Mengurai Skenario Ideal Penyelesaian Konflik Status Lahan

4 Melakukan revisi tata ruang wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan memasukkan areal yang diklaim menjadi areal non kawasan hutan. Gagasan ini muncul dari asumsi bahwa secara tata urutan peraturan dan perundang- undangan, Perda Kabupaten yang memayungi tata ruang memiliki status sumber hukum yang lebih kuat dari sebuah Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.256Kpts-II2000 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi Lampung. Berdasarkan 4 skenario tersebut, para pihak kemudian melakukan pemeringkatan dengan mempergunakan matriks Analisis Mengurai Skenario Ideal Chevalier, 2003. Dalam analisis tersebut, perkalian faktor kepentingan dan faktor kemungkinan dipergunakan sebagai dasar perhitungan. Hasilnya seperti terdapat pada Tabel 5.5.6. Tabel 5.5.6 Pemeringkatan Skenario Ideal Penyelesaian Konflik Status Lahan Pekon Sukapura Skenario ideal Pemeringkatan Pentingnya Elemen 1=rendah, 10=tinggi Kondisi utama yang harus dipenuhi Tingkat Kepentingan Elemen Nilai Kelayakan Uraian Prakondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan Satu per elemen Tingkat Kemungkinan prakondisi tersebut terpenuhi A B A x B 1 2 3 4 5 1. Pelepasan kawasan hutan yang diklaim 9 Dukungan para pihak tingkat kabupaten dan masyarakat 100 9 Peringkat 1 2. Relokasi penduduk 4 Kesediaan masyarakat untuk dipindahkan 30 1,2 Peringkat 4 3. Pengukuran ulang luas kawasan hutan 6 Dukungan Dinas Kehutanan Lampung Barat bahwa tata batas kawasan hutan lindung Reg 45B yang belum temu gelang merupakan peluang rekalkulasi luas kawasan 100 6 Peringkat 3 4. Revisi Tata Ruang Kabupaten 8 Saat ini Revisi Tata Ruang Kabupaten sedang berlangsung dan belum diperdakan 80 6,4 Peringkat 2 Sumber: Diskusi para pihak selama semiloka dengan mengadopsi Matriks Analisis Mengurai Skenario Ideal – Chevalier 2003. Berdasarkan Tabel 5.5.6, para pihak sepakat terhadap hasil pemeringkatan sebagai berikut: 1 Peringkat 1: Pelepasan kawasan hutan seluas 302,5 dengan nilai sekor 9. 2 Peringkat 2: Revisi Tata Ruang Kabupaten dengan nilai sekor 6,4. 3 Peringkat 3: Pengukuran ulang luas kawasan hutan dengan nilai sekor 6. 4 Peringkat 4: Relokasi penduduk dengan nilai sekor 1,2.

B. Memilih Skenario Ideal Penyelesaian Konflik Status Lahan

Langkah selanjutnya, para pihak kembali menguji keempat sekenario untuk kemudian dipilih sebagai skenario yang akan dilaksanakan. Langkah tersebut dilakukan dengan mengadopsi Teknik Memilih Skenario Chevalier, 2003 dengan mempergunakan kriteria pengambilan keputusan yang masing- masing diberi sekor relatif dalam sekala tertentu. Sebanyak 4 buah kriteria disepakati untuk dipergunakan yaitu: 1 Perkiraan biaya yang diperlukan; semakin banyak biaya yang diperlukan, semakin rendah sekornya. 2 Perkiraan waktu penyelesaian; semakin lama waktu penyelesaian, semakin rendah sekornya. 3 Perkiraan ketersediaan sumberdaya manusia pelaksana penyelesaian; semakin banyak tersedia, semakin tinggi sekornya. 4 Perkiraan keberlanjutan dukungan; semakin tinggi dukungan, semakin tinggi sekornya. Untuk melakukan perhitungan tersebut, para pihak kemudian mengembangkan sekor bagi masing-masing kriteria seperti ditayangkan pada Tabel 5.5.7. Tabel 5.5.7 Penetapan Kriteria, Sekala, dan Sekor Masing-masing Skenario Penyeselaian Kriteria Sekor dan Sekala dapat bervariasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Biaya Rp.juta ≥ 200 15l-200 101-500 51-100 l-50 Waktu bln ≥ 24 0-24 0-21 0-18 0-15 0-12 0-9 0-6 0-3 Ketersediaan SDM Langka Sedikit Cukup Banyak Berlebihan Keberlanjutan dilihat dari dukungan semua pihak Tidak Menduk ung Tidak menduk ung, tapi tidak mengh alangi Ragu-ragu Setuju bersyar at Mendu kung Penuh Sumber: Diskusi para pihak selama semiloka dengan mengadopsi Matriks Prefered Options – Chevalier 2003. Dengan mempergunakan kriteria dan sekor sebagaimana tertulis di dalam Tabel 5.5.7, para pihak kemudian menguji sebanyak 5 buah skenario dari semula 4 buah yang ditetapkan. Penambahan menjadi 5 buah skenario adalah sebagai akibat dari adanya 2 buah opsi pelepasan yaitu 1 pelepasan berdasarkan prosedur yang mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan No.70Kpts- 112001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, dan 2 pelepasan melalui tukar menukar lahan atau sering dikenal dengan istilah ”tukar pakai”. Berdasarkan kriteria biaya, waktu, dan ketersediaan SDM sebagaimana disepakati sebelumnya, para pihak menghasilkan kesepakatan tingkat lanjut sebagai berikut: 1 Peringkat ke 1: Pelepasan kawasan hutan sesuai prosedur dengan nilai sekor 14. 2 Peringkat ke 2: Pengukuran ulang luas kawasan hutan dengan nilai sekor 13. 3 Peringkat ke 3: Revisi Tata Ruang Kabupaten dengan nilai sekor 9. 4 Peringkat ke 4: Pelepasan dengan tukar menukar lahan dan Relokasi, masing-masing nilai sekor 6. Secara rincik perhitungan peringkat tersebut tertulis pada Tabel 5.5.8. Dalam tabel tersebut terbaca bahwa kriteria biaya yang banyak dan waktu penyelesaian yang lama mengakibatkan skenario pelepasan dengan tukar menukar lahan dan skenario relokasi menempati peringkat terakhir. Tabel 5.5.8 Pemilihan Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan Berdasarkan Kriteria Kebutuhan Biaya, Waktu, dan Ketersediaan Sumberdaya Manusia. KRITERIA SkenarioOpsi yang diinginkan Prefered options Pelepasan Sesuai Prosedur Pelepasan dengan tukar menukar lahan Relokasi Pengukuran Ulang Revisi Tata Ruang Biaya Rp.juta 5 1 1 5 1 Waktu bulan 6 1 1 6 5 Ketersediaan SDM 3 4 4 2 3 Keberlanjutan dilihat dari dukungan semua pihak - - - - - TOTAL 14 6 6 13 9 PERINGKAT 1 4 4 2 3 Sumber: Diskusi para pihak selama semiloka dengan mengadopsi Matriks Prefered Options – Chevalier 2003.

C. Analisis Mengukur Dukungan Terhadap Skenario Ideal Penyelesaian Konflik Status Lahan

Analisis Mengukur Dukungan dilakukan untuk menentukan tingkat dukungan yang layakpantas dar para pihak yang hasilnya diperlukan untuk mewujudkan pelaksanaan skenario pilihan Chevalier, 2003. Kecenderungan dukungan masing-masing pihak dipetakan ke dalam skala yang dipilih dapat dihitung dengan menggunakan satu dari empat metoda yaitu: 1 Dengan mengangkat tangan tanda setuju atau mendukung. 2 Pernyataan verbal tanpa diskusi disampaikan secara langsung kepada pihak lain. 3 Penunjukkan kartu card display, misalnya kartu merah untuk menolak dan kartu hijau untuk mendukung. 4 Perhitungan suara rahasia secret ballot, dilakukan pada situasi konflik dimana masih terdapat kesungkanan pihak lemah kepada pihak kuat. Pada kasus konflik status lahan Pekon Sukapura, pengukuran dukungan dilakukan perhitungan suara rahasia yang hasilnya disajikan berupa gradient polling. Jika ada indikasi bahwa pernyataan dukungan para pihak ingin dirahasiakan, maka pada saat penayangan, dilakukan kodifikasi terhadap masing-masing pihak sehingga identitasnya tidak diketahui oleh pihak lain yang tahu hanya fasilitatorpeneliti dan kerahasiaannya dijamin. Sebelum melakukan perhitungan akhir terhadap dukungan yang diputuskan, para pihak terlebih dahulu menyepakati penggunaan sekor dan sekala dukungan terhadap skenario seperti ditayangkan pada Tabel 5.5.9. Tabel 5.5.9 Sekor Dukungan Masing-masing Pihak Terhadap Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan SEKOR DUKUNGAN 1 3 5 7 9 DUKUNGAN Menolak Tidak suka, tetapi tidak akan meng halangi Ragu-ragu Setuju dengan catatan Mendukung Dari 11 pihak yang berpartisipasi dalam penghitungan dukungan terhadap skenario penyelesaian konflik status lahan, pihak DPRD Kabupaten Lampung Barat berhalangan hadir dan menyerahkan dukungannya kepada Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat sebagai lembaga teknis kabupaten yang terkait langsung. Adapun hasil perhitungan secara rahasia seperti ditayangkan pada Gambar 5.30.