SARAN KESIMPULAN DAN SARAN

138 Jejen Musfah. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru: melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek. Cetakan 1. Jakarta: Kencana Lilis Widaningsih. 2012. Relasi Gender dalam Keluarga: Internalisasi Nilai- Nilai Kesetaraan dalam Memperkuat Fungsi Keluarga. Jurnal Hasil Penelitian. Diakses dari http:file.upi.eduDirektori197110221998022- LILIS_WIDANINGSIHRelasi_Gender-Lilis.pdf . pada tanggal 6 November 2014 Jam 11.19 WIB. Mami Hajaroh. 2011. Difusi Kebijakan Pengarusutamaan Gender pada Individu: Refleksi Terhadap Metode Penelitian Difusi. Jurnal Hasil Penelitian. Diakses dari http:staff.uny.ac.id. Pada tanggal 6 November 2014 Jam 11.29 WIB. Mansour Fakih. 2005. Analisis Gender danTransformasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Muhammad Nisfiannoor. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Ngainum Naim. 2013. Menjadi Guru Inspiratif: Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurul Zuriah. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori- Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Oemar Hamalik. 2009. Pendidikan guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Ollenburger, Jane C., dan Moore, Helen A.. 1996. A Sociology of Women Sosiologi Wanita. Penerjemah: Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana. Jakarta: Rineka Cipta. Pairulsyah dkk. 2012. Seminar Pelatihan Penulisan Dan Pembuatan Buku Ajar Responsif Gender Bagi Guru SMP. Diakses dari http:publikasi.fisip.unila.ac.idindex.phppengabdianarticledownload2 930. pada tanggal 21 September 2014. Jam 10.41 WIB. Paul Suparno. 2005. Guru Demokrasi di Era Reformasi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Paulus Mujiran. 2002. Pernik-Pernik Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwanto. 2007. Instrument Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. P. Sondang Siagian. 2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. 139 Rahmi Fitrianti dan Habibullah. 2012. Ketidaksetaraan Gender Dalam Pendidikan; Studi Pada Perempuan Di Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang. Jurnal Hasil Penelitian. dikases dari http:puslit.depsos.go.id. pada 14 September 2014. Jam 08.00 WIB. Rani Andriyani dkk. 2008. Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Hortikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. Jurnal Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 1, Januari 2008. Hlm. 70. Diakses di http:jurnal.unpad.ac.idkependudukanarticledownload. pada tanggal 30 September 2014. Jam 05.41 WIB. Riant Nugroho. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul Kasus Pembangunan Pendidikan di Kebupate n Jembrana 2000-2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riant Nugroho. 2008. Gender dan Strategi Pengarusutamaan-nya di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Robert L. Solso, Otto H. Maclin dan M. Kimberly. 2008. Psikologi Kognitif edisi kedelapan Judul Asli: Cognitive Psychology Eighth Edition, Alih Bahasa: Mikel Rahardanto dan Kristianto Batuadji . Jakarta: Erlangga. Samsunuwiyati Marat dan Lieke Indieningsih. 2006. Perilaku Manusia Pengantar Singkat tentang Psikologi. Bandung: Refika Aditama. Siswanto. 2009. Bias Gender dalam Pendidikan. Diakses dari http:paksisgendut.files.wordpress.com200902gender-dan- pendidikan.pdf . pada tanggal 8 Oktober 08.17 WIB. Sri Sundari Sasongko. 2009. Program Pembinaan Jarak Jauh Pengarusutamaan Gender PJJ-PUG Modul 2. Cetakan ke-2. Pusat Pelatihan Gender Dan Peningkatan Kualitas Perempuan. BKKBN. Diakses dari http:scribd.comdoc40055665Konsep-Dan-Teori-Gender . pada tanggal 30 September 2014. Jam 06.48 WIB. Soekarto Indrafachrudi, Dirawat, Burso La Mberi. 1983. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan untuk Pertumbuhan Jabatan Guru dalam Rangka Inovasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. Sugihastuti dan Itsna Hadisaptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan RD. Edisi ke-3. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. 140 Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Suparlan. 2005. Menjadi guru efektif. Yogyakarta: Hikayat. Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 141 LAMPIRAN 142 Lampiran 1. Instrumen Penelitian 143 LAMPIRAN 1 Angket Persepsi Kepala Sekolah dan Guru terhadap Kebijakan Pengarusutamaan Gender dalam Pendidikan Angket yang digunakan dalam mengukur persepsi kepala sekolah dan guru terhadap kebijakan pengarusutamaan gender adalah sebagai berikut: KUESIONER PEMAHAMAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP KEBIJAKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN JATINOM

A. Petunjuk:

1. Kuesioner ini bertujuan untuk keperluan ilmiah semata, jadi tidak akan mempengaruhi reputasi Bapak Ibu Guru dalam bekerja di sekolah ini. 2. Untuk angket berilah tanda √ pada kolom yang tersedia setelah pernyataan yang sesuai dengan kondisi Bapak Ibu Guru. 3. Pilihlah item jawaban yang sebenar-benarnya yang menunjukkan keadaan Bapak Ibu Guru selama ini. Jawaban Bapak Ibu secara pribadi akan menentukan objektivitas hasil penelitian ini. 4. Kami menjamin rahasia idenditas BapakIbu Guru.

B. Identitas Pengisi Angket

Nama responden : ……………………………………………………………………………………………… Jenis Kelamin : ……………………………………………………………………………………………… Umur : ……………………………………………………………………………………………… Nama sekolah : ……………………………………………………………………………………………… Alamat Sekolah : ……………………………………………………………………………………………… 144 C. Angket Pemahaman Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Dasar Terhadap Kebijakan Pengarusutamaan Gender dalam Pendidikan Di Kecamatan Jatinom. Keterangan : STS = Sangat Tidak Setuju; TS = Tidak Setuju; R= Ragu- Ragu; S = Setuju; SS = Sangat Setuju No. Pernyataan STS TS R S SS 1. Proporsi guru perempuan lebih sedikit dari pada guru laki-laki dalam penempatan jabatan di sekolah. 2. Guru laki-laki lebih banyak dipilih dalam berbagai jabatan karena guru laki-laki lebih tegas dan bijaksana. 3. Kepala sekolah lebih memilih guru laki- laki dalam berbagai jabatan di sekolah. 4. Guru perempuan lebih bertanggung jawab dari pada guru laki-laki. 5. Guru laki-laki dan perempuan mempunyai kewenangan yang sama dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. 6. Guru perempuan lebih aktif terlibat dalam perumusan untuk sekolah. 7. Guru laki-laki lebih aktif terlibat dalam pembuatan keputusan untuk sekolah. 8. Guru laki-laki dan perempuan mempunyai keterlibatan yang sama dalam pengambilan keputusan untuk sekolah. 9. Guru laki-laki lebih banyak mengeluarkan pendapat dibandingkan dengan guru perempuan dalam perumusan visi, misi dan tujuan sekolah. 10. Guru perempuan lebih banyak terlibat dalam proses pengelolaan keuangan sekolah. 11. Guru perempuan lebih banyak terlibat dalam proses perencanaan pembelajaran dan kegiatan sekolah. 12. Guru laki-laki lebih banyak terlibat dalam proses evaluasi pembelajaran dan evaluasi kegiatan di sekolah. 13. Siswa laki-laki diberikan peluang yang lebih besar dalam memimpin kelas dibandingkan dengan siswa perempuan. 145 No. Pernyataan STS TS R S SS 14. Guru selalu menugaskan siswa laki-laki untuk memotong rumput dan membuang sampah saat kegiatan gotong-royong di sekolah. 15. Guru selalu menempatkan siswa perempuan sebagai sekertaris dan bendahara karena menganggap siswa perempuan lebih rajin dan telaten. 16. Kepala sekolah dan guru lebih memilih komandan upacara siswa laki-laki dalam kegiatan upacara bendera. 17. Pelaksanaan pelayanan pendidikan diluar jam pelajaran lebih banyak dilakukan oleh guru perempuan dan pegawai perempuan. 18. Pengarahan pelayanan pendidikan di sekolah lebih banyak dilakukan oleh guru laki-laki. 19. Siswa laki-laki dan perempuan menggunakan fasilitas kamar mandi untuk bersama. 20. Fasilitas kamar mandi untuk guru sudah dibedakan antara kamar mandi untuk guru perempuan dan kamar mandi untuk guru laku-laki. 21. Sekolah tidak membedakan ruang UKS antara siswa laki-laki dan perempuan. 22. Sekolah tidak menyediakan alat- alat olah raga yang dapat diakses secara bersamaan oleh laki-laki dan perempuan 23. Siswa laki-laki dan perempuan melaksanakan pelajaran olah raga secara terpisah. 24. Sekolah selalu membuat kebijakan yang dapat digunakan oleh laki-laki dan perempuan. 25. Kebijakan sekolah lebih memihak pada laki-laki. 26. Guru laki- laki dan guru perempuan mempunyai porsi yang sama dalam pengawasan kegiatan ekstrakurikuler. 27. Siswa laki-laki lebih banyak mengendalikan kegiatan ekstrakulikuler dalam kelas. 28. Guru laki-laki lebih banyak mengawasi dan mengendalikan dalam pemeliharaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah. 146 No. Pernyataan STS TS R S SS 29. Guru perempuan lebih banyak mengawasi dan mengendalikan pengadaan atau pembelian sarana dan prasarana sekolah. 30. Guru laki-laki lebih tegas dalam menegur siswa yang melanggar peraturan sekolah. 31. Guru perempuan lebih diperhatikan dan didengarkan dalam menasehati siswa yang melanggar peraturan. 32. Siswa perempuan lebih sering menerapkan hasil pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dan hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 33. Kepala sekolah dan guru dalam proses pembelajaran lebih memberikan perhatian kepada siswa perempuan dari pada siswa laki-laki. 34. Guru laki-laki dan perempuan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa laki-laki dan siswa perempuan dalam mengeluarkan pendapat di kelas. 35. Guru perempuan lebih banyak diam dalam pelaksaanaan rapat di sekolah. 36. Guru laki-laki lebih banyak mengeluarkan pendapat dalam kegiatan rapat sekolah. 37. Guru banyak memberikan perhatian kepada siswa perempuan dalam kegiatan diluar kelas karena siswa perempuan lemah dan harus dilindungi.

Dokumen yang terkait

Persepsi kepala sekolah Dasar Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah di Kecamatan Tanah Sareal Bogor

1 35 66

PERSEPSI GURU TENTANG POLA MANAGERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH Persepsi Guru Tentang Pola Managerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kebakkramat Tah

0 4 17

PENGARUH MOTIVASI GURU DAN PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI Pengaruh Motivasi Guru Dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun 201

0 0 13

PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PERSEPSI GURU TENTANG PERAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI SD

3 10 14

PENGARUH MOTIVASI KERJA, PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR KECAMATAN AMBAL KABUPATEN KEBUMEN.

0 0 23

PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINANTRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH,TRANSPARANSI, DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH.

0 2 18

Pengarusutamaan Gender Pada Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar Di Kota Surakarta (Studi Tentang Komitmen Pembuat Kebijakan Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Dalam Integrasi Gender Di Sekolah Dasar Negeri Di Kota Surakarta).

0 0 15

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN WATES KULONPROGO.

0 1 100

PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI.

0 1 166

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI SEKECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

1 2 154