Mesir di Tangan Mursi

Mesir di Tangan Mursi

uhammad Mursi resmi dilantik sebagai Presiden Mesir, Sabtu lalu (30/6/2012). Aktivis politik dari Ikhwanul Muslimin (IM) ini merupakan presiden kelima Mesir

dan presiden pertama dari kalangan sipil yang dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilihan umum. Dia terpilih setelah mengalahkan mantan Perdana Menteri Mesir di era Husni Mubarak, Ahmad Shafiq, dengan meraup suara mayoritas 51,73 persen dalam pemilu putaran kedua pada 16-17 Juni 2012.

Di tangan Mursi, Mesir akan banyak berubah. Tidak hanya bergeser dari kepemimpinan militer ke kepemimpinan sipil, tetapi Mesir juga akan menelurkan kebijakan baru dalam pertarungan geopolitik kawasan Timur Tengah.. Hal itu tampak jelas dari pidato politik pertama Mursi sebagai presiden di Universitas Kairo, sesaat setelah dilantik.

Dalam pidato tersebut, secara tersirat, pemimpin 60 tahun itu mengirimkan pesan kepada tiga pihak. Pertama, kepada Dewan Agung Militer (SCAF), dia menegaskan bahwa rakyat Mesir adalah pemilik kekuasaan sesungguhnya sehingga “...no institution will be above the people” (Al Jazeera, 30/6/2012).

Kedua, kepada Amerika Serikat, dia memperingatkan bahwa Mesir adalah negara merdeka dan independen. Ketiga, kepada Israel, dia mendesak negara zionis ini menghentikan pendudukannya atas wilayah Palestina.

Sikap politik tersebut merupakan refleksi kebijakan Mursi yang tidak hanya berniat memperkuat kepemimpinan sipil melalui upayanya menyingkirkan pengaruh militer dalam Sikap politik tersebut merupakan refleksi kebijakan Mursi yang tidak hanya berniat memperkuat kepemimpinan sipil melalui upayanya menyingkirkan pengaruh militer dalam

Menyingkirkan Militer Meskipun SCAF baru memegang tampuk kekuasaan selama

16 bulan sejak kejatuhan Mubarak, tetapi sesungguhnya militer telah memegang kendali Mesir sejak republik ini dideklarasikan pada 18 Juni 1953. Sepanjang sejarahnya, seluruh presiden Mesir sebelum Mursi adalah perwira militer. Peralihan dari satu presiden ke presiden lain sangat ditentukan oleh keputusan politik militer.

Militer Mesir selalu memiliki tradisi berkuasa. Ketika kini kekuasaannya tergerogoti oleh terpilihnya kandidat IM sebagai presiden, militer seolah kebakaran jenggot. Pembubaran parlemen hasil pemilu legislatif yang dimenangkan kubu Islam dua hari sebelum pemilu presiden putaran kedua dapat dikatakan sebagai upaya menggoyang kekuasaan Mursi. Militer tidak ingin kubu Islam mendominasi kekuasaan legislatif sekaligus eksekutif.

Militer sepertinya tidak mempercayai IM sepenuhnya. Ada kekhawatiran, IM akan menggiring Mesir menjadi negara Islam. Kekhawatiran itu sangat beralasan karena IM memang dikenal sebagai gerakan Islam yang bercita-cita mewujudkan masyarakat Islami. Pengaruh organisasi yang didirikan Hasan al Banna ini sangat mengakar kuat di kalangan masyarakat melalui agenda pemberdayaan masyarakat yang dijalankan secara masif dan intensif. Tak heran apabila mereka mampu menjadi gerakan oposisi efektif yang mengancam rezim penguasa. Menyadari ancaman yang muncul, sejak 1960-an penguasa militer Mesir menyatakan IM sebagai organisasi terlarang. Ancaman itu Militer sepertinya tidak mempercayai IM sepenuhnya. Ada kekhawatiran, IM akan menggiring Mesir menjadi negara Islam. Kekhawatiran itu sangat beralasan karena IM memang dikenal sebagai gerakan Islam yang bercita-cita mewujudkan masyarakat Islami. Pengaruh organisasi yang didirikan Hasan al Banna ini sangat mengakar kuat di kalangan masyarakat melalui agenda pemberdayaan masyarakat yang dijalankan secara masif dan intensif. Tak heran apabila mereka mampu menjadi gerakan oposisi efektif yang mengancam rezim penguasa. Menyadari ancaman yang muncul, sejak 1960-an penguasa militer Mesir menyatakan IM sebagai organisasi terlarang. Ancaman itu

Kesediaan SCAF menerima Mursi sebagai presiden sesungguhnya sekadar keinginan untuk tidak melawan kehendak rakyat. SCAF tidak ingin berhadapan langsung dengan mayoritas rakyat yang menginginkan perubahan sehingga memunculkan kesan bahwa militer berada di belakang rakyat. Karena itu, untuk mendelegitimasi Mursi, SCAF memutuskan seperangkat kebijakan yang mengurangi kekuasaan Mursi.

Salah satu kebijakan itu adalah adanya undang-undang yang menyatakan bahwa SCAF memiliki kekuasaan mutlak dalam menyusun pemerintahan, kabinet, kebijakan, hubungan internasional, dan darurat militer. Berdasarkan aturan ini, kekuasaan Mesir akan tetap dikontrol oleh SCAF. Dalam kondisi demikian, sangat sulit bagi Mursi untuk menjalankan pemerintahan secara independen tanpa intervensi militer.

Melawan Israel Dalam beberapa kesempatan, Mursi mengutarakan

keinginannya untuk meninjau kembali Perjanjian Camp David pada 1978. Melalui perjanjian itu, Mesir yang semula bergabung dengan negara-negara Arab lainnya dalam Perang Arab-Israel (1973) memutuskan untuk berdamai dengan Israel setelah mendapatkan konsesi pengembalian Semenanjung Sinai. Langkah Mesir waktu itu ditentang banyak negara Arab, termasuk Iran yang menanggapinya dengan memutuskan hubungan diplomatik pada 1980.

Sejak saat itu, hubungan Mesir-Israel semakin membaik, sebaliknya hubungan Mesir-Iran kian memburuk. Di tangan Mursi, ada kemungkinan yang terjadi adalah Mesir beraliansi dengan Iran untuk melawan Israel. Bagi IM yang secara konsisten mendukung perjuangan Palestina, aliansi ini sangat Sejak saat itu, hubungan Mesir-Israel semakin membaik, sebaliknya hubungan Mesir-Iran kian memburuk. Di tangan Mursi, ada kemungkinan yang terjadi adalah Mesir beraliansi dengan Iran untuk melawan Israel. Bagi IM yang secara konsisten mendukung perjuangan Palestina, aliansi ini sangat

Dalam pidato inaugurasinya, Mursi dengan sangat tegas mengungkapkan dukungannya terhadap rakyat Palestina dengan menyatakan: “We will support the Palestinian people until they regain all their legitimate rights” (BBC, 30/6/2012). Kebijakan

Mursi ini sangat berbeda dengan Mubarak yang cenderung pro- AS dan Israel. Mesir baru di tangan Mursi adalah Mesir yang berpihak ke Palestina sehingga berpotensi mengancam Israel. Sulit membayangkan gerakan Islam semacam IM bersedia duduk satu meja dengan negara yang dianggap telah menindas umat Islam di Palestina.

Dalam kondisi demikian, AS pasti tidak tinggal diam jika kepentingan strategisnya dan sekutu abadinya di Timur Tengah terancam. Meskipun pemerintahan Barack Obama telah menerima dan mengucapkan selamat atas dilantiknya Mursi sebagai presiden, tetapi itu hanyalah bagian awal dari strategi AS untuk mengintervensi Mesir. Ke depan, Paman Sam sangat mungkin menekan Mursi untuk mengamankan kepentingannya di Timur Tengah. Jalan terjal tampaknya harus dilalui Mursi untuk membawa Mesir sebagai penguasa kawasan. 

1 Juli 2012