Toyota, Kerikil Hubungan Jepang-AS

Toyota, Kerikil Hubungan Jepang-AS

B Amerika Serikat sebagai pengimpor terbesar. Sejak terungkap

ermasalahnya pedal gas dan rem pada jutaan mobil Toyota berpotensi mengganggu hubungan dagang Jepang dengan negara-negara pengimpor mobil itu, terutama

awal Januari lalu, beragam keluhan telah dilayangkan pengguna mobil Toyota di AS. Hingga kini, kelalaian produksi itu telah menyebabkan serangkaian kecelakaan yang menewaskan 34 jiwa di seluruh wilayah AS.

Aneka tindakan telah dilakukan Toyota Motor Corp untuk mengatasi masalah tersebut. Raksasa otomotif ini telah menarik 2,3 juta mobil dan memperbaikinya di bengkel-bengkel resmi terdekat di seluruh penjuru AS. Penjualan delapan model, termasuk Camry dan Corolla yang sangat populer di AS, juga dihentikan.

Namun, tindakan itu ternyata tak cukup menyelesaikan masalah. Terbukti, kecaman masih datang dari Kongres AS yang menuntut Jepang bertanggung jawab. Bahkan, Senat AS merasa perlu mengundang bos Toyota, Akio Toyoda, akhir bulan ini untuk menjelaskan persoalan yang membelit perusahaannya. Sejumlah konsumen yang dirugikan juga sedang mempersiapkan tuntutan hukum terhadap Toyota.

Sebagai produsen mobil terbesar di dunia dengan kualitas yang telah diakui, kesalahan Toyota sepertinya sulit dimaafkan. Kesalahan ini tak hanya menyebabkan Toyota rugi secara finansial dan sosial, tetapi juga menyembulkan kerikil-kerikil yang merintangi hubungan Jepang dengan AS. Hubungan yang Sebagai produsen mobil terbesar di dunia dengan kualitas yang telah diakui, kesalahan Toyota sepertinya sulit dimaafkan. Kesalahan ini tak hanya menyebabkan Toyota rugi secara finansial dan sosial, tetapi juga menyembulkan kerikil-kerikil yang merintangi hubungan Jepang dengan AS. Hubungan yang

Mitra Strategis Dalam hubungan internasional, Jepang dan AS dikenal

sebagai mitra strategis. Keduanya merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi paling maju di dunia. AS tercatat sebagai negara nomor satu yang terus dikuntit Jepang di nomor dua. Hubungan ekonomi keduanya telah berlangsung selama sekitar

40 tahun. Setelah hancur lebur oleh bom atom di Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia II, Jepang bangkit mengejar ketertinggalan dengan merajut hubungan mesra dengan AS.

Selama ini, hubungan Jepang dan AS terbilang bagus. AS merupakan mitra ekonomi terbesar Jepang. Data tahun 2004 menunjukkan sekitar 22,7 impor negeri Matahari Terbit itu berasal dari AS. Sementara, nilai eskpornya ke AS mencapai 14 persen.

Realita tersebut menggambarkan hubungan saling membutuhkan di antara kedua negara. Masyarakat AS membutuhkan mobil-mobil buatan Jepang yang terkenal berkualitas. Dibandingkan dengan mobil produksi General Motors, perusahaan otomotif terbesar di AS, mobil Toyota lebih diminati.

Sebaliknya, Jepang juga membutuhkan AS sebagai pasar terbesar otomotifnya. Meskipun Cina dianggap sebagai pasar terbesar dunia, tetapi dalam urusan otomotif, AS dinilai Jepang sebagai yang paling potensial.

Kasus Toyota memiliki efek domino yang luar biasa bagi hubungan Jepang dan AS. Citra positif Jepang dalam teknologi otomotif dipastikan runtuh di mata internasional. Kini, tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk otomotif Jepang kian menurun tidak hanya di AS, tetapi juga di seluruh dunia. Lebih Kasus Toyota memiliki efek domino yang luar biasa bagi hubungan Jepang dan AS. Citra positif Jepang dalam teknologi otomotif dipastikan runtuh di mata internasional. Kini, tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk otomotif Jepang kian menurun tidak hanya di AS, tetapi juga di seluruh dunia. Lebih

Bayang-Bayang Tiongkok Kasus Toyota telah menodai sejarah bagus hubungan Jepang

dan AS. Di kala kedua negara disibukkan dengan kasus ini, Tiongkok semakin mengancam dengan kemajuan ekonomi spektakuler. Apabila tak waspada, kelengahan kedua negara dapat dimanfaatkan Tiongkok yang telah berancang-ancang merontokkan dominasi mereka di panggung ekonomi dunia.

Sejak meliberalisasi ekonominya pada akhir 1970-an, Tiongkok tak pernah berhenti mempesona dunia. Berbagai kemajuan ditampilkan negara ini secara mengesankan dengan menggusur kompetitornya sebagai raja di berbagai sektor. Sang Naga terus menggeliat hingga mencapai pertumbuhan ekonomi dua digit per tahun. Setelah menyalip Jerman sebagai eksportir terbesar di dunia tahun lalu, Tiongkok juga menyalip AS dalam volume penjualan mobil terbanyak awal tahun ini. Bahkan, Tiongkok diprediksi segera menyalip Jepang sebagai produsen mobil nomor satu di planet ini.

Serangkaian rekor fantastis Tiongkok seolah menjadi bayang-bayang menakutkan bagi AS dan Jepang. Jika Tiongkok dapat mempertahankan pencapaiannya secara konsisten, bukan mustahil negara ini segera menggusur AS dan Jepang dari singgasana penguasa ekonomi dunia. Momentumnya sekarang sangat tepat karena AS masih disibukkan dengan penyelesaian krisis ekonomi dan Jepang juga mengalami stagnasi ekonomi setelah sejumlah korporasi multinasionalnya seperti Japan Airlines (JAL) dan Sony berguguran terlindas krisis global.

Konflik Toyota antara Jepang dan AS merupakan konflik kontraproduktif bagi kedua belah pihak, tetapi sangat Konflik Toyota antara Jepang dan AS merupakan konflik kontraproduktif bagi kedua belah pihak, tetapi sangat

Bagi Indonesia, pelajaran yang bisa diambil adalah profesionalisme kerja berpengaruh signifikan terhadap daya saing bangsa di arena internasional. Kesalahan kinerja Toyota telah mengakibatkan citra Jepang terpuruk sekaligus melemahkan kekuatan kompetitifnya. Kejadian semacam ini tidak boleh terjadi di perusahaan-perusahaan Indonesia. Kalau sampai terjadi, yang rugi bukan hanya perusahaan, tetapi juga negara bangsa kita. Karena itu, kita harus terus meningkatkan kapabilitas dan profesionalitas kita agar mampu memenangkan persaingan global. 

18 Februari 2010