masing-masing sebanyak 47.3 persen dan 41. 6 persen Tabel 16.