Fungsi Lingkungan dari Hutan

30 terpusat memiliki keterbatasan dalam mengumpulkan informasi dan mengawasi agen-agennya. Pemerintah daerah lebih memiliki informasi, contohnya informasi mengenai kondisi sesungguhnya hutan dan lingkungan di wilayah mereka, atau mengenai kebutuhan masyarakat daerah dalam konteks lokal. Desentralisasi dapat dibagi dalam empat kategori, yaitu desentralisasi politik, desentralisasi fiskal, desentralisasi pasar atau ekonomi dan desentralisasi administratif Hutabarat, 2001. Desentralisasi politik berorientasi pada pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada warga negara dan wakil rakyat terpilih dalam hal pembuatan keputusan publik. Desentralisasi fiskal berorientasi pada pemberian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah dan organisasi swasta dalam tanggungjawab keuangan. Desentralisasi pasar atau ekonomi berorientasi pada privatisasi dan deregulasi, yakni pergeseran tanggungjawab beberapa fungsi dari sektor publik ke sektor swasta. Privatisasi berarti memberikan kekuasaan dan tanggungjawab yang lebih besar kepada perusahaan-perusahaan swasta untuk menjalankan fungsinya, yang sebelumnya dimonopoli oleh, atau berada dibawah tanggungjawab pemerintah. Deregulasi berarti mengurangi batasan-batasan hukum sektor swasta untuk berpartisipasi dalam penyediaan jasa atau mengijinkan persaingan para penyedia jasa-jasa swasta yang sebelumnya disediakan oleh pemerintah. Desentralisasi administratif lebih berorientasi pada redistribusi kekuasaan, tanggungjawab dan sumberdaya keuangan untuk menyediakan pelayanan umum antar tingkat pemerintahan yang berbeda. Terdapat tiga tipe desentralisasi administratif Hutabarat, 2001, yaitu: 1 Dekonsentrasi, merupakan redistribusi wewenang dalam hal pembuatan keputusan serta tanggungjawab keuangan dan manajemen antar tingkat pemerintah pusat yang berbeda. Dekonsentrasi dapat dikatakan sebagai bentuk terlemah dari desentralisasi. Contoh dari tipe desentralisasi ini adalah: Kantor Wilayah Departemen Kehutanan. 2 Delegasi, merupakan bentuk desentralisasi yang lebih luas. Dengan delegasi, pemerintah pusat melimpahkan tanggung-jawab dalam hal pembuatan keputusan dan administrasi fungsi-fungsi publik kepada organisasi-organisasi semi otonom yang tidak sepenuhnya diawasi, tetapi pada akhirnya tetap bertanggung-jawab kepada pemerintah pusat. 3 Devolusi, merupakan pelimpahan wewenang dan tanggungjawab dalam hal pembuatan keputusan, keuangan dan manajemen kepada unit-unit otonom 31 atau unit semi-otonom pemerintah daerah. Tipe desentralisasi ini sebenarnya berkaitan dengan UU Nomor 22 tahun 1999. Dalam konteks otonomi daerah, hutan sebagai salah satu sektor pembangunan tidak terlepas dari kerangka desentralisasi kebijakan pengelolaan kehutanan yang dilakukan oleh pemerintah. Bagaimana proses desentralisasi tersebut diuraikan pada bagian berikut.

2.4.1. Perkembangan Desentralisasi Kebijakan Pengelolaan Kehutanan Dalam Konteks Otonomi Daerah OTDA

2.4.1.1. Tahap Awal OTDA Percontohan Periode Tahun 1995—1997

Berdasarkan Peraturan Pemerintah PP Nomor 08 tahun 1995 tanggal 21 April 1995 maka Urusan Pemerintah di Bidang Kehutanan diserahkan kepada 26 Daerah Tingkat Dati II Percontohan dalam penyelenggaraan OTDA. Urusan yang diserahkan kepada kabupaten tersebut antara lain: a. Urusan Penghijauan dan Konservasi Tanah b. Urusan Persuteraan Alam c. Urusan Perlebahan d. Urusan Hutan RakyatHutan Milik e. Urusan Penyuluhan Kehutanan Urusan yang diserahkan tersebut pada umumnya urusan-urusan yang tidak bersifat strategis, tidak dapat diandalkan sebagai sumber pembiayaan dan pendapatan Dati II, kurang menguntungkan bagi pemasukan keuangan daerah, bersifat pembinaan lingkungan hidup dan tidak disertai dukungan pendanaan dan sarana yang nyata. Agar PP Nomor 08 tahun 1995 dapat terselenggara dengan baik maka dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 tahun 1995 tanggal 01 Juni 1995 tentang Pedoman Organisasi Dinas Kehutanan Dati II, masing masing Dati II yang terlibat dalam percontohan, membentuk Instansi Dinas Kehutanan dengan struktur organisasi pola minimal dengan tugas pokoknya meliputi penjualan dan perendaman hasil hutan, perlindungan hutan penghijauan dan konservasi tanah dan air, persuteraan alam, perlebahan, hutan rakyathutan milik, penyuluhan kehutanan dan tugas perbantuan yang diberikan oleh pemerintah atau Pemerintah Daerah Tingkat I.