KESIMPULAN Model of environmental conflict management in protection forest area (a case study In Register 45b Bukit Rigis Protection Forest Area, Lampung Province)
Pertanahan Nasional BPN Propinsi Lampung, 2004. 4.4
Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya Tahun 1997 – 2001 94
4.5 Luas dan Fungsi Kawasan Hutan Per KabupatenKota di
Propinsi Lampung Menurut SK.Menhutbun No.256KPts- II2000.
95 4.6
Kondisi Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Lindung dan Hutan Poduksi di Propinsi Lampung Tahun 2000
97 4.7
Keadaan Lahan Kritis di Propinsi Lampung Tahun 1998 – 2000
99 4.8
Penyelesaian Kasus Tanah di Propinsi Lampung Tahun 1999 - 2002
101 4.9
Penggunaan lahan di Kecamatan Sumberjaya, Tahun 2000 108
4.10 Presentasi perubahan penggunaan lahan di Sumberjaya
tahun 1978 – 1990 . 112
4.11 Perubahan Sebaran Tutupan Lahan Hutan forest land cover
di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis 113
4.12 Nama Kelompok yang telah mendapatkan hak akses melalui
Ijin Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis.
118 5.2.1
Perbandingan akses masyarakat tempatan terhadap sumberdaya hutan dalam evolusi kebijakan HKm nasional.
126 5.3.1
Analisa deskriptif peubah bencana alam antropogenik X
1
145 5.3.2
Analisa deskriptif peubah motivasi responden dalam memutuskan mengkonversi lahan hutan kawasan X
6
146 5.3.3
Analisa deskriptif peubah pengaruh pasar X
4
147 5.3.4
Analisis deskriptif peubah tingkat kesejahteraan sosial responden X
8
154 5.3.5
Daftar insentif material dan upah kerja dalam pelaksanaan Proyek GNRHL di Sumberjaya, 2004.
158 5.3.6
Penelusuran indikator manifestasi etik lingkungan di SK Menhutbun No. 31Kpts-II2001 tentang HKm
185 5.3.7
Peubah yang paling berpengaruh pada masing-masing sub- model
191 5.4.1
Komposisi Para Pihak Yang Dipilih Dalam Analsis Gaya Mengelola Konflik.
194 5.4.2
Hasil Analisis Statistik Perbedaan Nilai Tengah Para Pihak Terhadap Konflik.
195 5.4.3
Daftar Ijin HKm Juni 2006 yang Lokasinya Berpotensi Menimbulkan Konflik Tata Batas Kawasan Hutan Antar
Kabupaten. 202
5.4.4 Pengelompokkan Perbedaan Para Pihak Berdasarkan
Pernyataan Mereka Terhadap Masing-masing Isu Konflik 206
5.4.5 Pernyataan Responden Tentang Kesesuaian Tupoksi
Lembaganya Terhadap Penyelesaian Konflik 214
5.4.6 Kebersediaan Responden Untuk Hadir dalam Perundingan
215 5.4.7
Preferensi Responden Terhadap bentuk Perundingan 216
5.4.8 Upaya Responden Dalam Menyatakan Perbedaan
Kepentingan dalam konflik Status Lahan, Tata Batas, dan Hak Akses.
218
5.4.9 Komitmen Responden Untuk Tetap Hadir Selama
Perundingan 219
5.5.1 Indeks Kekhasan saliency Pemangku Kepentingan.
225 5.5.2
Daftar Nama Transmigran BRN Tahun 1951-1952 Yang Masih Hidup Sebagai Saksi Sejarah Pekon Sukapura.
232 5.5.3
Penggunaan lahan Pekon Sukapura, 2004. 232
5.5.4 Analisis Rentang Waktu Beberapa Peristiwa Penting Yang
berkaitan dengan Konflik Status Lahan Pekon Sukapura di Dalam Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis,
Kecamatan Sumberjaya 234
5.5.5 Analisa Kekuatan, Kepentingan, dan Legitimasi Para Pihak
Yang Berkonflik Dalam Kasus Status Lahan Pekon Sukapura 236
5.5.6 Pemeringkatan Skenario Ideal Penyelesaian Konflik Status
Lahan Pekon Sukapura 244
5.5.7 Penetapan Kriteria, Sekala, dan Sekor Masing-masing
Skenario Penyeselaian 245
5.5.8 Pemilihan Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan
Berdasarkan Kriteria Kebutuhan Biaya, Waktu, dan Ketersediaan Sumberdaya Manusia.
246 5.5.9
Sekor Dukungan Masing-masing Pihak Terhadap Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan
247 5.5.10
Sekor Dukungan Kolektif Semua Pihak Terhadap Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan.
250 5.5.11
Pemilihan Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan Berdasarkan Kriteria Kebutuhan Biaya, Waktu, Ketersediaan
Sumberdaya Manusia, dan Dukungan Para Pihak. 250
5.6.1 Perbandingan antara UU Kehutanan dan UU Pengelolaan
Lingkungan Hidup tentang Penyelesaian Sengketa. 263
5.6.2 Perbedaan antara Hak Positif dan Hak Normatif Stone, 2001
269
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1.1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Hubungan Pengaruh Model
Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Konflik Lingkungan 13
1.2. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Model Identifikasi Peta Konflik
16 1.3.
Kerangka Pemikiran Model Kognitif Penanganan Konflik Lingkungan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung
17 2.1.
Penggunaan Lahan Dunia, 1990 Sumber: WRI Dalam Cunningham Dan Saigo, 1995.
23 2.2.
Luas Kawasan Hutan Di Indonesia Pada Tahun 1999 Sumber: Badan Planologi Departemen Kehutanan, 2001; Grafis Diolah
26 2.3.
Perbedaan-Perbedaan Yang Sering Menjadi Sumber Konflik. Sumber: Wijardjo, 2001; Moore, 1996
39 2.4.
Hubungan Antara Tingkat Perbedaan Sasaran dan Prilaku Yang Ditimbulkan Sumber: Fisher Et Al, 2001.
41 2.5.
Model Dua Dimensi Penentu Gaya Konflik Sumber: Avruch Et Al, 1991
44 2.6.
Interaksi Multi Track Diplomacy Dalam Penciptaan Perdamaian Diamond Dan Mcdonald, 1996
46 2.7.
Model Konflik Glasl Sumber: Glasl Dalam Yasmi, 2002 52
2.8 Model Sistem Pendukung Negosiasi Pengelolaan Sumberdaya
Alam Sumber: Noordwijk, 2000 52
3.1. Peta Lokasi Studi, Propinsi Lampung
56 3.2.
Teknik Mendengarkan Dalam Mewawancara Konflik Sumber: Hendricks, 1992
63 3.3.
Teknik CAPS Dalam Penanganan Konflik
Sumber: Mitchell
Dan Banks, 1996 64
3.4 Kerangka Hubungan Antara Tahapan Kebijakan, Analisis
Kebijakan, dan Kemungkinan KeluaranRekomendasi Diadopsi Dari Dunn 2000 Dan Hempel 1996
70 3.5
Hubungan Dependensi Di Dalam Persamaan Struktural 72
3.6 Diagram Jalur Antara Sub-Model Eksternaliti, Persepsi dan
Ketimpangan Struktural, Kelangkaan, dan Etik Lingkungan; Terhadap Eskalasi Konflik
79 4.1
Peta Administrasi Propinsi Lampung 91
4.2 Peta Penutupan Lahan Propinsi Lampung, 2000 Sumber:
Badan Planologi Kehutanan, 2002 98
4.3 Pendudukan lahan Taman Nasional Way Kambas oleh
masyarakat adat Marga Subing Sumber photo 4.3a: Peneliti; dan Demonstrasi rakyat yang menggugat status pertanahan di
Kantor Gubernur Propinsi Lampung Sumber photo 4.3b: Lampung Post
101
4.4 Kondisi HPT yang masih terjaga di Desa Pahmongan
Kecamatan Pesisir Tengah Gambar 4.4a dan kondisi HPT yang sudah rusak di Hutan Titi Liut Desa Kota Jawa Kecamatan
Bengkunat Gambar 4.4b, Kabupaten Lampung Barat. Sumber 103
photo: Peneliti 4.5
Bukti dokumen sejarah diresmikannya nama Sumberjaya oleh Presiden Sukarno. Gambar 4.5b adalah Presiden Sukarno pada
saat peresmian Sumberjaya, 14 November 1952 Sumber photo dan dokumen: Kepala Desa Sukapura, Kecamatan
Sumberjaya. 104
4.6 Peta Situasi Perkampungan Tua Suku Semendo pada tahun
1920-1930 dan desa-desa gelombang kedua dari penduduk Sunda dan Jawa sejak tahun 1950 Sumber: Benoit 1989
dalam Verbist dan Pasya 2004. 105
4.7 Pertumbuhan Penduduk di Sumberjaya Sumber: Verbist
2001; Biro Pusat Statistik Lampung Barat 2003; Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung 2005.
106 4.8
Peta situasi beberapa kawasan hutan lindung di dalam Kecamatan Sumberjaya Sumber: ICRAF.
110 4.9
Kondisi deforestasi kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis awal Tahun 2000 Sumber photo: ICRAF.
111 4.10
Peta wilayah Desa Sukapura yang berada di dalam kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis; Poligon berwarna
merah muda adalah areal seluas 302,5 hektar yang diklaim oleh warga untuk dialih-fungsikan Sumber: Watala, 2003.
115
4.11 Perbedaan batas TGHK di Sumberjaya Sumber: Verbist, 2001
116 5.1
Diagram Jalur Sub-model Eksternalitas. 144
5.2 Kendaraan berpenggerak roda 4 seperti pada Gambar 5.2.a
adalah jenis yang umumnya melayani transportasi hingga ke tepi bahkan hingga ke dalam kawasan hutan Sumber photo:
Kusworo. Sedang Gambar 5.2.b adalah ojeg motor trail yang mampu mengangkut kopi keluar dari lahan yang berada di
jantung kawasan hutan Sumber photo: Peneliti. 151
5.3 Diagram Jalur Sub-model Tingkat Ordinasi Responden.
153 5.4
Kelompok petani hutan memperoleh insentif material berupa pupuk dari Proyek Perlindungan DAS Way Besay. Petani
kemudian menebarkan pupuk tersebut ke tanaman raboisasi di lahan garapan dalam kawasan dan untuk itu mereka
memperoleh upah kerja. Lokasi: Dusun Rigis Jaya, Desa Gunung Terang, Sumberjaya, 3 Desember 2004. Sumber
photo: Peneliti 156
5.5 Insentif GNRHL berupa bantuan bibit yang diterima oleh
kelompok HKm – MWLS sedang ditranspor menuju hamparan lahan di dalam kawasan hutan lindung Bukit Rigis. Lokasi: Desa
Tugusari Sumberjaya, 20 Januari 2005. Sumber photo: Peneliti
157
5.6 Diagram Jalar Sub-model Persepsi
160 5.7
Areal penghijauan yang dahulunya dikenal dengan “Hutan Pinus” Gambar 5.7.a, Juli 2006 kini telah terkonversi ke dalam
bentuk penggunaan lain Sumber photo: Nurka C. Ningsih, asisten peneliti. Gambar 5.7.b Januari 2005 adalah rona fisik
pemukiman penduduk Desa Sukapura yang berada di dalam Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis, mereka
163
adalah bagian dari Transmigrasi BRN tahun 1951-1953 Sumber photo: Peneliti.
5.8 Contoh “Weapon of the Weak” di Tahura Wan Abdul Rahman,
Desember 2002. Pohon Sonokeling hasil reboisasi dikerat pangkal batangya oleh orang tidak dikenal hingga akhirnya
pohon tersebut mati secara perlahan. Semakin subur pohon tersebut, maka tanaman bertajuk rendah dibawahnya perlahan-
lahan menjadi tidak produktif. Hal tersebut yang diduga menjadi penyebab. Sumber Photo: Peneliti
164
5.9 Diagram jalur Submodel Persepsi dan Ketimpangan Struktural
165 5.10
Diagram Jalur Sub-model Kelangkaan 171
5.11 Salah satu profil responden transmigran BRN yang saat ini
tinggal dan bertani di dalam kawasan hutan lindung lokasi penelitian. Asisten peneliti diterima di “ruang tamunya” yang
juga merangkap sebagai tempat tidur dan dapur, Maret 2005 Sumber photo: Peneliti.
173
5.12 Diagram jalur Sub-model Etik Lingkungan
176 5.13
Pada Gambar 5.13.a Desember 2004 terlihat bagaimana petani menggunakan teknik natural vegetatif strip dalam usaha
mencegah erosi permukaan pada kebun kopi monokultur tua di dalam kawasan Sumber photo: Agus Fahrmudin. Sementara
itu Gambar 5.13.b Mei 2005 menunjukkan bagaimana teknik polikultur diterapkan oleh petani dengan kombinasi kopi, kayu
gelam Glirisidae spi, dan pohon kemiri di lahan garapan mereka dalam kawasan hutan lindung Bukit Rigis; lima tahun
yan lalu tutupan lahan di hamparan tersebut masih berupa alang-alang dan tanah terbuka Sumber photo: Peneliti
177
5.14 Digram Jalur Sub-model Eskalasi Konflik
178 5.15
Adopsi Alur Konflik Konstruktif Kiersbeg 1998 Pada Sejarah Singkat Konflik Konstruktif Hak Akses Hutan Masyarakat di
Kawasan Hutan Lindung Resgister 45B Sumberjaya, Tahun 2000-2005
183
5.16 Struktur Diagram Jalur yang Disederhanakan Berdasarkan
Hubungan Antar Sub-Model 189
5.17 Hasil Analisis Jalur Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konflik Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Berkaitan Dengan Fungsi Lingkungan dari Hutan
190 5.18
Konflik tata batas kawasan hutan hutan Register 33 Kota Agung Utara sudah terjadi sejak lama dan tak kunjung selesai. Pada
bulan Maret 2003, peneliti memfasilitasi dialog lapangan antara Kepala Kantor TN Bukit Barisan Selatan, Kepala Dinas
Kehutanan Kabupaten Tanggamus, Kepala Bagian RRL Dinas Kehutanan Kabupaten Lampung Barat, aparat Pekon Trimulyo,
dan kelompok HKm Tri Buana Sumber Photo: Peneliti. 201
5.19 Peta Perbedaan Kepentingan Antar Pihak Dalam Konflik Status,
Tata Batas, dan Akses Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis Kabupaten Lampung Utara.
208 5.20
Semiloka Model Penanganan Konflik Lingkungan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis
221
yang diselenggarakan selama 4 hari pada tanggal 24 – 27 Mei 2005 di Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat
Sumber photo: Rozi, asisten peneliti. 5.21
Tahap-tahap Sistim Analisis Sosial Dalam Pengembangan Model Kognitif Pengelolaan Konflik Lingkungan Chevalier,
2003. 223
5.22 Indikator Kekhasan Power, Interest, dan Legitimacy Chevalier,
2003. 224
5.23 FGD Kelompok Status Lahan tentang Rekonstruksi Pohon
Masalah Penyebab dan Dampak Konflik Status Lahan di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis, Kabupaten
Lampung Barat. Sumber Photo: Nurka C Ningsih 227
5.24 Bagan Rekonstruksi Pohon Masalah Penyebab dan Dampak
Konflik Status Lahan di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis, Kabupaten Lampung Barat.
228 5.25
Faktor Pemacu dan Peredam Konflik Status Lahan 229
5.26 Diagram Venn Kekhasan saliency ke-12 Pihak dalam proses
penyelesaian konflik status lahan Pekon Sukapura dalam kawasan hutan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis.
237 5.27
Diagram Analisis Hubungan Antara yang Kuat dan yang Lemah dalam Kasus Konflik Status Lahan Pekon Sukapura Sumber:
Diskusi selama semiloka, mengadopsi mengadopsi Matriks Analisis Hubungan Kuat-Lemah - Chevalier 2003.
241
5.28 Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan Pekon Sukapura
Bedasarkan Ramifikasi Terhadap Hubungan Sebab-Akibat Akar Konflik.
243 5.29
Peneliti sedang memandu penghitungan hasil Analisis Gradient Pooling secara secret ballot terhadap skenario penyelesaian
konflik status lahan Pekon Sukapura di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis, Kabupaten Lampung Barat. Sumber
Photo: Nurka C Ningsih 248
5.30 Grafik Gradient Pooling Hasil Perhitungan Secara Rahasia
Tentang Dukungan Para Pihak Terhadap Beberapa Skenario Penyelesaian Konflik Status Lahan Pekon Sukapura. Sumber:
Diskusi para pihak selama semiloka dengan mengadopsi Teknik Gradient Polling– Chevalier 2003;
249
5.31 Skema Tahap-tahap Penting Dalam Skenario Pelepasan Lahan
Kawasan Sesuai Prosedur Sumber: Diskusi para pihak selama semiloka.
252 5.32
Nara sumber dari Fakultas Sosial Politik - Universitas Lampung memberikan analisis hukum dalam pengembangan tahap
penting skenario pelepasan lahan kawasan hutan secara prosedural Sumber photo: Peneliti
254
5.33 Grafik Gradient Polling dukungan para pihak terhadap skenario
pelepasan lahan sesuai prosedur Pekon Sukapura 255
5.34 Model Penelitian Penanganan Konflik Lingkungan yang
Dihasilkan. 258
5.35 Model Kelembagaan Penanganan Konflik Lingkungan
267
DAFTAR KOTAK
Kotak halaman
5.1 Mekanisme Pengaduan dan Penyelesaian di Dalam UU
No.252009 tentang Pelayanan Publik. 142
5.2 Beberapa Platform Dialog dan Negosiasi Multipihak
Di Kabupaten Lampung Barat 167
5.3 Peran Serta Pihak Kecamatan dan Desa dalam Proses Kajian
Perubahan Status Kawasan Hutan, Kasus Pekon Sukapura Kecamatan Sumberjaya.
197 5.4
Beberapa LSM yang Melakukan Pendampingan Masyarakat Petani di Sekitar Kawasan Hutan Lindung Register 45b Bukit
Rigis, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Lampung Barat. 211
5.5 Preferensi Bentuk Perundingan Yang Mencerminkan Oleh
Pernyataan Responden 215
5.6 Pilihan-pilihan Bentuk Penanganan Sengketa Secara Alternatif
Alternative Dispute Resolution Berdasarkan Gaya Bersengketa Para Pihak
260
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1 Konflik-konflik Status, Kepemilikan, Dan Pemanfaatan Lahan Di
Dalam Kawasan Hutan Di Propinsi Lampung, Tahun 1999. 2
Kuesioner Penelitian Konflik Lingkungan Dalam Pengelolaan Kawasan Hutan.
3 Kuseioner Penelitian Conflict Management Style
4 Petunjuk Pengisian Tabulasi
5 Data Hasil Overlay Peta Penutupan Lahan Tahun 2000 dengan
Peta Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan Propinsi Lampung.
6 Raw Data responden Soft copy
7 Raw Data Responden Soft copy
8 Hasil Uji Statistik Pathway Analysis
8-A Tabulasi Analisis Deskriptif Akar Konflik
9 Daftar Kelompok Penerima Ijin HKM di Kabupaten Lampung
Barat, Juni 2006. 10
Hasil Uji Statistika Analisis Nilai Tengah Berpasangan 10A
Analisis Deskritif Gaya Mengelola Konflik 11
Form Konfrimasi Kesediaan LangsungBerwakil 12
Matriks Perbedaan Kepentingan 13
Panduan Sistem Analisis Sosial dan Aplikasinya Dalam Upaya Penyelesaian Konflik