Kemitraan Komprehensif RI-AS Tidak Strategis

Kemitraan Komprehensif RI-AS Tidak Strategis

D Istana Merdeka, Indonesia-AS menyepakati kemitraan

alam pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama Selasa lalu (9/11/2010) di

komprehensif yang memfokuskan kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Di bidang ekonomi, investasi antara Indonesia-AS akan ditingkatkan karena dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kedua negara. Di bidang sosial budaya, pertukaran pelajar akan semakin digalakkan untuk semakin memperkokoh hubungan antarmasayarakat. Di bidang keamanan, kerjasama dalam penanganan terorisme akan diperkuat untuk menciptakan kestabilan kawasan.

Kemitraan tersebut memang komprehensif, tetapi sesungguhnya tak strategis. Jika dibandingkan antara kedua negara, kemitraan itu tampak lebih menguntungkan AS daripada negara kita. Ada tiga indikator yang memperkuat pendapat itu.

Makna Kemitraan Pertama, kedudukan kemitraan komprehensif sesungguhnya

berada di bawah kemitraan strategis. Dalam hubungan internasional, tingkatan kemitraan dibagi menjadi special partnership, strategic partnership, dan comprehensive partnership. Di antara ketiganya, special partnership adalah yang paling penting, sedangkan comprehensive partnership tidak berada di bawah kemitraan strategis. Dalam hubungan internasional, tingkatan kemitraan dibagi menjadi special partnership, strategic partnership, dan comprehensive partnership. Di antara ketiganya, special partnership adalah yang paling penting, sedangkan comprehensive partnership tidak

AS memiliki special partnership dengan Israel sehingga keduanya selalu saling mendukung dan bekerjasama mengamankan kepentingan masing-masing, tak peduli mereka bertindak benar atau salah. Ketika berkunjung ke India, Obama membawa serta puluhan pengusaha AS untuk merealisasikan strategic partnership antara AS-India yang menghasilkan

transaksi bisnis senilai 10 miliar USD. Sementara, ketika Obama berkunjung ke Indonesia, tidak ada satupun pejabat tinggi dan pengusaha AS yang menyertai. Wajar saja jika kemitraan yang disepakati oleh Indonesia dan AS hanyalah setingkat comprehensive partnership yang tidak merepresentasikan aspek- aspek strategis kepentingan bangsa ini.

Berbeda dengan Kemitraan Strategis India-AS yang menghasilkan kesepakatan konkrit melalui pembelian pesawat Boeing dan lokomotif, Kemitraan Komprehensif Indonesia-AS tidak menghasilkan kesepakatan konkrit apapun. Pilihan Obama terhadap India sebagai mitra strategis AS di Asia menandakan posisi Indonesia tidak lebih penting daripada India. Hal itu semakin tampak dari durasi waktu kunjungan Obama ke India yang mencapai tiga hari, sementara Indonesia hanya dijadikan tempat transit selama 19 jam sebelum ke Korea Selatan dan Jepang.

Kepentingan Kedua, meskipun kemitraan komprehensif mencakup

kerjasama dalam banyak bidang, tetapi justru saking banyaknya itu, menjadi tidak jelas manakah yang strategis bagi Indonesia. Jika dicermati, poin-poin Kemitraan Komprehensif Indonesia- AS amat lekat dengan kepentingan AS. Dalam bidang ekonomi, pernyataan Obama bahwa AS ingin menjadi investor nomor satu di

Indonesia merupakan penegasan upaya untuk Indonesia merupakan penegasan upaya untuk

Dalam bidang sosial budaya, harus dicermati sejauh mana agenda pertukaran pelajar Indonesia-AS dijalankan. Pemberian beasiswa pendidikan dari pemerintah AS memang bagus bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, tetapi seringkali ketika melakukan penelitian ada keharusan untuk riset tentang Indonesia. Akibatnya, data dan fakta tentang Indonesia berlimpah ruah di kantong pemerintah AS sehingga memudahkan mereka memonitor perkembangan negeri ini

Dalam bidang keamanan, AS berkepentingan mengamankan obyek-obyek vitalnya di Indonesia. Atas dasar itu, AS mendesak Indonesia untuk lebih sigap membongkar jaringan teroris yang sering menjadikan simbol-simbol kepentingan AS sebagai target serangannya. Persoalannya, Indonesia luput untuk menuntut AS menciptakan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera bagi semua kalangan. Sebab, aksi terorisme yang terjadi selama ini berakar pada ketidakadilan global yang dirasakan para pelakunya akibat hegemoni yang diciptakan AS. Tanpa keadilan, dapat dipastikan terorisme tetap akan terjadi di masa depan dan Indonesia menjadi arena pertarungan teroris melawan AS.

Pelayan Ketiga, selama ini kerjasama Indonesia-AS bersifat asimetris

dengan menempatkan AS selalu di atas dan Indonesia dalam posisi subordinat. Karena itu, AS dengan mudah dapat memasukkan kepentingan strategisnya, sedangkan Indonesia sepertinya hanya menjadi pelayan kepentingan tersebut.

Fungsi pelayanan itu kelihatan dari meriahnya sambutan terhadap Obama dibandingkan sambutan terhadap Presiden Austria Hans Fischer yang juga berkunjung ke Indonesia pada Fungsi pelayanan itu kelihatan dari meriahnya sambutan terhadap Obama dibandingkan sambutan terhadap Presiden Austria Hans Fischer yang juga berkunjung ke Indonesia pada

Ironisnya, Presiden Yudhoyono juga memberikan penghargaan Bintang Jasa Utama kepada Stanley Ann Dunham, ibu Obama yang pernah melakukan penelitian bertahun-tahun di Indonesia. Tidak semua warga negara Indonesia yang memiliki jasa besar terhadap republik ini mendapatkan penghargaan setinggi itu, tetapi orang asing seperti Dunham mampu memperolehnya hanya karena ia adalah ibu dari presiden AS.

Sebelum Obama menjadi presiden, Dunham sama sekali tidak dikenal publik sehingga pemerintah tidak pernah berpikir memberikan penghargaan kepadanya. Namun, setelah anaknya menjabat presiden dari sebuah negara superpower, pemerintah menganugerahinya penghargaan istimewa. Kesan yang muncul adalah penghargaan itu merupakan simbol bahwa kita telah melayani sang adikuasa dengan sangat memuaskan sehingga Obama dapat meninggalkan Indonesia dengan tenang karena kepentingan negaranya terjaga dengan aman. Pendek kata, Indonesia benar-benar menjadi good boy bagi AS. 

11 November 2010