Blok Tenaga Kerja Blok Indeks Pembangunan Manusia

73 Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 16. Konstribusi Pajak Daerah Tertinggi dan Terendah dalam Pendapatan Asli Daerah di 21 Provinsi Tahun 2004-2008 Berdasarkan gambaran kondisi pajak daerah, maka rata-rata pajak daerah per provinsi dari tahun 2004 sampai 2009 adalah Rp. 2 414 563 350 000. Hal ini menunjukkan adanya varian penarikan pajak antar daerah di Indonesia, sekaligus memberikan gambaran varian potensi perekonomian daerah dalam bentuk Produk Domestik Regional Bruto PDRB di masing-masing daerah.

5.1.2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum DAU merupakan dana transfer pusat kepada provinsi dan kabupatenkota yang akan menjadi pos pendapatan dalam APBD masing- masing. Gambar 17 menunjukkan perkembangan DAU di 21 provinsi. Pada tahun 2005 sebesar Rp. 42 775 102 880 000 adalah sedikit menurun dari tahun 2004 sebesar Rp. 39 717 608 680 000, tetapi naik secara terus menerus menjadi sebesar Rp. 59 105 014 65 000 pada tahun 2006, sebesar Rp. 61 713 805 360 000 pada tahun 2007, dan sebesar Rp. 65 595 309 920 000 pada tahun 2008. 74 Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 17. Dana Alokasi Umum di 21 Provinsi Tahun 2004 -2008 Adapun keragaan tentang perkembangan dana alokasi umum yang tertinggi dan terendah di 21 provinsi penelitian antara tahun 2004 sampai tahun 2008, dikombinasi dengan pendapatan asli daerah dan bagi hasil pajak dan bukan pajak BHPBP pada tahun bersamaan, dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini. Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 18. Dana Alokasi Umum Tertinggi dan Terendah Dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004-2008 75 Provinsi penerima dana alokasi umum yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga tertinggi adalah Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 38 944 969 320 000, Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 34 531 560 220 000, dan Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 20 028 031 880 000. Sementara provinsi penerima dana alokasi umum yang menduduki peringkat ke 19, 20, dan 21 adalah Provinsi Kalimantan Timur sebesar Rp. 4 953 886 560 000, Provinsi Bengkulu sebesar Rp. 4 749 808 540 000, dan Provinsi Riau sebesar Rp. 4 505 596 300 000. Provinsi Kalimantan Timur dan Riau dikenal sebagai penghasil pendapatan yang berasal dari eksploitasi sumberdaya alam, ternyata termasuk sebagai provinsi yang menerima dana alokasi umum terendah. Rendahnya dana alokasi umum Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Riau dikonpensasi dengan alokasi anggaran bagi hasil pajak dan bukan pajak yang cukup besar. Hal ini mengkonfirmasi fungsi dana alokasi umum sebagai dana transfer keuangan pusat ke daerah untuk pemerataan pembangunan, sementara fungsi bagi hasil pajak dan bukan pajak adalah untuk peningkatan pendapatan daerah penghasil pajak dan bukan pajak, terutama bagi hasil pajak dan bukan pajak dari sumberdaya alam. 5.2. Blok Belanja Daerah 5.2.1. Belanja Sektor Pendidikan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengamanatkan bahwa belanja sektor pendidikan BSP minimal mencapai 20 persen dari total anggaran belanja Pemerintah, namun secara faktual tidak seluruh provinsi melaksanakannya. Tabel 5 menunjukan 3 provinsi dengan alokasi belanja sektor pendidikan tertinggi yaitu Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp. 22 702 206 270 000 37.32 persen, Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 19 662 153 790 000 29.85 persen, dan Provinsi 76 Sumatera Utara sebesar Rp. 9 055 098 480 000 26.79 persen. Sementara 3 provinsi dengan belanja sektor pendidikan terendah berurutan hingga yang paling rendah adalah Provinsi Papua sebesar Rp. 2 322 395 450 000 10.45 persen, Provinsi Maluku sebesar Rp. 1 637 366 450 000 16,50 persen, dan Provinsi Bengkulu sebesar Rp. 1 383 752 110 000 19.26 persen. Tabel 5. Provinsi dengan Anggaran Belanja Sektor Pendidikan Tertinggi dan Terendah Tahun 2004-2008 Urutan Provinsi Total Belanja Pemerintah Belanja Sektor Pendidikan Persentase 1. Jawa Tengah 60 832 137.10 22 702 206.27 37.32 2. Jawa Barat 65 870 073.16 19 662 153.79 29.85 3. Sumatra Utara 33 805 583.26 9 055 098.48 26.79 19. Papua 22 213 721.49 2 322 395.45 10.45 20. Maluku 9 921 646.01 1 637 366.45 16.50 21. Bengkulu 7 185 077.64 1 383 752.11 19.26 Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Belanja sektor pendidikan pada 21 provinsi tersebut selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mencapai Rp. 120 720 893 150 000, atau dibandingkan dengan seluruh belanja Pemerintah di 21 provinsi tersebut pada kurun waktu yang sama sebesar Rp. 485 998 332 890 000, maka belanja sektor pendidikan mencapai 24.83 persen dari total anggaran, atau sudah melebihi amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Perbandingan alokasi belanja sektor pendidikan dengan total belanja Pemerintah pada tahun 2004 sampai tahun 2008 di 21 provinsi penelitian ditunjukkan pada Gambar 19. Terlihat kecendrungan belanja sektor pendidikan dan total belanja Pemerintah menunjukan arah yang sama-sama mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 belanja sektor pendidikan Rp. 19 872 632 000 000 atau 25.42 persen dari total belanja Pemerintah sebesar Rp. 78 164 805 430 000, 77 namun sedikit turun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 19 478 774 910 000 25.74 persen, kemudian meningkat cukup tajam berturut turut pada tahun 2006 sebesar Rp. 24 212 947 860 000 atau 24.84 persen, lalu meningkat menjadi sebesar Rp. 28 805 676 270 000 atau 23.72 persen pada tahun 2007, lalu pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi sebesar Rp. 33 120 799 180 000 atau 25.60 persen. Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 19. Perbandingan Alokasi Belanja Sektor Pendidikan dan Belanja Pemerintah di 21 Provinsi Penelitian Tahun 2004-2008 Kenaikan belanja sektor pendidikan selama 5 tahun, dari semula pada tahun 2004 sebesar Rp. 19 872 632 000 000 menjadi Rp. 33 120 799 180 000 pada tahun 2008. Kondisi ini memberikan gambaran jika selama 5 tahun, capaian belanja sektor pendidikan mencapai sekitar 40 persen, atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 8 persen per tahun.