Konflik Pertanahan Dalam Kawasan Hutan Di Propinsi Lampung

sertipikat tanah yang diterbitkan dari tahun 1998 -1999 sd 2002 sebanyak 170.489 bidang, yang diterbitkan melalui sbb : 1 Prona APBN sebanyak 23.165 bidang 14, 2 Prona Swadaya sebanyak 71.361 bidang 42, 3 Ajudikasi swadaya sebanyak 22.745 Bidang 13, 4 Redistribusi tanah swadaya sebanyak 12.249 bidang 7, 5 Tanah transmigrasi sebanyak 40.969 bidang 24. Dari semua kasus tanah yang diselesaikan, kasus-kasus yang terjadi di dalam kawasan hutan hingga kini penyelesaiannya masih menghadapi kebuntuan. Seperti dinyatakan dalam Bab 1.2 penelitian ini, pada tahun 1999 sebanyak 45 kasus konflik pertanahan terjadi di dalam kawasan hutan yang diantaranya adalah di Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis Kabupaten Lampung Barat.

4.4 Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis, Kecamatan

Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat. 4.4.1 Kondisi Umum Tata Guna Hutan Di Kabupaten Lampung Barat Kabupaten yang dibentuk berdasarkan UU No. 6 tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 24 September 1991 beribukota di LiwaTotal luas wilayah kabupaten adalah 474.989 hektar. Berdasarkan Tabel 4.5, total luas kawasan hutan di Lampung Barat yaitu 369.362,37 hektar atau sebesar 77,76 luas wilayah kabupaten adalah kawasan hutan yang terdiri dari: 1 Hutan Suaka Alam dan Taman Nasional seluas 287.081 hektar, 2 Hutan Produksi Terbatas HPT seluas 33.358 hektar, dan 3 Hutan Lindung HL seluas 48.823,37 hektar. Dengan demikian berarti hanya sebesar 22,24 dari luas wilayah kabupaten yang dapat diusahakan menjadi kawasan budidaya pertanian, perkebunan, perikanan, permukiman penduduk, sarana umum dan sebagainya. Seperti pada umumnya kondisi kerusakan hutan di Propinsi Lampung, potret kerusakan hutan di Kabupaten Lampung Barat secara kuantitatif menunjukkan gambaran yang mengkhawatiran. Menurut Warsito 2006, sebesar 70 dari total luas kawasan Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas kondisinya telah rusak. Gambar 4.4a, Tahun 2000 Gambar 4.4b, Tahun 2001. Gambar 4.4 Kondisi HPT yang masih terjaga di Desa Pahmongan Kecamatan Pesisir Tengah Gambar 4.4a dan kondisi HPT yang sudah rusak di Hutan Titi Liut Desa Kota Jawa Kecamatan Bengkunat Gambar 4.4b, Kabupaten Lampung Barat. Sumber photo: Peneliti

4.4.2 Kondisi Umum Kependudukan Di Kabupaten Lampung Barat

Pada tahun 2004 penduduk Kabupaten Lampung Barat berjumlah 388.113 jiwa Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, 2005. Penduduknya yang heterogen terdiri dari beberapa suku. Komunitas suku yang terbesar adalah Lampung Pesisir, Semendo, dan Sunda. Laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,26 per tahun. Angka tersebut merupakan indikasi tingginya pertumbuhan penduduk wilayah setempat yang dapat mengakibatkan terjadinya tekanan penduduk terhadap lahan untuk dibudidayakan. Permasalahan ini membawa implikasi terhadap semakin terbatasnya daya dukung wilayah terhadap pertambahan penduduk untuk memberikan peluang berusaha berbasis lahan, sehingga tekanan penduduk yang demikian tinggi meluap ke dalam wilayah kawasan hutan. Di kawasan Hutan Lindung 45B Bukit Rigis misalnya, menurut Dinas Kehutanan Lampung Barat pada tahun 2001 diperkirakan lebih dari 2000KK bermukim di dalam kawasan.

4.4.3 Kecamatan Sumberjaya dan Kawasan Hutan Lindung Register 45B Bukit Rigis

4.4.3.1 Migrasi Penduduk dan Terbentuknya Permukiman Di Sumberjaya

Pada 100 tahun yang lalu, hampir seluruh wilayah Sumberjaya merupakan hutan belantara. Yang pertama kali menempati wilayah tersebut adalah Suku Semendo dari Utara. Menurut hukum tak tertulis customary lawhukum adat, suku pertama yang menempati wilayah tersebut ditetapkan sebagai pemilik tanah Verbist dan Pasya, 2004. Sukaraja adalah desa pertama yang berdiri pada tahun 1891 tempat dimana ditemukannya komunitas marga Way Tenong. Sejak tahun 1951, Biro Rekonstruksi Nasional BRN, suatu program transmigrasi dibawah koordinasi Angkatan Darat, menstimulasi perkampungan bekas tentara terutama Sunda dari perang kemerdekaan Kusworo, 2000. Kemudian pada tahun 1952, mantan Presiden Indonesia, Soekarno, datang untuk meresmikan wilayah tersebut sebagai wilayah perkampungan baru yang hingga saat ini dikenal dengan nama Kecamatan Sumberjaya Gambar 4.5. Mereka para transmigran pioner tersebut menetap di cekungan sungai Way Petay yang kemudian menjadi desa pioner di Sumberjaya. Gambar 4.5a Gambar 4.5b. Gambar 4.5a adalah bukti dokumen sejarah diresmikannya nama Sumberjaya oleh Presiden Sukarno. Gambar 4.5b adalah Presiden Sukarno pada saat peresmian Sumberjaya, 14 November 1952 Sumber photo dan dokumen: Kepala Desa Sukapura, Kecamatan Sumberjaya. Sebagian besar penduduk, tinggal di bagian Timur Sumberjaya terutama di desa-desa Sukapura, Way Petay, Simpang Sari, Tribudi Syukur, Puradjaya, dan Pura Wiwitan. Gambar 4.6. Pada tahun 1977 bahkan ditemukan kerangka manusia purba megalithicum dan keramik Cina di dekat Desa Purawiwitan, yang menunjukkan bahwa manusia pernah tinggal di wilayah tersebut pada masa purba McKinnon, 1993. Perkembangan terakhir, program transmigrasi pemerintah tidak terlalu berorientasi pada wilayah Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat namun mulai ke