105
BAB VI DEKONSTRUKSI STRUKTUR POLITIK, MOBILISASI SUMBERDAYA,
PEREBUTAN KUASA DAN STAGNASI GERAKAN AGRARIA
6.1. Struktur Sumberdaya Mobilisasi dan Anatomi Gerakan Petani
Gerakan petani di Lampung tidak terlepas dari bagaimana latar internal organisasionalnya, terutama terkait dengan prakondisi munculnya gerakan,
peran jaringan kelompok pendukung, dan posisi aktor strategisnya. Pertama, gerakan petani di Lampung dipicu oleh kondisi khusus, yakni berkembangnya
ketegangan struktural agraria. Kedua, persoalan pertanahan tidak terselesaikan secara tuntas di lapangan, bahkan terjadi secara akumulatif dan merata. Ketiga,
gerakan tersebut didukung kuat oleh elemen masyarakat sipil. Keempat, peran elemen non petani sama kuatnya dengan elemen petani dalam mencapai
keberhasilan dan dalam menentukan pasang surutnya aktivitas gerakan petani. Sebagai suatu gerakan sosial dalam skala provinsi, maka gerakan petani ini
direncanakan dengan matang dan terorganisir dengan baik. Meskipun dilihat dari proses penguatan struktur organisasi gerakan petani dibedakan antara gerakan
konstruksi dari atas dan dari bawah, kesamaan di antara keduanya adalah disyahkan melalui konggres, yakni semakin diformalkannya organisasi gerakan
petani baik sebelum maupun sesudah melakukan aksi-aksi kolektif. Oleh karena itu, gerakan petani di Lampung dapat dikatakan sebagai gerakan sosial karena
memenuhi semua unsur-unsurnya.
6.1.1. Konstruksi Gerakan dari Atas: Kasus Serikat Petani Lampung SPL
Sebelum SPL berdiri, pada tanggal 21 September 1998 para aktivis petani dan non petani dari berbagai daerah di Lampung diajak untuk mengikuti seminar
Pembaruan Agraria di Musium Lampung, Gedung Meneng, Bandar Lampung. Mereka dari aktivis LSM terdiri dari anggota Walhi, Bina Desa, YPBHI, Yasa-
dana, LBMD Metro, dan dari Banser NU PKB. Semua lembaga itu LSM, Ormas dan Partai Politik mengikutkan anggotanya sebagai wakil untuk ikut ke Jakarta.
Sedangkan yang dari wakil petani berasal dari Lampung Selatan, Lampung Utara, Tanggamus, Lampung Tengah dan Tulang Bawang. Semuanya sebanyak
60 orang utusan perwakilan pergi ke Jakarta yang difasilitasi oleh YPBHI
106
Lampung. Seminar itu diselenggarakan oleh Federasi Serikat Petani Indonesia FSPI bekerjasama dengan YPBHI Lampung dan Walhi Lampung. Selesai
seminar mereka berdiskusi di kantor Walhi dengan agenda membentuk organisasi gerakan petani di Lampung.
Pada tanggal 22 September 1998 mereka mengikuti aksi unjuk rasa di DPRD Provinsi Lampung. Karena belum mempunyai wadah organisasi tani,
maka dalam aksi tersebut mengatasnamakan “Masyarakat Tani Lampung”. Pada tanggal 24 September 1998 mereka pergi ke Jakarta untuk memperingati Hari
Tani dan melakukan aksi di DPR-RI. Setelah aksi mereka kembali ke UI Depok untuk mendengarkan mimbar bebas.
Pada bulan Oktober 1998 sebulan setelah dari Jakarta mereka bertemu menindaklanjuti perlunya dibentuk organisasi gerakan petani. Pertemuan dihadiri
oleh LSM, Ormas dan Partai Politik dan diikat dalam wadah “korsorsium”. Dari hasil pertemuan itu mereka mempersiapkan diri untuk melakukan konggres yang
rencananya dilaksanakan pada bulan Desember 1998. Kemudian pada hari Rabu 9 Desember 1998 berhasil dilakukan kongres pertama di Kelurahahan
Pelita Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kotamadya Bandar Lampung. Hari dan tanggal tersebut sekaligus disepakati sebagai hari lahirnya SPL.
Model organisasi SPL adalah federatif dan sebagai wadah perjuangan massa dan kader petani yang mandiri dan berdaulat. Tujuanya adalah merombak
dan memperbaharui, memulihkan dan menata 1 model pembangunan ekonomi secara umum dan kebijakan agraria secara khusus, dan 2 demokrasi di bidang
politik secara umum dan kedaulatan politik petani secara khusus, keduanya agar sesuai dengan Pancasila dan UUD’45. Strategi perjuangannya adalah: 1 selalu
mempertimbangkan kebutuhan permasalahan, kehendak, kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi oleh massa dan kader petani; 2
memadukan gerakan sosial, politik, ekonomi, dan kebudayaan petani secara tepat, menyeluruh, sistematis dan penuh perhitungan; 3 perombakan,
pembaharuan, pemulihan dan penataan sistem agraria nasional yang sejati untuk keadilan dan kemakmuran bersama bagi petani dan seluruh rakyat Indonesia; 4
memperjuangkan terjadinya pemulihan kedaulatan politik petani dan seluruh rakyat Indonesia untuk keadilan dan kemakmuran bersama bagi petani dan
seluruh rakyat Indonesia; 5 memperjuangkan terjadinya perombakan sistem agraria agar menjadi adil dan beradab serta pemulihan kedaulatan politik petani
untuk keadilan dan kemakmuran bersama bagi kaum tani dan rakyat seluruh
107 Berubah
Membidani Jejaring
Berubah Pecah
FSPI
SPL
MN
SPI
SPI-L
API
Organisasi Konsorsium
dunia sebagai pelaksana tanggung jawab bersama petani dan masyarakat Indonesia sebagai warga dunia.
Kepengurusan SPL sesuai dengan hasil konggres pertama adalah selama tiga tahun. Dalam kepengurusan tersebut terdiri dari dua badan, yakni Dewan
Pimpinan Petani DPP dan Badan Pimpinan Pelaksana BPP. Organisasi petani basis anggota SPL disebut Organisasi Tingkat Lokal OTL. Jumlah DPP
ditentukan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan cakupan wilayah kerjanya setingkat kabupaten. DPP inilah yang mengangkat BPP, dan masing-masing
anggota DPP memiliki sekretariat di daerah yang berasal dari daerah asalnya. Dalam Anggaran Dasar SPL juga dinyatakan bahwa kalangan non petani dapat
menjadi pengurus BPP. Setelah SPL terbentuk keanggotaan petani basis diperluas, persoalan
pertanahan dan pertanian diangkat diwujudkan dalam aksi-aksi kolektif. Seperti aksi unjuk rasa bersama petani di 9 desa di wilayah kecamatan Natar yang
menjadi korban pemalsuan pupuk, bibit dan obat-obatan pertanian. Kemudian aksi reklaiming di desa Air Panas Kecamatan Natar Lampung Selatan, di 11 desa
di kecamatan Padang Ratu Lampung Tengah, di desa Trimodadi kecamatan Kali Balak Lampung Utara, dan wilayah Rawasragi Lampung Selatan.
Sejak awal SPL menjadi anggota atau berjejaring kuat dengan FSPI. Sejak awal SPL juga sudah mengalami krisis kepemimpinan, kemudian berkembang
konflik internal dan mengalami fragmentasi. Tahun 2002 sebagian anggotanya memisahkan diri dan membentuk Mirak Nadai MN. Organisasi ini tahun 2004
diklaim sebagai anggota Aliansi Petani Indonesia API. Bersamaan dengan berubahnya FSPI pada akhir tahun 2007 menjadi SPI maka SPL juga berubah
menjadi SPI-Lampung hingga saat ini. Dinamika SPL hingga saat ini dapat disajikan sebagaimana tampak pada Gambar 3.
Gambar 3 Dinamika Organisasi Gerakan SPL
108
6.1.2. Konstruksi Gerakan dari Bawah: Kasus Dewan Tani Lampung DTL