53
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut Priyatno, 2010: 108: 1.
Jika harga sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Dengan kata lain terdapat kenaikan skor yang signifikan dari pretest
–posttest I. 2.
Jika harga sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Dengan kata lain tidak terdapat kenaikan skor yang signifikan dari pretest
–posttest I. Untuk mengetahui persentasi peningkatan skor pretest ke posttest I digunakan rumus
sebagai berikut.
Gambar 3.5 Rumus Uji Peningkatan Skor Pretest-Posttest I
3.8.3.2 Uji Korelasi antara Pretest dan Posttest I
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel, yang mengukur seberapa kuat hubungannya, hubungannya positif atau negatif, dan untuk
mengetahui apakah hubungannya signifikan atau tidak Priyatno, 2010: 46. Uji korelasi antara skor pretest dan posttest I menggunakan rumus bivarate correlations
yaitu untuk mengetahui korelasi antara dua variabel. Apabila data berdistribusi normal maka menggunakan rumus bivarate correlations coefficients yaitu
Pearson’s correlation coefficient. Apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan
rumus Spearman’s correlation coefficient Field, 2009: 177-179. Untuk melihat
hubungannya positif atau negatif maka dapat dilihat pada angka koefisien korelasi, jika angka positif maka hubungan positif artinya jika semakin tinggi skor pretest yang
dicapai maka semakin tinggi pula skor posttest I. Jika angka negatif maka hubungan negatif artinya jika semakin rendah skor pretest yang dicapai maka semakin rendah
pula skor posttest I. Sedangkan untuk pengujian hubungan, apakah hubungannya signifikan atau tidak maka bisa menggunakan signifikansi 0,05. Artinya jika
signifikansi 0,05 maka terjadi hubungan, sedangkan jika signifikansi 0,05 maka tidak ada hubungan Priyatno, 2012: 44.
54
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut Fraenkel, 2012: 253:
Tabel 3.7 Kriteria interprestasi koefisien korelasi Correlation Coefficient
Interpretasi
0,00 – 0,40
Rendah
0,41 – 0,60
Cukup besar
0,61 – 0,80
Sangat besar, tetapi jarang di penelitian pendidikan
0,81 atau lebih Kemungkinan salah perhitungan atau sangat besar hubungannya.
3.8.3.3 Uji Retensi Pengaruh Perlakuan
Uji retensi pengaruh perlakuan dilakukan dengan membandingkan posttest I dan posttest II. Pemberian posttest II dilakukan setelah dua bulan setelah
diberikannya posttest I. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara posttest I dan posttest II dan efek pada posttest II apakah
pengaruhnya masih sama dengan posttest I atau tidak. Jika distribusi data normal, digunakan statistik parametrik dalam hal ini Paired samples t-test. Jika distribusi data
tidak normal digunakan statistik non parametrik dalam hal ini Wilcoxon signed ranks test Krathwohl, 2004: 546.
Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut Priyatno, 2012: 45: H
i
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest I dan skor posttest II pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H
null
: Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest I dan skor posttest II pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. II .
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut Priyatno, 2010: 108: 1.
Jika harga sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
ditolak dan H
i
diterima. Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan dari posttest I
–posttest II. Dengan kata lain terdapat penurunanpeningkatan skor yang signifikan dari skor pretest I dan skor
posttest II . 2.
Jika harga sig. 2-tailed 0,05 maka H
null
diterima dan H
i
ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan dari posttest I
–posttest II. Dengan kata lain