155
BAB VII INVOLUSI GERAKAN AGRARIA
7.1. Kearah Konstruksi Teori Involusi Gerakan Agraria
Konsepsi involusi dalam perubahan sosial berada pada dimensi struktural, yakni menunjuk pada suatu kondisi struktur yang stagnan tetap, tidak berubah,
sehingga eksistensi dan perkembangannya tidak mampu memproduksi sistem gerakan sebagai wadah institusional perubahan sosial. Cliffrod Geertz memakai
konsepsi “involusi” sebagai alat analitik terhadap usaha tani sawah di Jawa. Konsepsi tersebut diperoleh dari Alexander Goldenweiser, seorang antropolog
Amerika, yang digunakan untuk melukiskan pola kebudayaan yang ketika sudah mencapai bentuk yang pasti kemudian dia tidak berhasil menstabilisasinya atau
mengubahnya menjadi suatu pola yang baru, tetapi terus berkembang ke dalam sehingga menjadi semakin rumit, seperti tampak pada seni dekoratif Maori dan
dalam Gothik akhir.
262
Misalnya, seni dekoratif Maori...Tidak dapat dihindari lagi, hasilnya adalah kerumitan yang makin lama makin hebat, keanekaragaman dalam keseragaman,
keahlian seni dalam monotoni”. Contoh lain, seperti dalam Gothik akhir. Bentuk- bentuk dasar dari kesenian telah mencapai puncaknya, unsur-unsur struktural telah
membantu dan tidak mungkin ada variasi-variasi lagi, keaslian yang diciptakan telah tidak ada lagi. Namun perkembangan terus berjalan. Terkepung oleh pola
yang telah membantu di segenap penjuru, maka dipergunakanlah fungsi ketelitian pada garis-garis kecil. Daya cipta yang luas telah mengering di sumbernya, dan
digantikan oleh sejenis keahlian seni yang khusus, semacam penjelimetan teknis....
Konsepsi “involusi” dari Alexander Goldenweiser yang menjadi alat analisis Clifford Geertz, oleh Sajogyo
263
digambarkan lebih jelas dalam suatu kiasan sebagai berikut:
Kemandegan atau kemacetan pola pertanian yang ditunjukkan oleh tidak adanya kemajuan yang hakiki. Jika pun ada gerak, misalnya orang berjalan, berlari, atau
menunjukkan gerakan lain di dalam lingkungan air, tidak ada gerakan yang menghasilkan kemajuan: orang tetap berada di tempat sama, misalnya di perairan,
berenang di tempat menjaga diri tidak tenggelam tanpa mencapai tujuan lain
. Pada sisi lain Farhad Nomani and Sohrab Behdad menggunakan konsepsi
“involusi struktural” untuk melihat terjadinya erosi serius dalam hubungan
262
Clifford Geertz. 1983. Involusi Pertanian: Proses perubahan ekologi di Indonesia. Jakarta: Bhratara Karya Aksara., hal. 85-86i. Dia mendefinisikan konsep “Involution” menunjuk pada “overdriving of an established
form in such a way that it becomes rigid through an inward overelaboration of detail” Clifford Geertz. 1963. Agricultural Involution: The Process of Ecological Change in Indonesia. Berkeley and Los Angeles: University
of California Press, p. 82.
263
Clifford Geertz. 1983. Ibid., hal. xxiii.
156
produksi kapitalis di Iran yang berjalan seiring dengan munculnya produksi komoditas kecil petty-comodity production.
264
Mengacu pada pandangan Alexander Goldenweiser, Clifford Geertz, Sajogyo dan Farhad Nomani and Sohrab Behdad tersebut di atas, maka konsep
“involusi gerakan agraria” dalam studi ini dapat dimaknai menunjuk pada suatu kondisi gerakan petani yang stagnan tetap, tidak berubah atau lemahnya peran
organisasi gerakan petani dalam melakukan perubahan tatanan agraria yang setara dan adil sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan petani sejalan
dengan perkembangan upaya-upaya yang telah dilakukan. Memang selama proses perjuangan petani terjadi inovasi-inovasi strategi dan taktik gerakan,
berupaya memperkuat jaringan, tetapi kehadiran dan perannya tetap saja tidak mampu menghasilkan perubahan substantif nasib petani sesuai dengan klaim-
klaim yang diperjuangkan. Konsepsi involusi gerakan agraria juga dapat dilihat dari perkembangan
organisasionalnya. Mengacu pandangan Hanspeter Kriesi, organisasi gerakan petani dapat bertahan dalam jalur radicalization sebagai organisasi gerakan
countercultural, juga dapat berubah menjadi organisasi gerakan subcultural ketika kerakteristik dan aktifitasnya berubah, yakni masuk pada jalur involusi,
institusionalisasi dan komersialisasi.
265
Radikalisasi merupakan jalur organisasi gerakan sosial yang memperkuat struktur mobilisasi sumberdaya. Involusi
menekankan secara eksklusif pada aspek “insentif sosial”. Organisasi gerakan berubah menjadi asosiasi dan aktivitasnya sebatas untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari para anggotanya. Organisasi gerakan tersebut mendukung mobilisasi konstituen tetapi hanya sebatas melayani kebutuhan mereka atau menggunakan
strategi berorientasi klien. Institusionalisasi menunjuk pada keseluruhan transformasi yang memungkinkan organisasi gerakan menjadi partai politik atau
kelompok kepentingan dan eksistensinya masuk dalam sistem intermediasi kepentingan lembaga yang sudah mapan. Sedangkan komersialisasi menunjuk
pada proses transformasi yang mengarah pada bentuk organisasi layanan komersial, yakni layanan yang dibayar oleh para anggotanya.
264
Hasil kajian Farhad Nomani and Sohrab Behdad terhadap perkembangan kekuatan produksi di Iran menyimpulkan bahwa telah terjadi erosi serius dalam hubungan produksi kapitalis berjalan seiring dengan
munculnya produksi komoditas kecil petty-comodity production. Proses ini disebut degeneratif “involusi struktural”, karena terjadi kekusutan dalam kemunculan struktur ekonomi, terganggunya proses akumulasi,
dan terjadi krisis ekonomi yang semakin intensif. Pertama, proses “involusioner” terjadi ketika jumlah borjuis kecil dan para fungsionaris politik meningkat, sedangkan jumlah kelas pekerja menurun. Kedua, proses
“deinvolusioner” terjadi ketika jumlah borjuis kecil dan fungsionaris politik menurun, sedangkan jumlah kelas pekerja meningkat Lihat Farhad Nomani and Sohrab Behdad. 2006. Class and Labor in Iran: Did the
Revolution Matter ? Syracuse, N.Y.: Syracuse University Press.
265
Doug McAdam, John D. McCarthy, Mayer N.Zald Editor’s. 1996. Op.Cit, hal. 156.
157
Pada sisi lain, intensitas mobilisasi komitmen menjadi penting karena hal ini dapat menghasilkan berbagai alternatif strukturasi internal dalam menjaga
stabilitas organisasi gerakan dalam jangka panjang. Tetapi, sebagai gerakan instrumental maka pelembagaan arus sumberdaya secara khusus menjadi
problematik bagi gerakan agraria yang memiliki isu spesifik tinggi dan terfokus pada isu-isu internasional yang siklusnya cukup singkat. Suatu gerakan yang
hanya menfokuskan pada isu tunggal maka secara eksternal semakin tergantung pada siklus perhatian terhadap isu tersebut. Gerakan agraria yang tadinya
memiliki sifat radikal countercultural ketika berposisi sebagai gerakan instrumental sangat mungkin terlembagakan menjadi gerakan subkultural dan
berpeluang masuk pada jalur involusi dan komersialisasi. Kondisi eksternal ekonomi, politik dan kultural juga berpengaruh terhadap perkembangan
gerakan agraria. Seperti struktur peluang politik secara umum berpengaruh terhadap perkembangan organisasi gerakan petani dalam melancarkan gerakan-
gerakan jangka pendek sosio-politik, tetapi ketika mengembangkan gerakan sosio-kultural jangka panjang maka struktur peluang politik tersebut menjadi
kurang berpengaruh. Dengan tidak mengabaikan pengaruh kondisi ekonomi dan kultural, maka involusi gerakan agraria terjadi karena dipengaruhi oleh struktur
relasi kekuasaan dalam sistem agraria yang mapan.
266
Dalam teori konflik klasik bahwa di dalam sistem sosial selalu melekat unsur dominasi dan hegemoni, dan selalu berada dalam arus kepentingan
kelompok atas dengan memperkuat unsur kontradiksi dan negasi terhadap kelompok bawah.
267
Secara umum teori konflik mendasarkan pada tiga asumsi utamanya, yakni berkenaan dengan: 1 kepentingan dasar yang selalu harus
diperjuangan untuk dipenuhi, 2 relasi kekuasaan sebagai inti struktur sosial dan ini melahirkan perjuangan untuk mendapatkannya, 3 nilai dan gagasan sebagai
senjata konflik.
268
Akan tetapi, gerakan-gerakan sosial kontemporer tidak lagi terkonsentrasi pada orientasi material, tidak terpolarisasi hanya dalam dua kelas,
dan karenanya keluar dari determinisme material. Mengadopsi konsepsi Griffin,
269
proses dialektika materialisme berada pada ranah inter-sektoral kelas bukan pada ranah intra-sektoral. Padahal di dalam
sektor kelas itu sendiri juga terdapat peluang kontradiksi dan bernegasi yang
266
Doug McAdam, John D. McCarthy, Mayer N.Zald Editor’s. 1996. Ibid., hal. 159.
267
Robert Freedman Editor. 1961. Marx On Economics. New York: A Harcourt, Brace World, Inc.; Terrell Carver. 1982. Marx’s Social Theory. Oxford University Press.
268
Mansour Fakih. 2004. Op.Cit. 43.
269
Henry Berbstein, T.J. Byress, S. Borras, dan Cristobal Kay, dkk. 2008. Kebangkitan Studi Reforma Agraria di Abad 21. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional.
158
melekat unsur dominasi dan hegemoni. Negasi struktural intra dan inter-sektoral bukan hanya dapat memperlemah elemen sistem tetapi juga dalam hubungan
antar elemen. Hubungan antar elemen sistem bersifat dinamis dan dialektis, dan dialektika negatif terjadi karena mengabaikan kemungkinan dikembangkan unsur
bermediasi. Perubahan formal tidak berjalan seiring dengan perubahan substantif, sehingga kelompok bawah meskipun perjuangannya dapat merubah
bentuk dan kualitas organisasi sistem sebenarnya lebih merupakan bentuk adaptasi terhadap kepentingan kelompok atas. Involusi gerakan terjadi ketika
kelompok bawah tetap berada pada arus kuat kepentingan kelompok atas sedangkan kondisi mereka tetap “menderita”.
Gerakan transformasi sebenarnya mengandung tuntutan mediasi yang harus dipenuhi yang menghasilkan imperatif-imperatif etis. Menurut Giddens,
gerakan perubahan realitas tersebut masuk dalam kerangka politik emansipatoris dan politik kehidupan. Namun realisasi tujuan di dalamnya seringkali tergantung
kepada intervensi agen-agen yang mendukung strata atas. Dari perspektif realisme utopis gerakan transformasi diakui menjadi basis perubahan menuju
realitas yang lebih aman dan manusiawi. Tetapi ketika unsur utopis tampak nyata, para aktor gerakan akan samar melihat kedalaman intervensi pihak lain
yang sebenarnya juga ikut ambil bagian dalam menyeret ke arah yang mungkin dapat melemahkan posisi gerakan sosial itu sendiri.
270
7.2. Strukturasi Internal