Konflik Horizontal Pengelolaan Kawasan Hutan
52
Gambar 2.7. Model Konflik Glasl Sumber: Glasl dalam Yasmi, 2002
Dari beberapa teori konflik yang telah diuraikan sebelumnya, model tersebut lebih menekankan pada analisis akar konflik yang dirasakan oleh suatu pihak,
kemudian melihat bagaimana perilaku pihak tersebut dan apa pengaruhnya terhadap pihak lain. Glasl tidak menjelaskan lebih jauh bagaimana kemudian
konflik antar-pihak tersebut ditangani. Model lain adalah model dikembangkan oleh ICRAF International Center
For Research in Agroforestry yang disebut dengan model Negosiation Support System – Natural Resources Management Sistem Pendukung Negosiasi –
Pengelolaan Sumberdaya Alam atau sering disingkat dengan NSS-NRM atau SPN-PSA seperti ditayangkan dalam Gambar 2.8.
Gambar 2.8.
Model Sistem Pendukung Negosiasi Pengelolaan Sumberdaya Alam Sumber: Noordwijk, 2000
Perbedaan dalam berfikir, pandangan,
dan persepsi Perbedaan dalam
emosi Perbedaan dalam
kepentingan Perilaku
Pihak A Gangguan yang
dialami oleh pihak B
Sain dan Pengetahuan terperbaiki • Biofisik
• Kebijakan
Guna lahan Filter
Jalan,kanal
Interaksi sumberdaya
dalam mosaik
lansekap
perubahan berkesepakatan
perubahan spontan
dialog stake-holders
Negosiasi Proses
SISTIM PENDUKUNG NEGOSIASI;
2 1
3 4
Inovasi
53 SPN - PSA adalah suatu proses yang menganjurkan penanganan konflik
pengelolaan sumberdaya alam yang terjadi di dalam suatu landsekap atau ekosistem tertentu, misalnya ekosistem DAS; melalui pendekatan negosiasi
secara terpadu yang didukung oleh sain dan ilmu pengetahuan baik modern maupun subsisten yang didapat dari hasil-hasil penelitian dan pengembangan
partisifatif dalam bidang bio-fisik, sosial, ekonomi, dan kebijakan; dalam rangka memitigasi konflik kepentingan antar para pesengketa multi-disputants
sekaligus mempromosikan pengelolaan sumberdaya alam secara lestari Fay dan Pasya, 2001.
Dalam SPN, pendekatan negosiasi secara sistematis diarahkan pada pengembangan sistem insentifdisinsentif sosial-ekonomi-lingkungan termasuk
membangun komitmen commitment sharing untuk melaksanakan setiap perubahan baik spontan maupun dengan kesepakatan dalam rangka mencapai
tujuan bersama common goals. Empat langkah dalam mengembangkan Sistem Pendukung Negosiasi SPN menurut Noordwijk 2001 yaitu: 1 identifikasi
aktorstakeholder serta memahami tujuan dan indikator yang digunakan untuk memprediksi keadaan lansekap saat ini dan dimasa depan, 2 mengembangkan
“alat” yang dapat menghubungkan tata guna lahan dengan indikator fungsi ekologis, fungsi ekonomi, fungsi sosial, dll yang dapat diterima semua
stakeholder, 3 mendukung proses negosiasi dalam konteks butir satu 1, dan 4 memberikan pilihan-pilihan inovasi teknologi dan kelembagaan yang
diharapkan dapat membantu tercapainya tujuan bersama. Model SPN-PSA lebih menekankan bahwa penanganan konflik
merupakan suatu proses, sementara pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan negosiasi. Model tersebut dapat dikategorikan sebagai penanganan
konflik di luar jalur peradilan masuk dalam kelompok Alternative Dispute Resolution. Kelemahan model ini adalah tidak secara eksplisit menguraikan
langkah-langkah analisis peta konflik seperti yang dikembangkan oleh Glasl, sebaliknya, Glasl tidak secara eksplisit menjelaskan bagaimana konflik ditangani
dan dengan menggunakan pendekatan apa. Dari kedua model, bisa dikembangkan sebuah model baru yang relatif
lebih konprehensif yang dapat dipergunakan untuk peneliatian ini. Kelemahan SPN-PSA adalah tidak menguraikan secara lengkap bagaimana tahap 1 dari
model tersebut seharusnya dilakukan. Sebenarnya Model Glasl dapat dipergunakan untuk melengkapi Tahap Kesatu Model SPN-PSA, namun analisis