Karakteristik Responden HASIL DAN PEMBAHASAN

produk kebijakan dan peraturan yang secara evolutif mengatur desentralisasi pengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat 1 . Perubahan paradigma pembangunan kehutanan nasional menuju pengelolaan sumberdaya hutan yang bertumpu pada masyarakat desa telah mendorong Pemerintah mengembangkan kebijakan hutan kemasyarakatan sejak awal dekade 90-an. Selama lima tahun terakhir menjelang tahun 2000, konsep dan kebijakan hutan kemasyarakatan HKm telah mengalami reformulasi dari model partisipasi rakyat dalam kegiatan reboisasi dan rehabilitasi hutan 1995, kemudian model pemberian hak pengusahaan hutan kemasyarakatan kepada koperasi 1998, lantas model pemberian ijin pemanfaatan hutan kepada kelompok-kelompok masyarakat setempat 1999 dan akhirnya menjadi model pengelolaan hutan desa oleh masyarakat setempat secara mandiri atau model pengelolaan hutan bersama masyarakat desa di kawasan hutan negara yang dikuasakan kepada swasta atau badan otorita lainnya 2000. Kebijakan HKm pada Tahun 1995. Legitimasi kebijakan HKm pada tahun tersebut diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.622 Kpts-II95 tentang Pedoman Hutan Kemasyarakatan HKm. HKm didefinisikan sebagai sistem pengelolaan hutan berdasarkan fungsinya dengan mengikutsertakan masyarakat. Tujuan kebijakan HKm yaitu untuk: 1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar dan di dalam hutan; 2 meningkatkan mutu dan produktivitas hutan sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya; dan 3 Menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup. Definisi masyarakat yang dilibatkan di dalam kebijakan tersebut adalah orang yang sumber kehidupannya dari hutan atau kawasan hutan yang secara sukarela berperan aktif dalam kegiatan HKm. Peserta adalah mereka yang ditunjuk oleh Dinas Kehutanan Dati I. Mereka dapat secara individual, kelompok, atau koperasi. 1 Desentralisasi dapat diartikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab fungsi publik dari Pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Propinsi danatau Kabupatenkota atau organisasi pemerintah semi independen atau sektor swasta Word Bank Institute, 1999. Hutabarat 2001 menyatakan bahwa tipe desentralisasi yang paling luas adalah devolusi, yaitu tipe desentralisasi yang dicirikan oleh pelimpahan wewenang secara otonom. Diberikannya sejumlah kewenangan oleh Pemerintah kepada Propinsi dan KabupatenKota seperti adanya UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah merupakan suatu contoh devolusi dan telah membentuk tatanan pemerintahan baru, termasuk dalam kebijakan dan peraturan pengelolaan kehutanan.