81
tidak ada inisiatif untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya pada siswa.
Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I kemampuan mengevaluasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang menggambarkan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Terjadi peningkatan rerata skor yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok
eksperimen sebesar 1,90, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 1,64. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan yang signifikan dengan
harga Sig. 2-tailed sebesar 0,00 p 0,05. Pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele sekuat posttest I sesudah dilakukan perlakuan. Hal ini
dibuktikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,13 p 0,05 pada kelompok eksperimen. Pengaruh penerapan metode ceramah tidak sekuat posttest I sesudah
dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,00 p 0,05 pada kelompok kontrol.
4.2.2 Hipotesis Penelitian II
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mencipta. Pengaruh ini dapat terlihat
dari perbedaaan yang signifikan antara selisih skor skorpretest dan posttest Ikelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan harga Sig. 2-tailed sebesar
0,00 atau p 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus O2 - O1 – O4 – O3 juga dapat menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh dan tidak terdapat pengaruhnya penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mencipta, diperoleh hasil 0,77 berarti hasilnya positif sehingga
efeknya adalah positif ada pengaruh. Dengan demikian H
null
ditolak dan H
i
diterima yang artinya penerapanmodel pembelajaran van Hiele berpengaruh secara signifikan
terhadap kemampuan mencipta. Kesimpulannya adalah penerapan model
82
pembelajaran van Hiele berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mencipta.
Hasil uji statistik yang menunjukkan bahwa model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mencipta. Pengaruh perlakuan terhadap tiap
kelompok adalah sebagai berikut. 1 Model pembelajaran van Hiele pada kelompok eksperimen memberikan pengaruh besar terhadap kemampuan mencipta yaitu dengan
harga r = 0,96 atau 93.2 Metode ceramah pada kelompok kontrol memberikan pengaruh besar yaitu dengan harga r = 0,87 atau 76. Hal ini berarti penggunaan
model pembelajaran van Hiele memberikan pengaruh sebesar 93 terhadap kemampuan mencipta, sedangkan 7 sisanya merupakan pengaruh dari variabel lain
di luar variabel yang diteliti. Metode ceramah memberikan pengaruh sebesar 76 terhadap kemampuan mencipta, sedangkan 24 sisanya merupakan pengaruh dari
variabel lain di luar variable yang diteliti. Variabel lain tersebut dapat berasal dari faktor-faktor dalam diri siswa dan lingkungan. Faktor-faktor dalam diri siswa
misalnya konsentrasi, minat, motivasi, dan kesehatan tubuh. Faktor-faktor dari lingkungan misalnya latar belakang keluarga siswa.
Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen berbeda dengan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol. Siswa pada kelas eksperimen mengikuti
pembelajaran dengan aktif melakukan proses berpikir melalui kegiatan percobaan dan interaksi dengan guru, teman, serta lingkungan Sanjaya, 2006: 197-199. Siswa pada
kelas eksperimen memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan mencipta lebih banyak dari pada kelas kontrol ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Siswa pada kelas eksperimen aktif mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Setelah itusiswa mencoba untuk memberikan jawaban sementara
hipotesis akan pertanyaan-pertanyaan tersebut melalui diskusi dengan teman sekelompok. Berbeda dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode ceramah,
siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa mendengarkan guru yang menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan LKS, dan kemudian mencocokkan.
Siswa di kelompok kontrol duduk dengan tenang dan teratur, tetapi tidak ada inisiatif
83
untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang belum dimengerti, justru sebaliknya guru yang terlihat aktif bertanya pada siswa.
Perbandingan rerata selisih skor pretest dan posttest I kemampuan mencipta pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar tersebut adalah sebuah diagram yang menggambarkan peningkatan rerata skor pretest ke posttest I pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terjadi
peningkatan rerata skor yang signifikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan rerata skor pada kelompok eksperimen sebesar 1,90, sedangkan
pada kelompok kontrol sebesar 1,41. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami peningkatan yang signifikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,00 p
0,05. Pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele sekuat posttest I sesudah dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. 2-tailed sebesar 0,45 p
0,05 pada kelompok eksperimen. Pengaruh penerapan metode ceramah tidak sekuat posttest I sesudah dilakukan perlakuan. Hal ini dibuktikan dengan harga Sig. 2-
tailed sebesar 0,01 p 0,05 pada kelompok kontrol.
4.2.3 Dampak Pengaruh Perlakuan
Dampak penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengevaluasi dan kemampuan mencipta dianalisis dari data hasil observasi,
wawancara pada lampiran 3.3. Dalam penelitiannya Eric dan Kathleen peneliti memberikan tes yang berisi lima blok pertanyaan dengan setiap blok pertanyaan
untuk mengukur salah satu dari lima tingkat van Hiele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kursus, guru magang tidak memiliki tingkat pemahaman sesuai
dengan target mereka dan setelah mengikuti kursus geometri menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik bahwa guru magang mengalami peningkatan setidaknya
satu tingkat dalam tingkatan van Hiele. Sedangkan Anggarani 2010 secara jelas mendiskripsikan proses pembelajaran yang ditempuh siswa dalam mempelajari
bangun datar dilihat dari pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan peningkatan tingkat dan kualitas berpikir siswa dilihat dengan menganalisis tes
geometri awal pretest dan tes geometri akhir posttest yang disusun berdasarkan
84
indikator-indikator yang dikemukakan William F. Burger dan J. Michael Shaughnessy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: i siswa-siswa sudah bisa
menempuh 5 fase pembelajaran geometri menurut teori Van Hiele yaitu fase informasi, fase orientasi terpadu, fase eksplisitasi, fase orientasi bebas, dan fase
integrasi dengan baik dan sungguh-sungguh yang dilakukan secara bertahap. ii tingkat dan kualitas berpikir siswa dalam geometri meningkat setelah diadakan
pembelajaran geometri berdasarkan teori pembelajaran Van Hiele. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori van Hiele
merupakan sebuah teori yang mengangkat konsep geometri dan memiliki 5 fase pembelajaran geometri menurut teori Van Hiele yaitu fase informasi, fase orientasi
terpadu, fase eksplisitasi, fase orientasi bebas, dan fase integrasi dengan baik dan sungguh-sungguh yang dilakukan secara bertahap, sehingga teori ini memiliki
dampak pengaruh untuk kualitas berpikir siswa dalam pemahaman konsep geometri. Kedua penelitian di atas menjadi landasan dari penelitian ini yang menghasilkan teori
van Hiele memberikan dampak pengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta.
Peneliti memilih wawancara kepada guru dan tiga siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, yaitu tingkat pemahaman tinggi, sedang, dan di
bawah rata-rata atau kurang. Wawancara kepada guru dilakukan setelah guru menerima hasil belajar siswa, sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan
beberapa hari setelah siswa mengerjakan posttest. Hasil observasi dan wawancara sudah dilakukan di kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta. Dampak pengaruh
perlakuan ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Berikut adalah hasil
observasi yang dilakukan peneliti dan hasil wawancara dengan guru dan tiga siswa. Peneliti melakukan observasi bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran di
kelas, mengetahui karakteristik siswa, mengetahui kondisi belajar siswa, serta metode atau model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kepada
siswa selama proses pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan mengerjakan LKS ketika menyampaikan materi pembelajaran. Ketika
85
proses pembelajaran, guru lebih aktif menjelaskan materi pembelajaran, dan siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru. Ada beberapa siswa yang berbicara
dengan temannya ketika proses pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan, menulis, dan mengerjakan LKS sehingga siswa kurang aktif dan kurang mengembangkan
kekreatifitasan siswa di dalam pembelajaran. Peneliti memilih wawancara kepada guru dan tiga siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda, yaitu tingkat
pemahaman tinggi, sedang, dan di bawah rata-rata atau kurang. Wawancara dilakukan di kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta. Wawancara kepada guru dilakukan
setelah guru menerima hasil belajar siswa, sedangkan wawancara kepada siswa dilakukan beberapa hari setelah siswa mengerjakan posttest.
Wawancara dilakukan pada hari Senin, 30 November 2015. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas VB yang menjadi kelas eksperimen.Setelah
mengetahui kondisi kelas melalui observasi, peneliti melakukan wawancara kepada guru mengenai model pembelajaran van Hiele yang peneliti telah laksanakan. Peneliti
bertanya mengenai model pembelajaran van Hiele. “belum, seperti apa belum pernah
ada seminar atau workshop tentang model van Hiele selama ini dari dinas .” ungkap
guru W.G. 30 November 2015. Dari hasil wawancara tersebut bahwa guru belum pernah menerapkan model van Hiele dalam pembelajaran matematika konsep
geometri bangun datar. Guru lebih sering menggunakan model tanya jawab dan latihan soal di LKS, terlihat dari keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung sangat kurang. Peneliti bertanya mengenai metode pembelajaran yang pernah diterapkan di kelas. “Saya pernah menggunakan metode Gasing untuk
mengajar pelajaran matematika di kelas, saya pernah dapet workshopnya. Tetapi saya tidak sering menerapkannya di kelas
” W.G. 30 November 2015. Selain ceramah, guru juga pernah menerapkan metode gasing untuk mengajar matematika di
kelasnya namun guru tidak sering menggunakan metode tersebut di dalam proses pembelajaran, karena menurutnya metode ceramah lebih efektif dan mempersingkat
waktu. Peneliti bertanya mengenai kesulitan saat mengajar menggunakan model pembelajaran van Hiele. “Sempat mengalami kesulitan, karena masih pertama kali
menerapkan model ini. Saya juga belum terlalu paham dengan tahap-tahap van
86
Hiele.Sehingga kemarin saya benar-benar memahami RPP saat akan mengajar ”
W.G. 30 November 2015. Kemudian peneliti bertanya bagaiman pendapat guru guru mengenai model pembelajaran van Hiele. “Ini bagus, karena siswa diberi
kesempatan untuk mengenal bangun datar dengan mengamati terlebih dahulu bukan langsung diberi informasi, namun saya rasa saya kurang puas dengan model ini
” Guru merasa belum puas bukan hanya dengan model pembelajarannya saja namun
menurut guru kemampuan siswa dari tahun ke tahun itu semakin menurun. Anak sekarang tidak ada keinginan untuk mencari informasi sendiri, mereka lebih suka bila
langsung diberi informasi oleh guru dan siswa hanya menerima informasi saja. Pertanyaan selanjutnya mengenai respon siswa serta perbedaan hasil belajar
ketika guru menggunakan model pembelajaran van Hiele dalam menjelaskan materi.“Anak-anak yang pintar dan aktif ya malah semakin aktif.Hanya seperempat
siswa yang aktif sedangkan sisanya hanya menggantungkan teman sekelompoknya saja
.” Model pembelajaran van Hiele masih dalam kategori sedang untuk
keefektifan diterapkan di kelas dalam pelajaran matematika. Hasil wawancara dengan guru bahwa penerapan model pembelajaran van Hiele ini sudah baik membantu siswa
untuk mengeksplor ide mereka, namun masih ada beberapa siswa yang setengah aktif dan setengah hanya diam mendengarkan dan melihat temannya mengerjakan tugas
kelompok. Wawancara dilakukan kepada tiga siswa. Peneliti ingin mengetahui apakah
siswa senang ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran van Hiele. “Senang, karena aku bisa membentuk bangun trapesium dan layang-layang
menggunakan kertas lipat ” ungkap salah satu siswa W.S. 30 November 2015. Dari
ketiga siswa yang diwawancarai, hanya ada dua siswa yang senang belajar dengan menerapkan model pembelajaran van Hiele dalam proses pembelajaran sedang satu
siswa lumayan senang. “Lumayan, karena agak males. Males memotongi kertas lebih
baik menulis saja ” ungkap salah satu siswa yang lumayan senang mengikuti
pembelajaran menggunakan model van Hiele. Pertanyaan selanjutnya, peneliti ingin mengetahui apakah siswa merasa bosan ketika belajar menggunakan model
87
pembelajaran van Hiele. “Enggak, karena suka membuat bingkai dan suka ada kertas warna-warni
”ungkap salah satu siswa W.S. 30 November 2015. Kedua siswa yang lainnya juga memberikan jawaban yang hampir sama ketika belajar menggunakan
model pembelajaran van Hiele. Berdasarkan jawaban dari ketiga siswa tersebut kesimpulannya bahwa ada dua siswa yang senang dan satu siswa yang lumayan
senang selama proses pembelajaran berlangsung. Peneleti menanyakan apakah siswa lebih senang belajar matematika
menggunakan model pembelajaran van Hiele dibandingkan dengan cara yang diajarkan oleh guru biasanya. “aku lebih suka model van Hiele, karena lebih enak”.
ungkap salah satu siswa W.S. 30 November 2015. Hanya ada dua siswa yang lebih suka guru menerapkan model pembelajaran van Hiele dalam proses pembelajaran
sedang satu siswa lebih suka dengan metode ceramah yang biasanya guru menerapkannya di kelas. “Biasanya, gak suka origami lebih seneng nulis karena ada
gunting-guntingnya ”. Ungkap salah satu siswa yang tidak setuju dengan model
pembelajaran van Hiele. Selanjutnya peneliti menanyakan apakah siswa memahami materi setelah belajar menggunakan pembelajaran van Hiele. “Aku lebih ngerti”
ungkap salah satu siswa W.S. 30 November 2015. Satu siswa mempunyai jawaban yang hampir sama sedangkan satu siswa mengungkapkan, “Sedikit-sedikit mengerti”
ungkap satu siswa yang sedikit mengerti dengan materi geometri. Berdasarkan jawaban dari ketiga siswa tersebut kesimpulannya bahwa ada dua siswa yang
mengerti dengan materi apabila menggunakan model pembelajaran van Hiele dan satu siswa yang sedikit-sedikit mengerti dengan materi yang diajarkan oleh guru
menggunakan model pembelajaran van Hiele.
4.2.4 Konsekuensi Lebih Lanjut
Penerapan model pembelajaran inovatif dalam hal ini van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta. Melalui model pembelajaran
inovatif ini, siswa belajar untuk mengembangkan idenya secara kreatif. Selain itu, kebiasaan belajar di kelas dengan menggunakan metode ceramah dapat berkurang.
Dalam penelitiannya Anggarani 2010 secara jelas mendiskripsikan proses
88
pembelajaran yang ditempuh siswa dalam mempelajari bangun datar dilihat dari pengamatan selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan peningkatan tingkat dan
kualitas berpikir siswa dilihat dengan menganalisis tes geometri awal pretest dan tes geometri akhir posttest yang disusun berdasarkan indikator-indikator yang
dikemukakan William F. Burger dan J. Michael Shaughnessy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: i siswa-siswa sudah bisa menempuh 5 fase pembelajaran
geometri menurut teori Van Hiele yaitu fase informasi, fase orientasi terpadu, fase eksplisitasi, fase orientasi bebas, dan fase integrasi dengan baik dan sungguh-sungguh
yang dilakukan secara bertahap. ii tingkat dan kualitas berpikir siswa dalam geometri meningkat setelah diadakan pembelajaran geometri berdasarkan teori
pembelajaran Van Hiele. Penelitiannya Eric dan Kathleen peneliti memberikan tes yang berisi lima blok pertanyaan dengan setiap blok pertanyaan untuk mengukur
salah satu dari lima tingkat van Hiele. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum kursus, guru magang tidak memiliki tingkat pemahaman sesuai dengan target mereka
dan setelah mengikuti kursus geometri menunjukkan hasil yang signifikan secara statistik bahwa guru magang mengalami peningkatan setidaknya satu tingkat dalam
tingkatan van Hiele. Kemampuan mengevaluasi berpengaruh terhadap model pembelajaran van Hiele, hal ini disebabkan oleh besar pengaruh kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen r = 0,33 yang termasuk dalam efek menengah atau sebesar 11. Tetapi ada perbedaan yang signifikan antara selisih rerata skor pretest - posttest
I. Data yang diperoleh secara kualitatif berupa observasi dan wawancara yang dilakukan di kelas VA dan VB. Wawancara dilakukan terhadap tiga siswa dari kelas
eksperimen VB, diperoleh data bahwa dari tiga siswa terdapat satu siswa yang mengalami kesulitan mengerjakan soal nomor 4 dan 5 a termasuk dalam variabel
mengevaluasi. Soal instrumen yang sulit bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan data yang diperoleh hanya dalam kategori menengah. Semua tahapan
pembelajaran van Hiele sudah dilakukan oleh guru kelas tetapi pada kenyataannya konsentrasi siswa dalam belajar masih kurang dalam menyelesaikan soal, kendala lain
adalah siswa sering mengalami kesulitan pada bahasa yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Oleh sebab itu, pentingnya peranan guru memahami tingkat
89
pemahaman peserta didik, menciptakan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran, dan membuat strategi belajar agar siswa bisa semangat lagi dalam belajar.
Penerapan model pembelajaran van Hiele dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan baik guru ataupun siswa di Indonesia yang
masih pada peringkat terbawah walaupun pemerintah sudah meningkatkan kualitas pendidikan nasional misalnya dengan memperbaharui kurikulum dengan kurikulum
baru yang lebih baik. Melalui penerapan model pembelajaran van Hiele, prestasi Indonesia dalam mata pelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan dari
sebelumnya yaitu berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan skor 375 dari mean skor 494 OECD, 2013: 19. Skor dalam mata pelajaran matematika diharapkan
meningkat dari skor 375 mendekati skor rata-rata yaitu 494. Mutu pendidikan perlu adanya perbaikan dengan cara mengadakan seminar-seminar mengenai model
pembelajaran terhadap guru-guru, sehingga pengetahuan guru mengenai model- model pembelajaran lebih luas. Model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu contohnya model pembelajaran van Hiele yang diterapkan di dalam pelajaran matematika mengenai
konsep geometri, karena siswa untuk memahami konsep geometri bangun datar perlu adanya tahapan-tahapan yang sesuai dengan tahapan berpikir siswa. Melalui model
pembelajaran van Hiele siswa lebih diarahkan pada cara memahami konsep geometri dari hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks.
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan, keterbatasan peneliti dan saran. Kesimpulan menunjukkan hasil penelitian dan menjawab hipotesis peneliti.
Keterbatasan peneliti berisi tentang kekurangan selama penelitian. Saran berisi tentang saran peneliti untuk peneliti berikutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mengevaluasi pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri
Demangan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 20152016. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil dari
uji statistik terhadap selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa harga Sig. 2-tailed sebesar 0,01
atau p 0,05 sehingga H
null
ditolak dan H
i
diterima. Pengaruh ini diikuti dengan perolehan nilai kelompok eksperimen mendapatkan rerata skor dengan
nilai n = 25 M = 2,24 SD = 0,97 SE = 0,19, sedangkan kelompok kontrol dengan nilai n = 25 M = 1,63 SD = 0,73 SE = 0,14. Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus O2 - O1 – O4 – O3 juga dapat menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mengevaluasi, diperoleh hasil 0,60 berarti hasilnya positif
sehingga efeknya adalah positif ada pengaruh. Model pembelajaran van Hiele mempunyai efek menengah terhadap kemampuan mengevaluasi konsep
geometri bangun datar, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data koefisien korelasi r = 0,33 dengan persentase pengaruh sebesar 11.
5.1.2 Penerapan model pembelajaran van Hiele berpengaruh terhadap kemampuan mencipta pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri
Demangan Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 20152016. Hasil analisis terhadap data penelitian mengafirmasi hipotesis penelitian. Hasil dari
91
uji statistik terhadap selisih skor pretest-posttest I pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menunjukkan bahwa harga Sig. 2-tailed sebesar 0,00
atau p 0,05 sehingga H
null
ditolak dan H
i
diterima. Pengaruh ini diikuti dengan perolehan nilai kelompok eksperimen mendapatkan rerata skor dengan
nilai n = 25 M = 1,90 SD = 0,53 SE = 0,11, sedangkan kelompok kontrol dengan nilai n = 25 M = 1,13 SD = 0,63 SE = 0,12. Hasil perhitungan dengan
menggunakan rumus O2 - O1 – O4 – O3 juga dapat menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran van Hiele terhadap kemampuan mencipta, diperoleh hasil 0,77 berarti hasilnya positif sehingga
efeknya adalah positif ada pengaruh. Model pembelajaran van Hiele mempunyai efek besar terhadap kemampuan mencipta konsep geometri
bangun datar, hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data koefisien korelasi r = 0,55 dengan persentase pengaruh sebesar 31.
5.2 Keterbatasan Peneliti
5.2.1 Pada penelitian ini sulit menggunakan metode eksperimental murni sehingga sampel yang diambil secara tidak random.
5.2.2 Pelaksanaan pretest dan posttest tidak sesuai dengan jadwal penelitian yang telah dibuat, karena harus menyesuaikan dengan jadwal sekolah dan guru yang
bersangkutan. 5.2.3 Materi pembelajaran diberikan lebih awal yaitu pada semester satu, seharusnya
diberikan pada semester dua.
5.3 Saran
5.3.1 Perlu dilakukan metode eksperimental murni sehingga untuk pengambilan sampel dapat dilakukan secara random.
5.3.2 Pretest dan posttest sebaiknya dilakukan pada awal pembelajaran sehingga siswa dapat berkonsentrasi dan hasil pekerjaan siswa dapat maksimal sehingga
untuk pemilihan waktu jadwal pretest dan posttest dengan menggunakan model pembelajaran van Hiele sebaiknya harus diperhatikan lebih baik.
92
5.3.3 Seharusnya dalam pemilihan materi harus disesuaikan dengan semester yang sedang berlangsung, sehingga siswa dapat memahami dan mendapatkan materi
sesuai dengan semester yang sudah ditentukan.