32 gender di sekolah dasar adalah kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam lembaga sekolah mempunyai peran yang penting, karena ditangan kepala sekolah kebijakanprogramkegiatan dibuat dan
disetujui. Guru sebagai penggerak utama dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah juga mempunyai peran penting dalam mewujudkan keadilan dan
kesetaraan gender. Persepsi kepala sekolah dan guru tentang kebijakan pengarusutamaan
gender merupakan interpretasi, pemaknaan kepala sekolah dan guru tentang strategi dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender. Persepsi kepala
sekolah dan guru tentang strategi mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender mencakup 6 aspek yaitu partisipasi, akses, kontrol, manfaat, sikap
dan komunikasi. Alur kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
33 Gambar 1. Kerangka Pikir Persepsi Kepala Sekolah dan Guru
Instruksi Presiden No. 9
Tahun 2000
Kepala Sekolah dan Guru:
Partisipasi Akses
Kontrol Manfaat
Sikap Komunikasi
Usia Jenis Kelamin
Persepsi Kepala Sekolah dan Guru
Sekolah Dasar:
Responsif Gender
Sensitif Gender
Netral Gender
Bias Gender
Buta Gender
Kebijakan Pengarusutamaan
Gender PUG
Satuan Pendidikan
Sekolah Dasar Permendiknas
No. 84 Tahun 2008
34
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat diajukan beberapa hipotesa sebagai berikut:
1. Kepala sekolah dan guru mempunyai persepsi yang sensitif gender
tentang kebijakan pengarusutamaan gender dalam pendidikan dan terdapat perbedaan persepsi antara kepala sekolah dan guru.
2. Berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan persepsi antara
kepala sekolah dan guru laki-laki dengan kepala sekolah dan guru perempuan.
3. Berdasarkan usia kepala sekolah dan guru memiliki persepsi sensitif
gender dan tidak terdapat perbedaan persepsi antara kepala sekolah dan
guru dengan usia 30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, dan 51-60 tahun.
35
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena data yang diperoleh merupakan penggambaran dari subjek dan objek yang akan diteliti.
Tujuan penelitian deskriptif adalah memberikan gambaran secara nyata mengenai keadaan objek yang sebenarnya. Nurul Zuriah 2007: 47
mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala, fakta, yang secara akurat mengenai
populasi yang ada di daerah tertetu.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh dideskripsikan berdasarkan pendekatan yang
digunakan. Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang
menggunakan angka, angka digunakan dalam pembuatan, penggunaan dan pemecahan model penelitian kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif
merupakan jenis penelitian yang menggunakan rancangan penelitian berdasarkan prosedur statistika untuk mengukur variabel penelitian.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten provinsi Jawa Tengah. Peneliti memilih setting sekolah
dasar di Kecamatan Jatinom karena sekolah dasar pada umumnya merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diberi amanah oleh
36 pemerintah untuk melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Selain itu
seting dipilih karena sebagian besar sekolah dasar di Kecamatan Jatinom berada di daerah yang jauh dari kota. Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei–Agustus 2014
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian merupakan individu yang menjadi sumber data penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek
penelitian Burhan Bungin, 2011: 96. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala sekolah dan guru sekolah dasar negeri di
Kecamatan Jatinom. Jumlah populasi kepala sekolah 37 orang, sedangkan populasi untuk guru sejumlah 178 orang. Populasi total
dalam penelitian ini adalah 215 orang. b.
Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti Suharsimi, 2010: 174. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Burhan Bungin 2011: 115 mengungkapkan bahwa metode sampling merupakan
suatu teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian dan bagaimana merancang cara pengambilan sampel yang representatif.
Dalam penelitian ini, penarikan sampel dilakukan dengan teknik proportionate random sampling. Penarikan proportionate random
sampling merupakan suatu teknik yang menghendaki cara
37 pengambilan
sampel dari
tiap-tiap sub
populasi dengan
memperhitungkan besar dan kecilnya populasi kepala sekolah dan guru di Kecamatan Jatinom.
Menurut pendapat Suharsimi Arikunto 2006: 134 jika peneliti memiliki beberapa ratus atau beberapa puluh subjek dalam suatu
populasi, maka dapat diambil sampel 10–15, 20-25 dan seterusnya tergantung pada kemampuan peneliti, tenaga, dana dan resiko yang
ditanggung oleh peneliti. Dalam penelitian ini populasi kepala sekolah dan guru adalah 215 orang, karena jumlah populasi lebih dari seratus
orang maka diambil 40 dari jumlah populasi. Rumus dalam menentukan ukuran sampel menurut Suharsimi 2006: 135 adalah
sebagai berikut: S = d x n
Keterangan: S : sampel yang digunakan dalam penelitian
d : tingkat presisi antara 10-15, 20-25 dan seterusnya n : Populasi
Dengan penentuan sampel menggunakan rumus dari Suharsimi maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Sampel kepala sekolah
S = d x n S = 40 x 37 = 14,8 sampel
Dibulatkan menjadi 15 sampel