Unjuk Rasa Pendudukan Lahan

124 keberadaan Tim 13 di bawah kontrol pusat Menteri semakin menjadi instrumen efektif untuk melemahkan gerakan-gerakan petani di Lampung.

6.3.4. Aksi Kolektif Petani dan Efeknya

Terdapat dua bentuk aksi kolektif utama dalam gerakan petani, yakni unjuk rasa dan reklaiming. Kasus aksi unjuk rasa yang representatif adalah yang dilakukan pada tanggal 25-26 Agustus 1998 di kantor Gubernur Lampung. Sedangkan aksi pendudukan lahan yang representaif dilakukan di register 40 Gedung Wani pada tanggal 13 – 17 September 1998. Terdapat keterkaitan yang erat antara kedua bentuk aksi kolektif tersebut, karena pada umumnya ketika aksi unjuk rasa tidak ditanggapi maka mereka langsung ke lokasi melakukan pendudukan lahan reklaiming. Mereka memiliki suatu slogal menjadi prinsip gerakan, yakni: ”Satu aksi satu komando, komando hasil diskusi”. Kedua bentuk aksi kolektif tersebut mereka lakukan merupakan bagian dari upaya meningkatkan posisi tawar petani. Dukungan non petani sudah tergalang kuat dalam wadah DRL. Untuk menarik perhatian masyarakat yang lebih luas di luar provinsi Lampung mereka juga menyampaikan pengaduan ke DPR, Komnas HAM, departemen atau lembaga non departemen yang menjadi atasan pihak lawan , dan juga menjalin dukungan dengan lembaga-lembaga di provinsi lain dan di tingkat nasional.

6.3.4.1. Unjuk Rasa

Unjuk rasa merupakan salah satu bentuk aksi kolektif yang dilakukan di wilayah pusat-pusat kekuasaan untuk melakukan tekanan-tekanan kepada para pemegang otoritas. Kasus unjuk rasa berikut merupakan salah bentuk mobilisasi sumberdaya dalam tindakan kolektif. Dalam aksi ini sudah dibangun kerja sama secara sinergis antara dua kelompok utama sebagai elemen inti gerakan, yakni petani dan non petani. Contoh kasus terjadi aksi unjuk rasa besar-besaran tanggal 25-26 Agustus 1998 di lapangan Gubernuran Provinsi Lampung: Dalam aksi unjuk rasa besar-besaran di lapangan Gubernuran tersebut juga secara intensif dilakukan proses negosiasi antara wakil pengunjuk rasa dengan para pejabat pemerintah provinsi. Hasil negosiasi adalah berhasil dibentuk Tim 13, yang keanggotaanya sebanyak 8 delapan orang diambil dari DRL. Tugas utama Tim 13 ini adalah melakukan mediasi dalam penyelesesaian berbagai kasus konflik pertanahan di Provinsi Lampung. 125

6.3.4.2. Pendudukan Lahan

Pada umumnya aksi pendudukan lahan dilakukan karena aksi unjuk rasa tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Seperti kasus aksi pendudukan lahan di Register 40 Gedung Wani pada tanggal 13 – 17 September 1998. karena dipicu oleh beberapa kondisi berikut: 1. Para elit aktor kurang percaya bahwa strategi aksi unjuk rasa akan segera direspon secara positif oleh para pemegang otoritas. 2. Tim 13 masih belum menunjukkan hasil kerjanya. 3. Terdapat pemahaman kolektif hasil musyawarah bahwa pendudukan lahan merupakan langkah perjuangan yang paling efektif dan langkah yang paling strategis untuk segera dilakukan agar tidak ketinggalan momentum. Aksi pendudukan lahan merupakan strategi terakhir dalam gerakan petani dan sedikitnya terdapat tiga ciri utama, yakni: 1. Dilakukan secara massal dengan melibatkan seluruh anggota petani basis. Aksi-aksi pendudukan lahan terorganisir di Lampung dibantu oleh para petani dari beberapa wilayah lain yang datang secara bergantian dan terkoordinir dengan baik. 2. Terbentuk pengendalian terstruktur dari tingkat organisasi basis posko basis atau OTL hingga tingkat provinsi. 3. Terdapat pembagian tugas yang jelas, yaitu ke bawah terus melakukan koordinasi di lapangan dan ke atas terus melakukan negosiasi.

6.3.4.3. Efek Gerakan a. Perubahan Kebijakan