33
2.5.1. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan atau usahatani berkelanjutan sudah dirangkum sebagai sebuah isu luas yang meliputi peran usahatani dalam masyarakat
pedesaan, kebutuhan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan, penggunaan lahan pedesaan, ternak, pembangunan pasar pangan lokal, dan kebutuhan
pertanian untuk mendorong sektor lainnya misalnya kepariwisataan. Empat pilar diartikan sebagai 1 secara ekonomi fisibel economically feasible untuk
membentuk sistem produksi jangka panjang, merujuk pada perbaikan produktivitas tanaman dan, 2 penggunaan teknologi yang sepadan
technologically appropriate, 3 secara lingkungan tidak merusak dan berkelanjutan dan merujuk pada pelestarian peningkatan sumberdaya lingkungan,
environmentally sound and sustainable, 4 secara`sosial dan budaya dapat diterima dan merujuk pada keadilan, dan peningkatan kualitas hidup socially and
culturally acceptable Munasinghe, 2004; Zhen, 2003.
Suryana 2005 menyatakan bahwa konsep keberlanjutan mengandung pengertian pengembangan produksi pertanian harus tetap memelihara kelestarian
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Untuk menjaga pertanian berkelanjutan dalam jangka panjang lintas generasi antara lain mengembangkan sistem
usahatani konservasi, pengendalian hama terpadu dan AMDAL. Pertanian berkelanjutan dapat merespon perubahan pasar, inovasi teknologi terus menerus,
teknologi ramah lingkungan, dan pelestarian sumberdaya alam. Salah satu strategi adalah penggunaan LEISA.
2.5.2. Pengukuran Indikator Pertanian Keberlanjutan
Untuk menilai keberlanjutan diperlukan beberapa indikator, namun indikator keberlanjutan yang terdiri atas banyak aspek masih beragam. Beberapa
indikator yang telah dikenal dikemukakan oleh Smith dan McDonald 1998, Ceyhan 2010 dan lainnya. Secara umum, indikator dijabarkan dari tiga pilar
pembangunan berkelanjutan yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan, sebagai aspek multidimensi dari keberlanjutan. Beberapa analisis indikator yang
telah digunakan antara lain RISE Response-Inducing Sustainability Evaluation, AMOEBA serta analisis multi-dimensi. Kesulitan menilai keberlanjutan
menggunakan pendekatan multidimensi adalah unit yang diukur dan skala yang
34
sesuai untuk pengukuran yang berbeda antar dimensi keberlanjutan Rigby, 2001. Beberapa kerangka kerja indikator yang digunakan dalam pertanian dapat
ditemukan dalam Smith dan McDonald 1998, Meul et al, 2009, Zhen Routray 2003 dan Ceyhan 2010.
Beberapa peneliti membuat komponen atau indikator pertanian berkelanjutan yang berbeda. Rao dan Rogers 2006, menyatakan bahwa
pertanian berkelanjutan menyangkut faktor agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan etika. Pada dasarnya peneliti menyatakan bahwa sistem usahatani
berkelanjutan harus berkelanjutan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan dan harus terintegrasi secara menyeluruhZhen Routray, 2003; Ceyhan,2010.
Dalam Assessing the Sustainability of Agriculture at the Planning Stage, Smith dan Mc Donald 1998 mengusulkan beberapa indikator penting untuk
menilai keberlanjutan usahatani di Australia. Mereka berargumentasi bahwa dari sisi ekonomi, keuntungan seperti produksi total dan pendapatan bersih usahatani
merupakan indikator penting dari pertanian berkelanjutan. Dari sisi lingkungan, difokuskan pada kecenderungan penggunaan lahan dan air karena pengaruhnya
pada produksi jangka panjang. Peningkatan efisiensi penggunaan air, perbaikan hara, perbaikan biodiversitas, pengurangan kehilangan tanah dipandang sebagai
indikator keberlanjutan yang potensial.
2.6. Konsep Pendekatan Nilai Keberlanjutan Sustainable Value Added
Konsep pembangunan berkelanjutan sudah banyak dikembangkan sejak tahun 1980-an terutama pada level makro. Callens dan Tyteca 1999
mengembangkan konsep pembangunan berkelanjutan pada level mikro yaitu pada tingkat perusahaanusahatani. Namun penemuan pengukuran yang berkaitan
dengan keberlanjutan perusahaan dalam ukuran absolut sering dianggap tidak penting Figge dan Hahn, 2002. Atkinson 2000 mengembangkan sebuah
ukuran keberlanjutan pada level mikroekonomi dalam terminology “corporate contribution to sustainability
”. Hal ini membawa konsekuensi ukuran keberlanjutan dipertimbangkan dalam kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan.
Callens and Tyteca 1999 menyatakan bahwa efisiensi ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan sebuah syarat keharusan tetapi bukan syarat
kecukupan ke arah keberlanjutan. Selanjutnya Templet 2001 menyatakan