Tabel 3.17. Topik Analisis, Tujuan dan Teknik yang Dipergunakan dalam
Pengembangan Model Penanganan Konflik Secara Kognitif. No. Topik
Analisis Tujuan
Teknik
1. Analisis dasar
masalah 1. Mengetahui hubungan sebab-
akibat permasalahan secara bertingkat
• Problem Tree Pohon
Masalah 2. Memahami pandangan para
pihak tentang faktor yang paling menentukan timbulnya
masalah •
Force Field Faktor Pendesak
3. Mengidentifikasi peristiwa-
peristiwa yang telah menciptakan berbagai situasi
konflik sepanjang waktu •
Timeline analysis Analisis rentang waktu
2. Analisis profil para pihak
1. Mengetahui kekhasan
saliency para pihak •
Power, Interests, and Legitimacy = PIL kekuatan,
kepentingan, dan legitimasi 2. Mengetahui ragam hubungan
• Uppers and Lowers
Analysis Analisa yang kuat dan yang lemah
3. Analisis posisi
para pihak 1. Mengetahui
kemungkinan dapat dilaksanakannya
negosiasi dan kerjasama berdasarkan posisi,
kepentingan, dan kebutuhan •
Position, Interest, and Needs Posisi,
Kepentingan, dan Kebutuhan
4. Analisis cara penanganan
konflik 1.
Membantu para pihak membangun visi masa depan
bersama dan menyusun sekala prioritas yang akan
dikembangkan •
Elaborating Ideal Scenario Skenario Ideal Diurai
2. Menilaimenguji skenario-
skenario alternatif menuju masa depan ideal
• Alternatif Scenario
Skenario Pilihan 3. Menentukan
tingkat dukungan
yang layakpantas diperlukan untuk mewujudkan rencana
• Preferred Options and
Gradient Polling Pengutamaan Pilihan
secara gradient polling
Sumber: Chevalier, 2003
Metode SAS dilaksanakan dengan kombinasi teknik CAPs dan Metode Delphi. Oleh karena itu analisis-analisis dalam metode SAS dilakukan dengan
cara memfasilitasi berlangsungnya diskusi kelompok terfokus Focussed Group Discussion = FGD.
FGD dilaksanakan secara dua lapis yaitu: 1 Lapis pertama, FGD dilaksanakan secara ekslusif di tingkat komunitas masing-masing pihak yang
bersengketa. Pada lapis ini, pengembangan model kognitif dilakukan secara terpisah parsial dan teknik ini dikenal dan sering dipakai pada penanganan
konflik ketika para pihak enggan atau tidak mau untuk saling bertemu danatau bersikap kompetitif dan menekanrepresif satu sama lainnya; 2 Lapis kedua,
FGD dilaksanakan untuk kedua kalinya dengan menghadirkan semua pihak yang terlibat langsung aktual dalam persengketaan dalam suatu pertemuan. Pada
lapis ini, pengembangan model kognitif dilakukan secara bersama-sama dan teknik ini memungkinkan untuk dilakukan jika para pihak bersikap akomodatif,
kompromis, dan kolaboratif satu sama lainnya. Sebelum mempertemukan para pihak, diperlukan keyakinan bahwa mereka memiliki keinginan untuk duduk
bersama membahas perbedaan-perbedaan yang terjadi antar mereka.
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAAN
4.1 Letak Geografis Wilayah Propinsi Lampung
Propinsi Lampung dibentuk berdasarkan UU No 14 Tahun 1964 tanggal 8 Maret 1964. Secara geografis Propinsi Lampung terletak di bagian ujung tenggara
Pulau Sumatera pada posisi 103 °40′ - 105°50′ Bujur Timur dan 3°45′ - 6°45′ Lintang
Selatan. Batas-batas wilayah administrasi Propinsi Lampung adalah: 1 sebelah utara berbatasan dengan Propinsi Bengkulu dan Propinsi Sumatera Selatan; 2
sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda; 3 sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa; dan 4 sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia
Gambar 4.1 .
Gambar 4.1 Peta Administrasi Propinsi Lampung Sumber : Bappeda Propinsi Lampung, 2001.
Y Y
Y
Y Y
Y Y
Y
Y Y
N
PETA ADMINISTRASI PROPINSI LAMPUNG TAHUN 2001
Bandar Lampung Kodya Metro
Lamp. Selatan Lamp.Tengah
Lamp. Timur Lamp. Utara
Lamp. Barat Tanggamus
Tl.Bawang Waykanan
Jalan Arteri Jalan Kereta Api
Jalan Kolektor
Y
Ibu Kota KabupatenKota
Y
Selat Sunda S
am ud
era H
in dia
Prop. Bengkulu Prop. Sumatera Selatan
Menggala Blambangan Umpu
Kota Bumi Liwa
Kota Agung Gunung Sugih
Sukadana Metro
B. Lampung Kalianda
Prop. Lampung
Luas daratan Propinsi Lampung ± 35.376 km², dengan panjang garis pantai
1.105 km termasuk 69 pulau kecil - terbesar Pulau Tabuan, dan memiliki dua teluk besar, yaitu Teluk Lampung dan Teluk Semangka. Sedangkan luas perairan pesisir
± 16.625 km² berdasarkan UU 2299, sehingga luas Propinsi Lampung secara keseluruhan darat + pesisir
± 51.991 km² CRMP, 1999. Propinsi Lampung berada pada posisi yang sangat strategis karena
merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera ke Pulau Jawa dan sebaliknya, dengan dukungan sarana prasarana transportasi yang relatif lancar angkutan darat dan
ferry. Propinsi Lampung juga berada pada jalur alternatif pelayaran internasional, sehingga Pelabuhan Panjang dibangun dan difungsikan dalam sekala internasional.
Secara administratif Propinsi Lampung terdiri dari 8 Kabupaten dan 2 Kota sebagaimana tertera di dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Ibukota, Luas dan Jarak Ibu kota Kab. Kota ke Ibukota Propinsi se- Propinsi Lampung
No. Kab Kota
Ibu Kota Luas Ha
Jarak Ibu Kota KabKota ke Ibukota Prop. Km
1. Bandar Lampung
Bandar Lampung 19.296
0,00 2. Metro
Metro 6.179
48,25 3. Lampung
Selatan Kalianda
318.078 65,00
4. Lampung Barat
Liwa 495.040
241,1 5.
Lampung Tengah Gunung Sugih
478.982 60,00
6. Lampung Timur
Sukadana 433.789
72,00 7. Lampung
Utara Kotabumi 272.563
107,00 8. Tanggamus
Kota Agung
335.661 93,70
9. Way Kanan
Blambangan Umpu 392.163
210,00 10. Tulang
Bawang Menggala
777.084 120,00
11. Propinsi Bandar
Lampung 3.528.835
0,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2005.
4.2 Tata Guna Lahan dan Tata Guna Hutan Propinsi Lampung
4.2.1 Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di Propinsi Lampung pada saat ini adalah untuk pertanian seluas 501.119 Ha 14,2, perkebunan seluas 834.919 Ha 23,7, permukiman
seluas 169.506 Ha 4,8 dan lain-lain termasuk kawasan rawa seluas 1.018.556 Ha 28,8. Secarai rincik terdapat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Tata Guna Tanah di Propinsi Lampung menurut Badan Pertanahan Nasional BPN Propinsi Lampung, 2004.
No Peruntukan
Luas Ha Prosentase
1 Perkampungan 248.109
7,03 2 Sawah
284.664 8,07
3 Tegalan Ladang
675.860 19,15
4 Perkebunan 703.945
19,95 5 Kebun
Campuran 327.866
9,29 6 Alang-alang
90.164 2,56
7 Hutan 1.004.735
28,47 8
Rawa Danau 15.591
0,44 9 Tambak
33.844 0,96
10 Lain-lain 49.523
4,08
T o t a l 3.301.545 100,00
Sumber : Lampung Dalam Angka, 2005.
4.2.2 Tata Guna Hutan
Di dalam 10 tahun terakhir, luas kawasan hutan yang dinyatakan dalam dokumen Tata Guna Hutan Propinsi Lampung telah mengalami perubahan Tabel
4.4. Perubahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengacu kepada dokumen Tata Guna Hutan Kesepakatan Tahun 1991 Sk
Menhut No.67Kpts-II1991, hingga tahun 1997 luas kawasan hutan Propinsi Lampung adalah 1.237.268 hektar. Penetapan luasan kawasan hutan merujuk
kepada Undang-undang Kehutanan yang berlaku yaitu disyaratkan luas kawasan adalah 30 persen dari total luas wilayah propinsi. Luas tersebut tidak
berubah hingga tahun 1998. 2. Pada tahun 1999, setelah dilakukan pengukuran kembali, luas kawasan
menurun menjadi 1.164.512 hektar. Menurut hasil wawancara dengan Dinas Kehutanan Propinsi Lampung, penurunan tersebut adalah implikasi dari
pengukuran ulang melalui proyek-proyek tata batas kawasan hutan yang dilakukan.
3. Pada tahun 2000, luas kawasan hutan kembali menurun menjadi 1.004.735 hektar. Penurunan tersebut disebabkan adanya kebijakan pemerintah mengalih
fungsikan Kawasan Hutan Produksi Dapat dikonversi HPK menjadi bentuk penggunaan non-hutan. Pengalih-fungsian kawasan tersebut dilandaskan pada