Metode Pendugaan Model Validasi Model

77 namun sedikit turun pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp. 19 478 774 910 000 25.74 persen, kemudian meningkat cukup tajam berturut turut pada tahun 2006 sebesar Rp. 24 212 947 860 000 atau 24.84 persen, lalu meningkat menjadi sebesar Rp. 28 805 676 270 000 atau 23.72 persen pada tahun 2007, lalu pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi sebesar Rp. 33 120 799 180 000 atau 25.60 persen. Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 19. Perbandingan Alokasi Belanja Sektor Pendidikan dan Belanja Pemerintah di 21 Provinsi Penelitian Tahun 2004-2008 Kenaikan belanja sektor pendidikan selama 5 tahun, dari semula pada tahun 2004 sebesar Rp. 19 872 632 000 000 menjadi Rp. 33 120 799 180 000 pada tahun 2008. Kondisi ini memberikan gambaran jika selama 5 tahun, capaian belanja sektor pendidikan mencapai sekitar 40 persen, atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 8 persen per tahun. 78

5.2.2. Belanja Sektor Kesehatan

Alokasi belanja sektor kesehatan BSK tidak sebesar belanja sektor pendidikan, rata-rata belanja sektor kesehatan hanya mencapai sepertiga dari belanja sektor pendidikan. Tabel 6 menunjukkan perbandingan antara belanja sektor kesehatan dengan total belanja Pemerintah selama 5 tahun, dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Tabel 6. Perbandingan Belanja Sektor Kesehatan dengan Total Belanja Pemerintah di 21 Provinsi Tahun 2004-2008 Tahun Total Belanja Pemerintah Belanja Sektor Kesehatan Persentase 2004 78 164 805.43 6 444 414.05 8.24 2005 75 752 734.03 6 256 084.00 8.26 2006 97 469 289.86 7 980 088.53 8.19 2007 121 422 193.75 9 895 349.95 8.15 2008 129 417 820.02 10 683 451.63 8.26 Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 Diolah Provinsi dengan belanja sektor kesehatan tertinggi dan terendah disajikan pada Gambar 20. Sumber: DJPK, Kementerian Keuangan, 2011 diolah. Gambar 20. Belanja Sektor Kesehatan Tertinggi dan Terendah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2004-2008 79 Nampak bahwa Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan belanja sektor kesehatan tertinggi sebesar Rp. 5 914 113 390 000 9.72 persen dari total belanja Pemerintah sebanyak Rp. 60 832 137 100 000, Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 5 253 724 530 000 7.98 persen, dan Provinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 3 057 588 880 000 9.04 persen. Provinsi dengan belanja sektor kesehatan rendah hingga terendah adalah Provinsi Jambi sebesar Rp. 745 810 820 000 7.73 persen, Provinsi Bengkulu Rp. 741 320 640 000 10.32 persen, serta Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp. 630 680 890 000 6.67 persen. Provinsi Bengkulu menunjukan perhatian yang tinggi terhadap sektor kesehatan meskipun belanja sektor kesehatannya secara nominal berada pada posisi terendah kedua, tetapi dari sisi persentasi justru tertinggi, bahkan mengalahkan provinsi-provinsi yang menduduki urutan tertinggi secara nominal.

5.3. Blok Permintaan Agregat

Variabel endogen dalam blok ini terdiri atas pengeluaran konsumsi rumah tangga PKRT dan investasi atau pembentukan modal tetap bruto PMTB. Adapun komponen belanja konsumsi Pemerintah PKP dan net ekspor NX dijadikan variabel eksogen penelitian ini. Penjumlahan dari 4 variabel tersebut disebut dengan produk domestik regional bruto dari sisi pengeluaran PDRBEXP. Gambar 21 berikut menyajikan proporsi komponen PDRBEXP pada 21 provinsi penelitian. Proporsi komponen PKRT mencapai Rp. 2 795 287 616.52 juta 53 persen PDRBEXP. Komponen lainnya yaitu PKP Rp. 515 312 645.19 juta 10 persen. Sementara PMTB sebesar Rp. 967 608 994.33 juta 18 persen, dan net ekspor NX sebesar Rp. 1 021 194 519.70 juta 19 persen.