53
b. Tindakan kolektif dalam gerakan petani. Dalam arti sempit praktis dimaknai sebagai tindakan terorganisir dan non institusional yang dikonstruksi sebagai
perwujudan reaksi atau respon petani terhadap tindakan pihak lawan atas penguasaan tanah pertanian yang merugikan petani. Dalam arti luas
strategis dimaknai sebagai suatu usaha kolektif petani terorganisir dengan tujuan untuk merombak tatanan sosial agraria yang adil dan demokratis
sebagai dasar bagi peningkatan kesejahteraan petani. Gerakan petani dikatakan sebagai gerakan sosial menurut Landsberger
180
dan Lofland
181
jika memenuhi beberapa unsur, yaitu: sebab gerakan, tujuan dan sasaran,
strategi, ideologi atau kepercayaan, keanggotaan, kepemimpinan, struktur organisasi dan efek gerakan.
Ada tiga unsur utama saling terkait yang mendorong keberhasilan aksi- aksi kolektif dalam gerakan sosio-politik petani, yaitu struktur peluang politik,
struktur mobilisasi, dan pembingkaian kolektif. Pertama, struktur peluang politik dimaknai sebagai derajat keterbukaan politik yang memungkinkan
dilakukanya aksi-aksi kolektif petani. Kedua, struktur mobilisasi sumberdaya merupakan proses di mana suatu organisasi gerakan petani yang diciptakan
dapat menjamin kontrol kolektif terhadap sumberdaya material dan non material. Struktur mobilisasi sumberdaya terwujud dalam jaringan struktur
dari skala mikro kelompok informal hingga meso organisasi gerakan petani skala provinsi. Ketiga, pembingkaian kolektif difahami sebagai suatu proses
interpretasi bersama dan sebagai suatu proses konstruksi sosial yang memediasi antara peluang politik dan aksi-aksi kolektif dalam gerakan petani.
c. Dinamika Organisasi Gerakan Petani. Konsepsi ini difahami sebagai suatu
kondisi-kondisi yang menunjukkan arah perkembangan organisasi gerakan petani tingkat provinsi dalam mecapai tujuan-tujuannya sesuai dengan klaim-
klaim yang diperjuangkan. Tiga peran utamanya adalah sebagai pengimbang kekuatan negara dan swasta dalam struktur hubungan agraria, sebagai
kekuatan gerakan pemberdayaan petani, dan sebagai lembaga perantara antara petani dengan negara dan swasta serta dengan segenap kelompok
pendukungnya.
182
180
Henry A. Landsberger, dan Alexandrov YU.G.. 1984. Pergolakan Petani dan Perubahan Sosial. Jakarta: CV. Rajawali.
181
John Lofland. 1996. Social Movement Organizations: Guide to Research on Insurgent Realities. New York: Aldine de Gruyter.
182
Abdi Rahmat. 2003. Op.Cit., hal. 34-37.
54
Kemudian pokok penelitian, unsur dfata dan teknik pengumpulan data disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Pokok Penelitian, Unsur Data dan Teknik Pengumpulan Data
Pokok Penelitian
Unsur-Unsur Data Metode
Pengumpulan
Potret Lampung Dari Masa ke
Masa • Kondisi fisik, perkembangan wilayah
administratif dan sosial budaya. Dokumentasi D,
Data Sekunder DS
• Dinamika petani di Lampung dari masa ke masa.
D, DS Ketegangan
Struktural Agraria • Proses dan status penguasaan tanah
pertanian oleh petani. Wawancara W,
D, DS • Proses pengambil-alihan dan
pembebasan tanah petani oleh pemerintah dan perusahaan.
W, D, DS • Perlakuan pemerintah dan perusahaan
terhadap petani dalam konflik pertanahan. W, D, DS
• Dampak konflik pertanahan terhadap kondisi petani.
W, D, DS • Upaya pemerintah dan perusahaan dalam
mengatasi dampak negatif terhadap kehidupan petani.
W, D, DS • Upaya kolektif petani dalam
menyelesaikan konflik pertanahan dengan pemerintah dan perusahaan.
W, D, DS Aksi-aksi Kolektif
Petani dalam Gerakan Sosio-
politik Petani • Respon terhadap peluang politik.
W • Rekruitmen elemen petani.
W • Rekruitmen elemen pendukung non
petani. W
• Pengorganisasian penstrukturan sumberdaya mobilisasi
W • Aksi-aksi kolektif.
W,D, DS • Efek aksi-aksi kolektif.
W, D, DS Dinamika
Gerakan Petani direpresentasikan
oleh peran Organisasi
Gerakan Petani • Formalisasi organisasi gerakan petani.
W, D, DS • Reproduksi isu-isu kritis dan memobilisir
sumberdaya dalam aksi kolektif. W, D, DS
• Hubungan dengan para pemegang otoritas dalam penyelesaian konflik
pertanahan. W, DS
• Konflik internal dan fragmentasi organisasi gerakan petani.
W,D, DS • Keberlanjutan kekuatan jejaring antara
elemen petani dengan elemen non petani. W, Observasi O
• Perluasan jaringan pendukung. W, D, DS, O
• Dalam mempertahankan jalinan hubungan dengan konstituen.
W, D, O • Dalam menyelesaikan kendala internal
dan eksternal. W, D, O
55
Desain Penelitian
Studi kasus dipilih sebagai strategi, kerangka kerja, atau desain penelitian. Model induksi analitik dalam beberapa kasus gerakan petani di Lampung
nampaknya lebih cocok diterapkan dalam studi ini dibanding model sampel teoritik dan studi kasus tunggal. Dalam model induksi analitik maka beberapa
kasus gerakan petani di Lampung yang direpresentasikan oleh peran organisasi gerakan petani dapat dicari kesamaannya dan dibuat suatu kategori umum,
dengan cara memberi makna secara ketat atas konsep-konsep yang digunakan.
183
Kasus organisasi gerakan petani tingkat provinsi di Lampung bersifat spesifik karena kemunculannya terkait dengan persoalan pertanahan yang terjadi
secara akumulatif dan merata di seluruh wilayah kabupaten dan kota. Untuk memahami dinamikanya perlu dilakukan interpretasi terhadap setiap gejala yang
muncul dengan menggunakan kerangka frame kerja berbagai pihak yang terlibat di dalam gerakan petani. Oleh karena itu, kesatuan analisis dalam
penelitian ini adalah “lingkungan” situasi di mana organisasi gerakan petani itu muncul, beraktivitas dan berkembang dari tingkat lokal hingga provinsi dan
berbagai komunitas lokal petani yang terlibat dalam persoalan pertanahan dengan pemerintah negara dan perusahaan swasta, berjejaring dengan
berbagai kelompok aktor pendukung, serta keterkaitannya dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Sebagai gerakan petani terorganisir, maka yang
dimaksud dengan kesatuan analisis “lingkungan” situasi tersebut terwujud dalam dinamika organisasi gerakan petani yang mengidentifikasi tujuan-tujuanya
dengan pilihan terhadap suatu gerakan sosial gerakan petani dan berusaha melaksanakan tujuan-tujuan tersebut.
Mengacu pendapat Lofland mengenai prosedur penelitian studi kasus tentang gerakan sosial, maka dalam studi ini mengikuti 4 empat langkah, yaitu:
1 memilihan kasus-kasus gerakan petani yang akan diteliti, 2 memikirkan secara luas tentang bentuk-bentuk pengumpulan data atas kasus tersebut, 3
menjabarkan pertanyaan-pertanyaan sosial tentang data, dan 4 menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara sosiologis.
184
183
Charles C. Ragin. 1994. Constructing Social Research, Sociology for a New Century. Thousand-Oaks- London, New Delhi: Cine Forge Press., hal. 93-103.
184
John Lofland. 1996. Social Movement Organizations: Guide to Research on Insurgent Realities. New York: Aldine de Gruyter., hal. 21.
56
Pertama, pemilihan kasus yang paling relevan adalah organisasi gerakan petani tingkat wilayah provinsi Lampung yang menjadi representasi gerakan
petani, yakni Dewan Tani Lampung DTL, Ikatan Petani Lampung IPL, Serikat Petani Lampung SPL dan Mirak Nadai MN. Gerakan petani dibatasi
berlangsung mulai sejak tahun 1998 hingga tahun 2009. Kasus perjuangan kolektif petani yang terjadi pada masa Orde Baru diposisikan sebagai bagian dari
prakondisi yang mendorong munculnya gerakan petani, dan dalam penelitian ini diposisikan sebagai akumulasi sumberdaya mobilisasi potensial petani. Dipilih
daerah penelitian di Provinsi Lampung berdasarkan dua alasan obyektif dan subyektif. Alasan obyektifnya adalah: 1 banyak konflik pertanahan antara petani
berhadapan dengan pemerintah negara dan perusahaan swasta; 2 konflik- konflik tersebut bersifat akumulatif dan menyebar di wilayah kabupatenkota; 3
terutama pada awal-awal era reformasi marak terjadi aksi kolektif terorganisir unjuk rasa dan reklaiming; dan 4 berkembang beberapa organisasi gerakan
petani di tingkat wilayah provinsi, ke bawah memiliki anggota organisasi tani tingkat lokal atau basis, dan ke atas berjejaring dengan organisasi gerakan
tingkat nasional. Seperti IPL bejejaring dengan Petani Mandiri, SPL berjejaring dengan Federasi Serikat Petani Indonesia FSPI, dan Mirak Nadai berjejaring
dengan Aliansi Petani Indonesis API. Sedangkan alasan subyektif adalah: 1 mulai sejak tahun 1989 hingga saat ini peneliti tinggal menetap di Lampung; 2
sering mengamati dan pernah meneliti konflik pertanahan; 3 sering mengamati dan pernah terlibat secara tidak langsung dalam ak-aksi unjuk rasa pada awal
reformasi; 4 sudah mengenal banyak kawan-kawan aktivis gerakan reformasi, khususnya gerakan petani di Lampung.
Selain itu, penelitian ini juga memperhatikan dua kategori gerakan petani dilihat dari proses konstruksinya, yakni konstruksi gerakan dari bawah dan dari
atas. Dimaksud dengan konstruksi gerakan dari bawah adalah suatu gerakan petani yang dimulai dari pengorganisasian berbagai komunitas petani basis,
kemudian mereka disatukan dalam wadah organisasi gerakan petani tingkat wilayah provinsi, baru kemudian melakukan aksi-aksi kolektif. Kasus
representatifnya adalah DTL yang kemudian pecah menajdi IPL. Sedangkan konstruksi gerakan dari atas dibentuk lebih dulu organisasi gerakan petani
secara formal tingkat provinsi, baru kemudian melakukan mengorganisasian komunitas petani lokal untuk melakukan aksi-aksi kolektif. Kasus representatifnya
adalah SPL yang kemudian pecah menjadi MN.
57
Kedua, bentuk-bentuk pengumpulan data berupa wawancara mendalam, dokumentasi, observasi dan data sekunder lihat sub bab Teknik Pengumpulan
Data. Dengan cara ini dapat dikumpulkan berbagai informasi sesuai dengan pokok penelitian. Disini peneliti berusaha sedapat mungkin bersikap untuk tidak
memihak dan mengumpulkan informasi dari pihak-pihak yang terlibat dan juga dari pihak lawan gerakan pemerintah dan perusahaan.
Ketiga, pertanyaan-pertanyaan dijabarkan sesuai dengan pokok penelitian. Ada tiga persoalan yang menjadi pokok penelitian ini, yaitu: kondisi-kondisi yang
berpotensi sebagai faktor pendorong utama terjadinya gerakan petani, aksi-aksi kolektif dalam gerakan petani, dan dinamika organisasi gerakan petani pasca
aksi-aksi kolektif petani. Ketiga pokok penelitian tersebut di jabarkan secara rinci dalam Tabel 3.
Keempat, dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan secara sosiologis
diajukan beberapa pertanyaan umum generic proposition. Peneliti cenderung mengikuti pendekatan ethnografi praktis di mana wacana dijadikan fokus
sekaligus pertanyaan umum. Peneliti berusaha menggali isu-isu yang banyak didiskusikan atau menjadi bahan pembicaraan inti dan umum oleh berbagai
pihak, seperti di kalangan komunitas petani basis, praktisi, LSM, akademisi, mantan aktivis gerakan, dan pengurus inti organisasi gerakan petani. Oleh
karena itu, berbagai informasi yang dapat diperoleh dari berbagai wilayah dan dari berbagai ruang interaksi dan komunikasi antar subyek gerakan petani baik
formal maupun formal semaksimal mungkin untuk terus dapat diikuti. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara Mendalam dan Observasi