eskalasi konflik. Intensifikasi konflik mengandung arti peningkatan frekuensi peristiwa konflik secara konstruktif dan dimaksud untuk
mengungkap konflik-konflik latentersembunyi sehingga makin jelas terlihat apa saja akar konflik yang terjadi untuk dicarikan
penyelesaiannya.
5.4.1 Gaya Mengelola Konflik Para Pihak
Dalam penelitian ini, beberapa responden wakil dari masyarakat yang bertani di dalam kawasan hutan lindung Register 45B diambil untuk keperluan
analisis. Kemudian dengan mempergunakan teknik snow bowling, mereka diwawancara siapa saja pihak lain individu ataupun lembaga yang dianggap
sebagai pihak lawan baik lawan aktual maupun potensial. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, para pihak dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
1 Pihak masyarakat yang bertani di dalam kawasan hutan. 2 Pihak LSM, perguruan tinggi, ataupun lembaga penelitian yang memiliki
kepentingan dengan kasus konflik yang terjadi atau yang memiliki kegiatan yang terkait dengan konflik tersebut.
3 Pihak aparat kecamatan, desa pekon, atau lembaga swasta yang berada di lokasi sekitar konflik.
4 Pihak kabupaten yang diasumsikan memilik kepentingan terhadap konflik yang terjadi.
Pada Bab 3 Metodologi direncanakan akan diambil sebanyak 30 responden yang mewakili keempat pihak tersebut. Namun berdasarkan perkembangan penelitian
di lapang, jumlah tersebut meningkat menjadi 41 responden. Perkembangan tersebut tetap diakomodasi untuk dijadikan subjek analisis atas dasar
pertimbangan keterwakilan secara multi stakeholders, hak untuk bersuara, dan kepentingan penanganan konflik secara lebih komprehensif. Komposisi
responden yang telah berubah tersebut seperti ditulis dalam Tabel 5.4.1. Gaya mengelola konflik masing-masing pihak diukur dengan
menggunakan pernyataan responden yang mewakili gaya-gaya yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu: 1 menghindar, 2
kompetisirepresifmenekan, 3 akomodatif, 4 kompromi, dan 5 kolaborasi. Masing-masing gaya kemudian diberi skor sebagaimana ditulis dalam Tabel 3.12
dalam Bab 3. Pada penelitian lapang, semua responden diwawancara untuk mengetahui perbedaan gaya mengelola konflik masing-masing pihak terhadap 3
buah topik konflik di kawasan hutan lindung register 45B Bukit Rigis yaitu: 1 konflik status lahan, 2 konflik penataan batas, dan 3 konflik hak masyarakat
atas akses pengelolaan lahan kawasan hutan. Hasil wawancara kemudian dianalisis dengan uji perbandingan berpasangan pairwise comparison antar
nilai tengah mean. Tabel 5.4.1 Komposisi Para Pihak Yang Dipilih Dalam Analsis Gaya Mengelola
Konflik. No.
Pihak Jumlah Responden
Rencana Pelaksanaan
Jumlah Jumlah
IndividuLembaga
1 LSM+PT+Litbang 7
10 1. Watala Bandar Lampung
2. LPB Yacili
3. ICRAF 4. WCS
5. Watala Sumberjaya
6. Unila, Fakultas
Hukum 7. Unila,
Fakultas Pertanian
8. LSPPM 9. ICRAF, Fasilitator HKm
10. ICRAF, Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
2 Kabupaten 7
7 1. Kabid RRL, Dishut PSDA
Kabupaten 2. Bapeda
Kabupaten 3. Bagian Organisasi dan Hukum
Kabupaten 4. BPLH
Kabupaten 5. BPN
Kabupaten 6. Ketua
DPRD 7. Kabid PSDA, Dishut PSDA
Kabupaten
3 Masyarakat 8
9 1. Waremtahu
2. KMPH MWLS
3. Kelompok Tani Semarang Jaya 4. KPPSDA Setia Wana Bhakti
5. KPPSDA Setia Wana Bhakti 6. KMPH Rigisjaya II
7. KMPH Rigisjaya II 8. KMPH Bina Wana
9. KMPH Bina Wana
4 Kecamatan dan
Pekon 9 15
1. Pemangku Dusun
Rigisjaya II
2. Peratin Pekon
Gn. Terang
3. Sekretaris Pekon Gn. Terang 4. Peratin
Pekon Tribudisyukur
5. Camat Kecamatan
Sumberjaya 6. Sekcam
Kecamatan Way
Tenong 7. Kepala UPTD Kawasan Hutan
Lindung Bukit Rigis 8. Peratin
Pekon Simpangsari
9. Manager Operasional PLTA Way Besay
10. Peratin Pekon Semarangjaya 11. Katua LHP Pekon Tribudisyukur
12. Kaur Pemerintahan Pekon Sukapura 13. Peratin Pekon Sukapura
14. Wakil LHP Pekon Gunung Terang 15. Penyuluh Lapangan UPTD Bukit Rigis
TOTAL 30
41