Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
23
Indeks pembangunan manusia sebagai pengukur kinerja pembangunan manusia memang belum terlampau sempurna, karena tidak mengukur semua
indikator pembangunan manusia disebabkan tidak seluruhnya dapat dikuantitatifkan. Kelemahan lainnya dari indeks pembangunan manusia beserta
komponen pembentuknya Angka Harapan HidupAHH, Angka Melek Huruf AMH, Rata-rata Lama SekolahRLS, dan pendapatan per kapita adalah belum
dijadikan sebagai variabel endogen dari suatu persamaan simultan, sehingga tidak diketahui hubungan ekonomi antar variabel dan tidak dapat disimulasikan
bagaimana cara pencapaiannya. Namun secara faktual indeks pembangunan manusia setidaknya diakui dan diadopsi secara luas oleh negara-negara anggota
PBB, termasuk Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik 2008, indeks pembangunan manusia adalah
nilai tunggal yang terangkum untuk mempresentasikan 3 dimensi pembangunan manusia, yaitu: 1 dimensi umur panjang dan sehat dipresentasikan oleh indikator
angka harapan hidup, dan 2 dimensi pengetahuan dipresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, serta 3 dimensi kehidupan layak
dipesentasikan oleh indikator kemampuan daya beli. Berdasarkan katalog BPS nomor 4102022 mengenai indeks pembangunan
manusia tahun 2006-2007 menjelaskan tentang angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan standar hidup layak sebagai komponen untuk menghitung indeks
pembangunan manusia di Indonesia. Terdapat perbedaan cara perhitungan IPM oleh BPS dibandingkan cara perhitungan UNDP, yaitu terletak pada perhitungan
indeks standar hidup layak. BPS menggunakan daya beli sementara UNDP menggunakan pendapatan per kapita purchasing power pariety sebagai basis
24
perhitungan indeks hidup layak. Adapun basis menghitung indeks pendidikan dan indeks kesehatan tidak ada perbedaan antara BPS dengan UNDP BPS, 2008,
Anand et al, 2000 dan Nayak, 2005. Menurut UNDP 2009 bahwa capaian indeks pembangunan manusia
Indonesia dan 181 negara lainnya memiliki kecendrungan yang meningkat dari tahun 1980 sampai tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kinerja pembangunan manusia secara simultan di seluruh dunia. Peradaban manusia semakin tinggi yang ditandai dengan semakin
tingginya teknologi di segala bidang. Manusia semakin kreatif, inovatif, dan produktif. Berikut adalah kecendrungan indeks pembangunan manusia Indonesia
tahun 1980-2007 yang diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1 sebagaimana Gambar 4.
Sumber: United Nations Development Programme, 2009.
Gambar 4.
Kecendrungan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 1980-2007
25
Indeks pembangunan manusia meningkat sebagai hasil dari peningkatan nilai dari kombinasi indikator pembentuknya, yaitu angka harapan hidup, angka
melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan daya beli. Sementara kinerja angka harapan hidup meningkat karena semakin baiknya indikator kesehatan, seperti
menurunnya kekurangan gizi, menurunnya kematian bayi, dan menurunnya kematian ibu melahirkan. Dengan kata lain dapat dipastikan bahwa indikator-
indikator di atas mempunyai keterkaitan satu sama lain dan menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan indeks pembangunan manusia. Untuk
keperluan penelitian ini, perhatian utama ditujukan pada indikator-indikator pembentuk indeks pembangunan manusia yang menjadi tujuan MDGs, kemudian
dianalisis keterkaitannya dengan indikator ekonomi makro Indonesia.