57
Kedua, bentuk-bentuk pengumpulan data berupa wawancara mendalam, dokumentasi, observasi dan data sekunder lihat sub bab Teknik Pengumpulan
Data. Dengan cara ini dapat dikumpulkan berbagai informasi sesuai dengan pokok penelitian. Disini peneliti berusaha sedapat mungkin bersikap untuk tidak
memihak dan mengumpulkan informasi dari pihak-pihak yang terlibat dan juga dari pihak lawan gerakan pemerintah dan perusahaan.
Ketiga, pertanyaan-pertanyaan dijabarkan sesuai dengan pokok penelitian. Ada tiga persoalan yang menjadi pokok penelitian ini, yaitu: kondisi-kondisi yang
berpotensi sebagai faktor pendorong utama terjadinya gerakan petani, aksi-aksi kolektif dalam gerakan petani, dan dinamika organisasi gerakan petani pasca
aksi-aksi kolektif petani. Ketiga pokok penelitian tersebut di jabarkan secara rinci dalam Tabel 3.
Keempat, dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan secara sosiologis
diajukan beberapa pertanyaan umum generic proposition. Peneliti cenderung mengikuti pendekatan ethnografi praktis di mana wacana dijadikan fokus
sekaligus pertanyaan umum. Peneliti berusaha menggali isu-isu yang banyak didiskusikan atau menjadi bahan pembicaraan inti dan umum oleh berbagai
pihak, seperti di kalangan komunitas petani basis, praktisi, LSM, akademisi, mantan aktivis gerakan, dan pengurus inti organisasi gerakan petani. Oleh
karena itu, berbagai informasi yang dapat diperoleh dari berbagai wilayah dan dari berbagai ruang interaksi dan komunikasi antar subyek gerakan petani baik
formal maupun formal semaksimal mungkin untuk terus dapat diikuti. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam dan Observasi
Sebelum wawancara mendalam dilaksanakan, peneliti mencari kawan- kawan petani pengurus inti IPL dan SPL dan non petani PUSbik, LBH Bandar
Lampung, KBH Lampung, DRL, dan Dosen yang sudah kenal dan dipastikan dapat menjadi informan kunci. Meraka adalah yang pernah mengadvokasi konflik
pertanahan, ikutserta dalam gerakan petani dan menjadi pengurus inti organisasi gerakan petani.
Pada bulan April tahun 2007 sejak ijin penelitian diperoleh maka dokumen- dokumen tentang konflik pertanahan dan upaya penyelesaian kolektif termasuk
gerakan lokal-tradisional petani mulai dikumpulkan. Wawancara dengan para pengurus inti DTL, IPL dan SPL dan non petani mulai dilakukan. Informasi awal
58
ini menjadi landasan untuk mendalami lingkup permasalahan penelitian. Setelah didapatkan gambaran yang cukup tentang pemetaan konflik pertanahan petani,
persoalan gerakan dan organisasi gerakan petani, kemudian mulai bulan Juni 2008 dilakukan wawancara secara intensif dan berkesinambungan.
Beberapa informan awal di atas tetap diwawancarai lebih lanjut dan diperbanyak jumlahnya melalui cara snowball. Kemudian wawancara dilanjutkan
dengan para pelaku petani dan non petani yang menjadi pengurus dan mantan pengurus DRL, DTL, IPL, SPL, Mirak Nadai dan Pramukti, Petani Mandiri
Jakarta, FSPI Jakarta, dan Raca Institute Jakarta. Dari kalangan akademisi wawancara dilakukan dengan mereka yang pernah dan masih menjadi anggota
Tim 13 dan yang pernah ikut dalam gerakan petani. Dari kalangan perusahaan diwawancarai dua pejabat inti PT. HIM di Tulang Bawang dan Derektur PT. DA di
Lampung Selatan. Dari Mirak Nadai wawancara dilakukan dengan dua pengurus inti dan empat pelaku utama aksi reklaiming. Dari instansi kehutanan dan BPN
berhasil diwawancarai pejabat yang banyak tahu tentang konflik pertanahan, peristiwa gerakan dan perkembangan organisasi gerakan petani. Wawancara
juga dilakukan terhadap para mahasiswa alumni yang ketika itu mereka aktif ikut terlibat dalam gerakan mahasiswa dan gerakan petani.
Pada tanggal 5-7 Nopember 2007 peneliti mengikuti Kongres SPL di desa Antar Berak, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus. Disitu peneliti dapat
mengamati langsung jalannya konggres dan melakukan wawancara. Selain itu, peneliti juga menghadiri pertemuan bulanan organisasi basis SPL di kecamatan
Bangun Rejo, Lampung Tengah; pertemuan antar petani di desa Wiyono-Gedung Tataan-Pesawaran; pertemuan antar petani basis DTL di Padang Cermin, dan
mengikuti dan mewawancarai peserta dialog aktivis LSM tentang konflik pertanahan diprakarsai ICRAF di Wisma Dahlia Bandar Lampung; dalam acara
ketua IPL, yakni peresmian pesantren dan kampanye partai politik tertentu; dan dalam acara Muscab SPI Lampung Tengah.
Khusus kepada para informan kunci selalu dijalin hubungan langsung karena wawancara intensif dengan mereka dilakukan secara berkelanjutan,
dengan bertemu langsung, melalui telepon, Handphone dan email. Di antara mereka juga diminta untuk mengoreksi dan berdialog tentang hasil rekonstruksi
dan interpretasi data yang dituangkan dalam bentuk tulisan, tabel dan gambar.
59
b. Dokumentasi.