Pertarungan Romney vs Obama

Pertarungan Romney vs Obama

eiring dengan kemenangannya dalam primary Texas pada Selasa, 29 Mei 2012, Mitt Romney dipastikan mengantongi tiket nominasi calon presiden Partai

Republik. Perolehan 152 delegasi dari Texas telah meningkatkan total suara delegasi mantan gubernur Massachusetts ini menjadi 1.238 delegasi (63 persen), melampaui batas minimal pencalonan, yaitu 1.144 delegasi. Suara Romney juga jauh di atas pesaing terdekatnya, Ron Paul, yang hanya didukung 134 delegasi.

Romney merasa terhormat dipercaya partainya sebagai capres. Dalam pidato kemenangannya, dia mengatakan: "I am honoured that Americans across the country have given their support to my candidacy" (BBC, 30/5/2012) Romney tinggal menunggu pencalonannya secara resmi dalam Konvensi Partai Republik di Tampa, Florida, 27-30 Agustus nanti ( Jawa Pos, 30/5/2012).

Setelah Romney sah menjadi capres, kini perhatian Partai Republik terfokus pada persiapan menghadapi Barack Obama, calon incumbent dari Partai Demokrat. Kedua kandidat telah saling serang dalam berbagai iklan kampanye. Romney menyalahkan Obama atas ketidakmampuannya mengatasi krisis ekonomi. Sebaliknya, Obama selalu mempermasalahkan rekam jejak buruk Romney di dunia bisnis. Saling serang antarkandidat ini menjadikan pertarungan Romney versus Obama semakin memanas dari waktu ke waktu.

Lantas, siapakah yang bakal memenangkan pemilu AS 6 November mendatang? Jawabannya sangat tergantung dari kekuatan dan kelemahan Romney dan Obama. Karena itu, tulisan ini menganalisis peta politik pemilu AS dengan meninjau kekuatan dan kelemahan yang dimiliki masing-masing kandidat.

Kans Romney Sebagai pengusaha, Romney memiliki kekuatan uang yang

luar biasa. Pengalamannya selama puluhan tahun memimpin sejumlah perusahaan telah meningkatkan pundi-pundi kekayaannya hingga mencapai USD 250 juta. Dengan kekayaan sebesar itu, Romney relatif tidak memiliki kesulitan berarti dalam mendanai kampanye. Uang merupakan modalitas paling berharga dalam pemilu AS karena sebagai negara liberal, persaingan politik sangat ditentukan oleh kekuatan kapital. Siapapun yang memiliki dana terbesar, dia akan berpotensi menjadi presiden.

Di samping itu, Romney juga memiliki pengalaman politik yang sangat panjang. Lebih dari separuh usianya yang 65 tahun dihabiskan di dunia politik. Berbeda dengan Obama yang sebelum menjadi presiden hanya pernah menjabat senator, Romney telah malang-melintang dalam sejumlah jabatan publik.

Namun, di balik kekuatan tersebut, banyak pihak masih meragukan kapasitas Romney. Celakanya, keraguan itu muncul dari partainya sendiri. Di kalangan internal Partai Republik, Romney belum didukung sepenuhnya oleh sejumlah petinggi partai ini. Persaingan kerasnya dengan dengan sejumlah bakal capres seperti Paul, Rick Santorum, dan Newt Gingrich menyisakan

benih-benih konfliktual yang dapat menghambatnya meraih kursi presiden. Romney harus secepatnya memastikan dukungan dari mantan kompetitornya tersebut dan menyatukan suara Partai Republik dalam menantang Obama.

Selain itu, identitasnya sebagai penganut Kristen Mormon yang minoritas juga menjadi masalah tersendiri. Sepanjang sejarah, baru kali ini ada capres AS penganut Mormon. Hingga kini belum jelas bagaimana penerimaan rakyat AS terhadap capres Mormon. Sejumlah pihak yang sangat konservatif cenderung menolak dipimpin seorang Mormon. Inilah yang menjadi tantangan terbesar Romney untuk mengalahkan Obama.

Kans Obama Sebagai calon yang masih menjabat sebagai presiden, Obama

jelas memiliki popularitas jauh di atas Romney. Publik AS pasti sudah paham betul sosok Obama, tetapi belum tentu mengenal sosok Romney. Selama empat tahun menjadi presiden, Obama mendapatkan liputan media yang luar biasa. Hampir setiap hari, pemberitaan tentang dirinya menghiasi berbagai media massa di seluruh AS.

Berbagai kebijakan terobosan yang ditelurkannya juga mendapatkan apresiasi positif dari rakyat. Sebagai contoh, dalam isu luar negeri, Obama dipandang sebagai presiden yang berhasil. Sikap politik luar negerinya yang mengandalkan soft power membuktikan bahwa dia sangat jauh berbeda dari pendahulunya, George W. Bush, yang dibenci publik AS karena sikap unilateralisnya.

Akhir tahun lalu, Obama telah menarik mundur seluruh pasukan AS dari Irak, kebijakan yang diinginkan mayoritas rakyat. Keberhasilannya meraih nobel perdamaian 2009 telah meningkatkan popularitas Obama tidak hanya di AS, tapi juga seluruh dunia. Akibatnya, citra AS di panggung global yang sempat terpuruk di masa Bush, sekarang semakin membaik.

Persoalannya, Obama dianggap lemah dalam penanganan ekonomi. Obama belum sepenuhnya mampu mengatasi krisis Persoalannya, Obama dianggap lemah dalam penanganan ekonomi. Obama belum sepenuhnya mampu mengatasi krisis

Walaupun demikian, berbagai jajak pendapat tetap menggunggulkan

pemenang. Gallup memprediksi Obama bakal meraih dukungan 47 persen pemilih, unggul tiga poin dari Romney. YouGov juga menempatkan Obama di puncak dengan 46 persen, di atas Romney yang meraih 43 persen.

Obama

sebagai

Selisih suara yang tipis tersebut tentu menjadi ancaman bagi Obama. Dengan kampanyenya yang masif dan intensif, Romney sewaku-waktu dapat menumbangkan Obama. Untuk menggapai ambisi itu, sepanjang lima bulan ke depan, Romney harus bekerja keras mengejar Obama. Ibarat pacuan kuda, Romney harus memacu tunggangannya secepat-cepatnya untuk menyalip Obama. Jika tidak mampu, justru dia yang semakin jauh ditinggalkan oleh Obama. 