Teori Perkembangan Anak Tinjauan Pustaka .1 Teori-teori yang Mendukung

9 tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda, dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perebedaan antara deretan. Instuitif 4-7 tahun, anak dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang sedikit abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh sebab itu, pada tahap ini anak bisa mengungkapkan isi hatinya secara simbolik. Karakteristik pada tahap ini adalah anak mulai mengetahui hubungan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks, anak mampu memperoleh prinsip- prinsip secara benar, anak mengerti terhadap sejumlah objek yang teratur dan cara mengelompokannya, anak memahami bahwa jumlah objek adalah tetap sama meskipun objek itu dikelompokan dengan cara yang berbeda Budiningsih, 2012: 37- 38. 3. Tahap Operasional Konkret 7-11 Tahun Pada tahap ini anak berpikir tentang benda yang ditemukan secara langsung, misalnya tentang warnanya, beratnya, dan strukturnya. Kemampuan kognitif yang dimiliki pada fase ini meliputi conservation, addition of classes, dan multiplication of classes. Conservation pengekalan merupakan kemampuan dalam memahami aspek- aspek kumulatif materi, seperti volume dan jumlah. Anak yang mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif sebuah benda tidak akan berubah secara sembarangan. Addition of classes penambahan golongan benda merupakan kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan benda-benda yang dianggap memiliki kelas rendah dan dihubungkan dengan kelas yang lebih tinggi, misalkan kelompok ayam, itik, bebek dihubungkan dengan kelas yang lebih tinggi, yaitu unggas. Multiplication of classes pelipatgandaan golongan benda merupakan kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga dan jenis bunga untuk membentuk gabungan golongan benda, seperti mawar merah, mawar putih, dan sebagainya. Pada tahap ini, juga meliputi kemampuan melakukan berbagai macam operasional secara matematika, seperti menambah, mengurangi, mengalikan, dan membagi. 10 4. Tahap Operasional Formal 11-dewasa Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunak an pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir dengan tipe hipothetico- deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi, dan berpikir secara proporsional Budiningsih, 2012: 39. Proses belajar yang dialami anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses belajar yang dialami oleh anak pada tahap pra operasional, dan akan berbeda pula dengan anak yang sudah berada pada tahap operasional konkret, bahkan dengan anak yang sudah berada pada tahap operasional formal. Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin sistematis dan abstrak cara berpikirnya. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak aka nada maknanya bagi siswa. Oleh karena itu, Berdasarkan teori Piaget siswa kelas V SD masuk dalam tahap operasional konkret umur 7-11 tahun. Pada tahap ini siswa memiliki kemampuan dalam proses berpikir menggunakan logika meskipun masih terikat dengan objek yang konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Siswa memiliki kemampuan kognitif yaitu pengekalan terhadap pengetahuan yang diperoleh, dapat menambah tentang golongan benda serta dapat menggolongkan benda-benda tersebut dengan berlipat ganda. Namun bila dicermati ada beberapa aspek dari teori Piaget yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraprodukstif pada kegiatan pembelajaran jika dilihat dari perspektif revolusi-sosiokultural saat ini Supratiknya dalam Budiningsih, 2012: 98. Teori Piaget cenderung ke dalam teori psikogenesis, yang artinya pengetahuan berasal dari dalam individu. Menurut Piaget, fenomena belajar lingkungan belajar lingkungan sosial hanya berfungsi sekunder sedang faktor utama yang menentukan terjadinya belajar tetap pada individu yang bersangkutan Budiningsih, 2012: 98. Dengan demikian, pembenaran terhadap teori Piaget ini jika diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran akan kurang sesuai dengan 11 persepektif revolusi-sosiokultural, maka teori Piaget perlu diaplikasikan dengan teori Vygotsky yang membahas tentang revolusi-sosiokultural.

2.1.1.2 Teori Vygotsky

Vygotsky menempatkan lebih banyak penekanan pada lingkungan sosial sebagai fasilitator perkembangan dan pembelajaran Tudge Scrimsher, dalam Schunk, 2012: 337. Pandangan yang mampu mengakomodasi socialcultural- revolution dalam teori belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di dalam pikirannya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya. Anak memperoleh berbagai pengetahuan dan ketarampilan melalui interaksi social sehari-hari. Anak-anak terlibat secara aktif dalam interaksi sosial dalam keluarga maupun masyarakat untuk memperoleh dan juga menyebarkan pengetahuan yang telah dimiliki Budiningsih, 2012: 99. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif siswa seturut dengan Teori Sociogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat sekunder, yang artinya pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber soasial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksikan pengetahuannya Palincsar, Wertsch Tulviste, dalam Budiningsih, 2012: 100. Konsep-konsep penting Teori Sociogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hukum genetik tentang berkembangan genetic law of development, zona perkembangan proksimal zone proximal development, dan mediasi. Hukum genetik tentang berkembangan genetic law of development, dalam konsep ini menjelaskan bahwa kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat dimana seseorang membentuk lingkungan sosialnya dan tataran psikologis di dalam diri siswa. Zona perkembangan proksimal zone proximal development, dalam konsep ini menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan 12 siswa dapat dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual merupakan kemampuan siswa yang dapat menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Tingkat perkembangan potensial merupakan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan berbagai masalah ketika berada di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya Budiningsih, 2012: 100-103.

2.1.1.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas Ngalimun, 2014: 27. Model pembelajaran merupakan model belajar. Dengan model tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri Joyce Weil, dalam Ngalimun, 2014: 28. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan ajar, dan membimbing pembelajaran di dalam kelas Joyce Weil, dalam Rusman, 2011: 132-133. Model pembelajaran memiliki empat ciri-ciri yaitu mempunyai misi dan pendidikan tertentu, sebagai pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, memiliki dampak setelah menerapkan model pembelajaran, membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilih. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran Ngalimun, 2014: 29. Model pembelajaran yang disampaikan Ngalimun dan Rusman hanya penjelasan saja mengenai pengertian, ciri-ciri, dan fungsi model pembelajaran, tetapi belum ada penjelasan tentang model pembelajaran van Hiele. Model pembelajaran van Hiele belum banyak digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti memilih salah satu model pembelajaran yang sesuai digunakan untuk siswa kelas V dalam tahap operasional konkret. Model pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu model pembelajaran van Hiele. Model pembelajaran van Hiele 13 merupakan salah satu model yang efektif untuk mengembangkan proses kognitif siswa dalam meningkatkan kecakapan konsep geometri bangun datar. Oleh karena itu peneliti membahas model pembelajaran van Hiele tidak pada subbab model pembelajaran namun pada subbab yang berbeda agar model pembelajaran van Hiele dapat dimengerti dan dipahami lebih jelas.

2.1.1.4 Model Pembelajaran van Hiele

Pada tahun 1957, terdapat pasangan suami istri yang berasal dari pendidik belanda mencetuskan sebuah teori bernama teori van Hiele yang berfokus pada model belajar geometri, pasangan suami istri tersebut adalah Piere van Hiele dan Dina van Hiele Geldof. van Hiele merupakan seorang guru matematika bangsa Belanda yang mengadakan peneletian dalam pengajaran geometri. Menurut van Hiele, ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan. Jika ketiga unsur ditata secara terpadu, maka akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik kepada tahapan berpikir yang lebih tinggi Frank,1995: 1.

1. Karakteristik Teori van Hiele

Van Hiele selain sebuah teori yang memiliki konsep penting, disamping itu juga mempunyai empat karakteristik yang terkait dengan tingkatan pemikiran Walle, 2008: 155. Empat karakteristik tersebut sebagai berikut: a. Tingkatan dalam van Hiele bertahap. Untuk sampai pada tiap-tiap tingkatan di atas tingkat 0, siswa harus menempuh tingkatan sebelumnya. Untuk menempuh sebuah tingkatan berarti seseorang haruslah menguasai pemikiran geometri yang cocok pada tingkatan-tingkatannya. b. Tingkatan-tingkatan tersebut tidaklah bergantung usia seperti tahap perkembangan Piaget. c. Pengalaman geometri merupakan faktor tunggal terbesar yang mempengaruhi perkembangan dalam tingkatan-tingkatan tersebut. Kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan siswa menelusuri, berdiskusi, dan berinteraksi dengan materi pada tingkatan selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 0 202

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 8 230

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri Cebongan Yogyakarta.

2 26 214

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 6 192

Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Kemampuan Mengevaluasi dan Mencipta pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 210

Pengaruh penerapan model pembelajaran van hiele terhadap kemampuan mengingat dan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam mata pelajaran Matematika siswa kelas V SD Negeri Demangan Yogyakarta.

0 1 225

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.

0 0 162

Pengaruh penggunaan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA kelas V SD Kanisius Sorowajan Yogyakarta.

0 1 173

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap kemampuan mengevaluasi dan mencipta pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Sokowaten Baru Yogyakarta.

0 1 197

Pengaruh penggunaan model pembelajaran Van Hiele terhadap kemampuan memahami pada konsep geometri bangun datar dalam pelajaran matematika kelas V SD - USD Repository

0 8 257