Anatomi Gerakan Petani Struktur Sumberdaya Mobilisasi dan Anatomi Gerakan Petani

111 “Pramukti”. Organisasi ini mengklaim bahwa semua posko basis IPL terutama di wilayah Register 40 Gedung Wani dan sekitarnya adalah menjadi anggotanya.

6.1.3. Anatomi Gerakan Petani

Gerakan petani sebagai suatu gerakan sosial karena memiliki struktur sumberdaya mobilisasi yang jelas dalam bentuk organisasi gerakan sosial social movement organization. Mengacu pada kriteria Landsberger 1984 dan Lofland 1996 terdapat tujuh unsur utama gerakan sosial, yakni sebab, tujuan dan sasaran, strategi, ideologi atau kepercayaan, keanggotaan, kepemimpinan, struktur organisasi dan efek gerakan. Sesuai dengan tujuh unsur tersebut maka gerakan petani di Lampung baik konstruksi dari bawah maupun dari atas sudah memenuhi semua unsur sebagai organisasi gerakan sosial. Struktur gerakan petani merupakan instrumen perjuangan petani yang dikembangkan bukan lagi hanya untuk mencapai tujuan-tujuan jangka pendek material dan jangka panjang posmaterial. Dibandingkan dengan struktur gerakan sebelumnya seperti dalam gerakan lokal-tradisional, maka gerakan petani ini merupakan gerakan sosio-politik yang lebih sempurna dalam semua unsurnya. Tabel 10 menunjukkan bahwa organisasi gerakan petani baik konstruksi dari bawah maupun dari atas membangun ideologi egalitarianpopulis dengan basis massa utamanya petani. Kecuali SPL ketika pecah berdiri MN sebagian anggota basisnya yang memiliki latar historis konflik pertanahan diambil alih oleh MN. Kemudian ketika SPL merubah bentuknya menjadi SPI-Lampung dia mengembangkan anggota basis dari komunitas petani yang memiliki potensi konflik wilayah desa Antar Berak, Tanggamus dan bukan wilayah konflik pertanahan kecamatan Bangun Rejo, Lampung Tengah. DTL menjadi peletak awal organisasi gerakan petani konstruksi dari bawah dan sempat membangun jejaring tingkat nasional. Tetapi umurnya tidak bertahan lama, “mati suri”, setelah dilikuidasi DRL karena terjadi perebutan antara jalur partai dan jalur LSM. Kemudian sebagian anggota basis ditarik oleh DRL dan sebagian lainnya berkonsolidasi membentuk IPL. Dalam perkembanganya IPL dan SPL mampu membangun jaringan pendukung tingkat nasional. Bahkan SPL pada akhir tahun 2007 setelah Konggres ke-II berubah membentuk organisasi unitarian menjadi SPI-Wilayah Lampung bagian dari SPI pusat Jakarta. Secara normatif sebagaimana tertuang dalam ADART, bahwa organisasi-organisasi 112 gerakan petani di Lampung memiliki ciri-ciri sebagai organisasi gerakan sosial moderen. Tabel 10 Anatomi Organisasi Gerakan Petani Konstruksi dari Bawah dan Atas Aspek Konstruksi Gerakan Dari Bawah DTL kemudian pecah menjadi IPL Konstruksi Gerakan Dari Atas SPL kemudian pecah menjadi MN DTL IPL SPL MN Ideologi Egalitarian Populis Egalitarian Populis Egalitarian Populis Egalitarian Populis Basis Massa Petani Petani Petani Petani Basis Etnis Jawa, Lampung, Semendo, Bali Jawa, Lampung Jawa, Lampung Lampung Kelompok Pendukung Konsorsium DRL terdiri dari 36 organisasi LSM Konsorsium LSM LSM Ruang manuver Provinsi Provinsi Provinsi Provinsi Jejaring Provinsi dan nasional Provinsi dan nasional Provinsi dan nasional Provinsi Perubahan Bentuk Ketika DTL dilikuidasi sebagian anggota basis diambil DRL dan IPL Tetap sebagian anggota basis diklaim organisasi Pramukti Akhir 2007 berubah menjadi SPI- Lampung sebagian anggota basis diambil MN Tetap Afiliasi Politik Sebagian ke PRD dan sebagian ke LSM Independen Independen Independen Tabel 11 menunjukkan gambaran lebih rinci tentang ciri-ciri umum gerakan petani di Lampung sebagai gerakan sosial sesuai dengan unsur-unsur yang disyaratkan oleh Landsberger 1984 dan Lofland 1996. Tujuan dan sasarannya tidak hanya bersifat praktis atau pragmatis, dalam skala otoritas lokal tetapi mengarah pada tujuan jangka panjang dan dalam skala otoritas wilayah dan nasional. Tujuan dan sasaran tersebut berjalan seiring dengan strategi dan ideologi gerakan petani yang bersifat dualitas material dan postmaterial. Hanya saja keanggotaanya masih bersifat kolektif terdiri dari beberapa organisasi basis dan berdasarkan klaim. Struktur organisasi bersifat hirarkhis dan jelas pembagian tugasnya, dengan pola kepemimpinan berbasis pada kecakapan individual. Hasil gerakan sangat jelas, ke atas dapat mempengaruhi perubahan kebijakan pertanahan dan ke bawah dapat menguasai lahan pertanian di berbagai wilayah konflik pertanahan mencapai puluhan ribu hektar. 113 Tabel 11 Anatomi Gerakan Petani di Lampung Sebagai Gerakan Sosial Aspek Uraian Sebab atau sumber gerakan Kebijakan agraria dan implementasinya, pengaruhnya terhadap petani deprivasi obsolut, deprivasi relatif, tidak adil dan merata, peningkatan aspirasi kehidupan dan masuknya ideologi luar Aktor gerakan Terdiri dari elemen petani dan non petani. Tetapi dalam perkem- bangannya semakin mengerucut pada elemen petani. Lawan gerakan Abstrak: Imperalisme dan neo-kolonialisme Kongkrit: negara pemerintah dan swasta perusahaan. Tujuan dan Sasaran • Jangka pendek: penguasaan tanah pertanian bagi petani peng- garap dan perubahan kebijakan yang memihak petani. • Jangka panjang: perubahan tatanan agraria lebih baik dan kon- dusif terhadap peningkatan kesejahteraan petani. • Sasaran: pemerintah pusat dan daerah. Strategi Gerakan Makro: gerakan sosio-politik belum sampai pada gerakan sosio- kultural. Mikro: unjuk rasa dan pendudukan lahan strategi gerakan jangka pendek. Ideologi Gerakan Egalitarian, neo-populis. Keanggotaan Bersifat suka-rela dan kolektif dalam wadah organisasi petani tingkat basis 248 Organisasi dan Kepemimpinan • Organisasi: terstruktur secara hirarkhis dan jelas. • Kepemimpinan: 1 pada tingkat basis lebih ditentukan oleh tra- disi setempat baik dalam komunitas adat maupun non adat; 2 pada level provinsi lebih ditentukan kapabilitas individu aktor. • Sumber dana: swadaya dan sumber dana lain dari LSM mitra dan jaringan pendukung dalam dan luar negeri, dari jaringan organisasi nasional, perusahaan dan pemerintah daerah. Efek Gerakan • Perubahan sikap proaktif pemerintah pusat dan daerah. • Dikeluarkan kebijakan pertanahan yang menguntungkan komunitas lokal petani. • Dikuasai kembali tanah pertanian. Sumber: Hasil riset, 2008.

6.2. Dekonstruksi Struktur