Konflik Rasial Konflik Antarsuku Bangsa

140 Sosiologi SMA dan MA Kelas XI Pada beberapa masyarakat di Indonesia terdapat tumpang tindih keanggotaan antara suku bangsa dengan agama, sehingga dapat menjadi identitas agama sekaligus merupakan identitas suku bangsa yang bersangkutan. Misalnya orang Melayu identik dengan agama Islam, orang Minahasa identik dengan agama Kristen Protestan, dan sebagainya. Karena adanya tumpang tindih keanggotaan ini, maka pada beberapa masyarakat penggolongan anggota masyarakat menurut suku bangsa akan sekaligus merupakan penggolongan menurut agama. Tumpang tindih keanggotaan semacam ini juga terjadi dalam beberapa kelompok sosial. Misalnya, perkumpulan atau ikatan mahasiswa di suatu kota yang berdasarkan pada asal daerah, seperti Ikatan Mahasiswa Sumatra Utara di Jogjakarta. Dalam hal ini terjadi konsolidasi keanggotaan yang tampak pada dasar pembentukan kelompok, yaitu status sebagai mahasiswa dan sebagai orang-orang yang berasal dari Sumatra Utara. Berarti telah terjadi konsolidasi antara status dengan daerah asal. Konsolidasi keanggotaan semacam ini akan meningkatkan solidaritas di antara anggota-anggota kelompok, sehingga pada satu sisi berarti menguatnya ikatan persatuan di antara mereka, namun pada sisi yang lain merupakan potensi konflik dengan kelompok-kelompok atau golongan-golongan lain, karena menajamnya identitas kelompok atau golongan. Gambar 5.8 Masyarakat Melayu diidentikkan dengan agama Islam sebagai peneguhan atas interseksi yang ada dalam masyarakat. Sumber: www.filer.case.edu.com

5. Konsekuensi Konsolidasi dan Interseksi

Sebagai suatu proses sosial, interseksi dan konsolidasi memiliki dampak tertentu terhadap masyarakat Indonesia. Berbagai dampak tersebut di antaranya adalah sebagai berikut. Tugas Individu Coba kamu cermati bentuk-bentuk konsolidasi yang ada di lingkungan masyarakat sekitarmu Konsekuensi Sosial dalam Masyarakat Multikultural 141 Tugas Kelompok Setelah kamu pahami arti interseksi dan konsolidasi, diskusikan dengan kelompokmu mengenai hubungan antara keduanya dalam stratifikasi sosial di masyarakat a. Proses interseksi dapat meningkatkan saling pengertian antarindividu yang berbeda ciri badaniah dan latar belakang sosial dan budaya. b. Proses interseksi dapat menyebabkan luntur atau hilangnya identitas individual anggota kelompok sosial, karena setiap anggota mengesampingkan identitas individual serta mengedepankan persamaan dengan anggota kelompok atau identitas bersama dalam kelompoknya. c. Proses konsolidasi dapat meningkatkan solidaritas di antara anggota kelompok. d. Proses konsolidasi dapat menjadi potensi konflik dengan kelompok-kelompok atau golongan-golongan lain, karena menajamnya identitas kelompok atau golongan. e. Proses konsolidasi dapat memperkuat rasa persatuan antarkomponen atau kebudayaan masyarakat dengan mengedepankan identitas nasional.

B. Mengembangkan Sikap Kritis dalam

Menghadapi Konsekuensi Masyarakat Multikultural Dalam menghadapi konsekuensi sosial yang ditimbulkan oleh adanya masyarakat multikultural, kita sebagai warga negara yang baik harus mengembangkan sikap kritis yang bersifat membangun konstruktif demi tercapainya apa yang disebut dengan integrasi sosial. Dengan tercapainya integrasi, maka stabilitas dan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat akan terwujud dengan sendirinya. Sikap kritis yang dimaksudkan adalah bentuk sikap kita yang berupaya untuk merespon segala bentuk perbedaan dan keragaman dalam budaya, suku bangsa, kepribadian, ras, dan yang lainnya sebagai bentuk penghormatan kita atas segala perbedaan tersebut. Sikap kritis ini misalnya dapat kamu lakukan dalam lingkungan sekolahmu, ketika ada beberapa temanmu yang berasal dari keluarga yang berkecukupan mencoba untuk memaksakan kehendaknya dalam sebuah pertemuan kelas demi keuntungan pribadi mereka. Hendaknya kamu sebagai warga kelas yang baik, harus dapat menolak perbuatan itu dengan memberikan pertimbangan-pertimbangan mengenai perbedaan kondisi yang ada di dalam kehidupan kelas kamu. Sehingga segala kepentingan dari golongan apapun yang ada di kelasmu dapat terakomodasi dengan baik, dan tidak menimbulkan perpecahan. 142 Sosiologi SMA dan MA Kelas XI Beberapa sikap kritis yang harus kita kembangkan dalam menghadapi bentuk-bentuk konsekuensi sosial dari masyarakat multikultural di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Mengembangkan Sikap Toleran

Dalam masyarakat multikultural harus dikembangkan sikap toleransi atau sikap saling pengertian dalam menghadapi segala perbedaan dalam nilai dan norma, agama, ke- budayaan, ras, suku bangsa, serta adat istiadat agar tercipta integrasi dalam masyarakat. Contohnya toleransi antarumat beragama. Di negara kita, sikap toleransi sebenarnya sudah dikembangkan secara baik, namun ada beberapa kelompok yang cenderung berupaya untuk merusak situasi yang sudah kondusif ini dengan melakukan gerakan-gerakan yang berbasis agama, dengan tujuan untuk menghancurkan agama lain. Hal seperti ini harus dihindari apabila kita ingin mengembangkan sikap kritis kita dalam menghadapi segala perbedaan guna menciptakan integrasi, keturunan, dan kedamaian hidup di masyarakat.

2. Meninggalkan Sikap Primordialisme

Terutama yang bersifat fanatisme kesukuan ethnocentrisme dan mengarah pada sikap ekstrem. Sikap primordialisme jika kita lihat secara positif akan lebih memperkuat posisi kita dalam kehidupan bermasyarakat. Namun yang seringkali muncul adalah bahwa sikap primordialisme ini kemudian akan menjadi penyebab terjadinya disintegrasi dalam masyarakat. Karena itu, sebisa mungkin prasangka buruk atas suku bangsa, ras, atau agama yang berbeda harus dihindari, karena itu hanya akan menimbulkan perpecahan dalam kehidupan masyarakat yang multikultural ini.

3. Mengembangkan Sikap Nasionalisme

Semangat mencintai tanah air dengan tulus akan membawa negara ini pada suatu persatuan, kesatuan, dan cenderung mengesampingkan segenap perbedaan yang selama ini menjadi perdebatan. Dalam sikap nasionalisme, terdapat usaha untuk mengikis segala bentuk perbedaan dalam hal latar belakang budaya guna mencapai sebuah semangat persatuan yang akan memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dan negara kita sendiri. Dengan nasionalisme kita juga dapat menghargai perbedaan yang ada.

4. Menyelesaikan Konflik secara Akomodatif

Konflik merupakan suatu gejala sosial yang wajar sebagai akibat interaksi sosial yang dilakukaan oleh manusia di dalam masyarakat. Hal ini mengingat adanya perbedaan-perbedaan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, misalnya kepentingan, pendapat, dan lain-lain. Konflik memang terkadang sulit dihindari, terutama apabila perasaan kita selalu diliputi dengan prasangka, sentimen komunitas, dan emosional pribadi. Agar konflik yang terjadi Tahukah Kamu? Nasionalisme adalah sikap politik dan sosial dari kelompok-kelompok suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, bahasa, wilayah, cita-cita, dan tujuan, sehingga merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap kelompok bangsa itu. Dewasa ini nasionalisme juga dihubungkan dengan setiap hasrat untuk per- satuan atau kemerdekaan nasional. Sumber: Ensiklopedi Indonesia 1992, Jilid 4, hal. 2338