Pihak yang terlibat dalam Evaluasi Program Pendidikan

16 b. Guru Guru adalah tenaga professional yang paling nyata mempunyai peran dalam evaluasi. Hal ini dikarenakan guru sebagai perencana, pelaksana, dan evaluator kurikulum bagi kelas. Guru sebagai perencana pengajaran artinya bahwa guru membuat perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai pengelola pengajaran artinya guru mampu untuk menciptakan situasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Guru sebagai evaluator artinya bahwa guru melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah dilakukan selama proses belajar mengajar untuk mengetahui apakan tujuan sudah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. c. Komite Sekolah Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Dalam evaluasi, komite sekolah mempunyai peran sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, pendukung di bidang keuangan dan tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntanbilitas penyelenggaraan, serta mediator antara pemerintah dengan masyarakat. 17 d. Para Ahli Kurikulum Para ahli kurikulum bisa berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota. Para ahli kurikulum tersebut adalah badan yang membuat kebijakan suatu program dan bisa dijadikan sebagai pelaksana evaluasi dari kebijakan yang telah dibuat. 5. Model Evaluasi Program Pendidikan Dalam melakukan evaluasi program ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevalausi suatu program yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian program yang telah dibuat dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa model yang bisa dilakukan yaitu Arikunto Jabar, 2014. a. Goal Oriented Evaluation Model Model ini kembangkan oleh Tyler. Objek pengamatan evaluasi pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui sejauh mana tujan terlaksana. b. Goal Free Evaluation Model Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Pada model ini, evaluator tidak perlu memperhatikan tujuan program tetapi yang perlu 18 diperhatikan adalah kerja program dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan program. c. Formatif and Sumatif Evaluation Model Model ini dikembangkan oleh Michael Scriven. Model ini berfokus pada tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan disebut evaluasi formatif dan ketika program sudah selesai dilakukan disebut evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung dan hambatan yang dialami selama melaksanakan program. Dari hambatan yang diketahui dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian tujuan program. Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan ketika program sudah berakhir dengan tujuan untuk mengukur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi pembelajaran berfungsi sebagai sarana untuk mengetahui kedudukan individu dalam kelompok. d. Contex Input Process Product CIPP Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP adalah salah satu model yang cukup memadai. CIPP merupakan akronim dari 19 context evaluation, input evaluation, process evaluation, dan product evaluation. Evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang yang dilayani, dan tujuan proyek. Evaluasi masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan. Evaluasi proses mengarah pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana. Evaluasi proses menunjuk pada kegiatan apa yang dilakukan, orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab, dan waktu berakhirnya kegiatan. Evaluasi produk adalah perubahan yang terjadi setelah program dilakukan dan merupakan tahap akhir dalam evaluasi program. e. Couintenance Model Model ini dikembangkan oleh Stake. Model ini menekankan pada description dan judgement yang membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu, antecedent context, transaction process, dan outcomes. Pada model ini evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Dalam model ini masukan, proses, dan hasil tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi dibandingkan dengan standar yang mutlak untuk menilai manfaat program. 20 f. Discrepancy Model Model kesenjangan yang dikenal sebagai evaluasi kesenjangan program. Kesenjangan program adalah keadaan yang diharapkan dalam rencana dan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan. Standar adalah kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan hasil yang efektif. Langkah-langkah dalam Evaluasi Kesenjangan. 1 Tahap penyusunan desain yang dilakukan adalah. a Merumuskan tujuan program. b Menyiapkan murid, staf dan kelengkapan lain. c Merumuskan standar dalam bentuk rumusan yang menunjuk pada suatu yang dapat diukur. 2 Tahap penetapan dan kelengkapan program untuk melihat kelengkapan yang tersedia sesuai dengan yang diperlukan. 3 Tahap proses diadakan evaluasi untuk melihat tujuan-tujuan yang telah dicapai. 4 Tahap pengukuran tujuan adalah tahap mengadakan analisis data dan menetapkan tingkat output yang diperoleh. 5 Tahap pembandingan adalah tahap membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 21

B. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap untuk menghadapi masa depan. Kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi masa depan yang bertujuan untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

2. Tujuan Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia yang diharapkan memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia.

3. Konsep Pembelajaran Kurikulum 2013

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah, pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama 22 semakin meningkat dalam sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Keluarga merupakan tempat pertama bersemainya bibit sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh sekolah. Sekolah merupakan tempat kedua pendidikan peserta didik yang dilakukan melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung dengan mata pelajaran, misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival seni, bazar, dan olahraga. Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang jenisnya beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan antara satu sama lain, misalnya media massa, bisnis dan industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga keagamaan. Untuk itu para tokoh masyarakat tersebut semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam memainkan perannya untuk mendukung proses pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan

Dokumen yang terkait

SKRIPSIKEBUTUHAN SISWI SMA STELLA DUCE 1 KEBUTUHAN SISWI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA MEMBACA MEDIA MASSA CETAK TENTANG KOREAN POP (Studi Deskriptif Kuantitatif Kebutuhan Membaca Media Massa Cetak tentang Korean Pop pada Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta

0 2 16

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK (SCIENTIFIC APPROACH) DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI Implementasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Ips Di Sma Negeri 3 Pati Tahun Ajara

0 2 15

Artikel Publikasi: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Implementasi Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X Ips Di Sma Negeri 3 Pati Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 12

Evaluasi implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Kutowinangun.

0 10 172

Peningkatan partisipasi, motivasi, dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi : studi kasus siswa kelas XC SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

0 2 243

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 10

MINAT SISWI TERHADAP PEMBELAJARAN ANSAMBEL STRING DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.

0 0 78

dari sma stella duce bantul paket 1

0 0 1

dari sma stella duce 2 paket 1

0 0 5

PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB DI MADRASAH

0 0 20