Saling Keterkaitan Antar Unsur-Unsur Keberhasilan Aksi-aksi Kolektif Dalam Gerakan Petani

118 Gerakan petani di Lampung yang terdiri dari perpaduan antara sumberdaya petani dan non petani ternyata tidak bisa sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan untung-rugi berbasis asumsi rasionalitas material, meskipun unsur tersebut tidak dapat diabaikan. Pertimbangan untung-rugi dapat mereduksi persoalan gerakan ke dalam motivasi partisipasi untuk memperoleh insentif selektif. Dasar pertimbangan tersebut sulit digunakan untuk menjelaskan motivasi partisipasi para aktor strategis pada masa pra sampai dengan aksi pendudukan lahan reklaiming. Dasar pertimbangan untung-rugi secara material ternyata relevan untuk menjelaskan dinamika gerakan petani pasca reklaiming. Pada masa ini kepentingan para partisipan dengan jelas muncul ke permukaan, yakni kepentingan sesungguhnya yang menjadi dasar partisipasinya di dalam gerakan. Indikasinya dapat dilihat dari pergeseran dasar orientasi tindakan yang semula terkonsentrasi pada pencapaian kepentingan “substantif” petani menjadi berubah berbasis pada “potensi”, yakni kekuatan sumberdaya petani basis yang dapat dimobilisir untuk mencapai kepentingan praktisnya meskipun menyimpang dari tujuan stratagis gerakan. Menyimak femona di atas maka tantangan utama gerakan terpusat pada keunggulan insentif moral atau purposif yang dapat ditawarkan dalam gerakan. Dilihat dari keberhasilan pendudukan lahan tampak bahwa ternyata insentif selektif tidak hanya dinikmati oleh para kontributor tetapi juga oleh banyak non- kontributor free-riders. Banyaknya non kontributor ikut memanfaatkan peluang memperoleh keuntungan menjadi tidak terkontrol. Gejala ini menunjukkan bahwa kekuatan jaringan internal solidaritas sosial dan komitmen moral gerakan petani mulai memudar. Solidaritas sosial dan insentif purposif adalah berdimensi kolektif karena mengandung peleburan antara kepentingan personal dan kolektifitas aktor gerakan. Ternyata anggapan tersebut menjadi semakin tidak berarti ketika tindakan para aktor strategis gerakan dalam mencapai tujuan praktisnya justru semakin jauh jaraknya dengan tujuan strategis gerakan itu sendiri.

6.3.1. Saling Keterkaitan Antar Unsur-Unsur Keberhasilan Aksi-aksi Kolektif Dalam Gerakan Petani

Dengan terbukanya peluang politik, maka sub kultur oposisi petani menjadi berfungsi baik dalam mendukung akselerasi respon posisitif dalam memperkuat kesiapan struktur sumberdaya mobilisasi petani. Isu-isu agraria berbasis ideologi egalitarian dengan mudah didesiminasikan karena sesuai dengan kepentingan 119 dan pengalaman praktis petani. Mengandalkan isu-isu utama yang dikemas dalam paket ideologi gerakan, terbukanya peluang politik dan sub kultur oposisi petani masih belum cukup, masih diperlukan penguatan struktur sumberdaya mobilisasi dalam bentuk organisasi gerakan. Proses penguatan unsur-unsur tersebut berjalan melalui pembingkaian kolektif untuk segera ditransformasikan dalam aksi-aksi kolektif petani. Oleh sebab itu konfigurasi gerakan sosio-politik petani paling tidak ditentukan oleh empat unsur utama yang saling terkait sebagaimana tampak disajikan pada Gambar 6. Untuk sampai pada penguatan struktur mobilisasi sumberdaya petani diperlukan proses perubahan kesadaran konfliktual menjadi kesadaran sosio- politik. Ini dilakukan melalui proses pendampingan terhadap komunitas petani di berbagai wilayah konflik pertanahan, terutama dalam mesosialisasikan ideologi gerakan berbasis pada isu-isu yang secara politis sangat strategis. Strategi “sapu lidi” dipilih, yakni target utamanya dikonsentrasikan pada upaya cepat penyadaran terhadap para tokoh petani yang menjadi simpul perjuangan di lingkungan komunitasnya. Gambar 6 Determinan Aksi Kolektif Dalam Gerakan Petani Meskipun masih selektif dikonsentrasikan pada para tokoh petani, selain menjadi simpul perjuangan petani, mereka yang banyak memiliki kemampuan lebih sebagai prosesor aktif dan derajat emosi tertentu dalam mengkonstruksi makna-makna sosio-kultural oposisional di dalam sub kultur oposisi petani. 250 Seiring dengan perkembangan struktur peluang politik reformasi maka makna- 250 Dipilihnya para tokoh petani sebagai target utama penyadaran sosio-politik didasarkan pada alasan tertentu. Kesadaran sosio-politik berbasis ideologi egalitarian memang masih belum cukup menggerakkan petani miskin berpartisipasi aktif dalam gerakan petani. Insentif material tanah jauh lebih memikat bagi partisipasi petani kebanyakan. Insentif ideologis hanya menarik bagi petani kecukupan para tokohpemimpin karena mereka memiliki kapabilitas untuk itu. Pada kenyataanya mereka itu sebagai penggerak utama gerakan petani dan lebih mudah menerima ideologi gerakan yang menjanjikan tata kehidupan agraria lebih baik. Sub Kultur Oposisi Petani Struktur Peluang Politik Pembingkaian Struktur Mobilisasi Sumberdaya Aksi Kolektif Petani 120 makna sosio-kultural oposisional petani paling tidak sudah diorganisasikan melalui bingkai-bingkai interpretatif pembingkaian kolektif. Mereka memahami apa yang menjadi persoalan bersama, bukan hanya pada tataran lokal tetapi juga pada tataran provinsi bahkan nasional. Oleh karena itu mereka cepat diajak untuk memahami pentingnya membangun kekuatan bersama solidaritas dalam gerakan skala supra lokal provinsi. Kesepakatan aksi dan aksi-aksi kolektif petani yang dipengaruhi oleh sistem sosio-kultural oposisional dapat berkembang dalam kerangka ideologi alternatif yang disosialisasikan oleh para pendamping non petani dan juga dikembangkan melalui diskursus baik sebelum maupun selama berlangsungnya proses aksi-aksi kolektif dalam gerakan petani.

6.3.2. Rekruitmen dan Pengorganisasian Petani Basis