b. Suhu dan Salinitas Pada pengukuran parameter suhu perairan dan salinitas dilakukan dengan
menggunakan alat Thermometer dan Hand-refraktometer dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut.
c. Arus Kecepatan arus diukur dengan menggunakan floater drudge pada setiap
lokasi pengamatan, arah arus ditentukan dengan menggunakan kompas, yakni menentukan posisi titik awal pelepasan Floater drauge sampai pada posisi
terakhirnya terakhirnya. Waktu yang ditempuh Floater drauge sampai talinya menegang kemudian dicatat untuk perhitungan kecepatan arus.
d. Oksigen terlarut dan pH Pada pengukuran parameter oksigen terlarut DO dan pH dilakukan dengan
menggunakan alat DO meter dan pH meter dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh instrumen tersebut
3.3.2.2 Kondisi Terumbu Karang
Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercept Transect
LIT untuk melihat persentase penutupan karang. Transek atau ditempatkan sejajar dengan garis pantai pada setiap stasiun pengamatan dengan
panjang 50 meter, pengamatan dilakukan sepanjang 30 meter dengan 3 tiga kali ulangan dalam 1 satu transek yaitu masing-masing pada jarak 0-10 meter, 20-30
meter dan 40-50 meter dengan interval antar ulangan 10 sepuluh meter. Pengamatan dilakukan dengan mencatat bentuk pertumbuhan karang dan substrat
yang berada di bawah garis transek dengan ketelitiaan dalam ukuran centimeter Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill Wilkinson 2004. Kategori
bentik yang diamati dalam penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Bentik kategori dalam pengambilan data kondisi terumbu karang
BENTUK DESKRIPSI
ACB Acropora bentuk koloni bercabang
ACT Acropora bentuk koloni mendatar meja
ACS Acropora bentuk koloni sub massive
ACE Acropora bentuk koloni merayap
ACD Acropora bentuk koloni menjari
CM Non Acropora dengan bentuk koloni Massive
CS Non Acropora dengan bentuk koloni Sub Massive
CF Non Acropora dengan bentuk koloni lembaran
CE Non Acropora dengan bentuk koloni merayap
CB Non Acropora dengan bentuk koloni bercabang
AA Pertumbuhan makro algae yang mengelompok
CA Algae berkapur
CHL Karang genus Heliopora
CME Karang genus Millepora
CMR Karang dari famili Fungiidae
DC Karang baru mati bleaching
DCA Karang mati sudah ditumbuhi algae tapi masih kelihatan bentuk koloninya
HA Makroalgae dari genus Hallimeda
MA Makroalgae
OT Biota-biota yang berassosiasi dengan terumbu karang
R Patahan karang mati, masih terpisah dan belum ditumbuhi coraline algae
RCK Batuan beku atau cadas
S Pasir
SC Soft Coral
SI Pasir haluslumpur
SP Sponge
TA Makroalgae berbentuk filamen
ZO Biota Zooanthid
Sumber: English et al. 1997; Coremap II-LIPI 2007
3.3.2.3 Ikan Karang
Pengambilan data ikan karang menggunakan metode Underwater Fish Visual Census
UVC dengan melakukan pencatatan jumlah ikan yang nampak dalam daerah transek sabuk, dimana posisi dan panjang transek ini sama dengan
posisi LIT. Sensus dilakukan dengan radius pandang 5 lima meter di atas jalur
transek yang telah di pasang 2.5 m sebelah kiri dan 2.5 m sebelah kanan garis transek sehingga luas bidang yang teramati pada setiap transeknya adalah 5 x
50m = 250 m
2
a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat
Coremap II-LIPI 2007; English et al. 1997; Hill Wilkinson 2004. Ikan karang yang diamati dibagi kedalam 3 tiga kelompok:
pemijahan dan sarangdaerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili famili Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae,
Haemulidae dan Acanthuridae;
b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis-jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut.
Ikan-ikan indikator diwakili famili Chaetodontidae, Pomachantidae, Zanclidae,
dan beberapa spesies dari famili Acanthuridae, Scorpaenidae, Balistidae
dan Scaridae; c.
Ikan-ikan major, merupakan jenis-jenis ikan berukuran kecil, 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan
hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini
sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili famili Pomacentridae, Apogonidae, Labridae,
dan Blenniidae. Metode LIT dan UVC seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 3 Metode LIT dan UVC.
3.3.2.4 Kondisi Sosial Masyarakat
Pengambilan data sosial dilakukan pada ketiga desa yang ada di Pulau Pasi, pemilihan responden dilakukan secara sengaja purposive sampling yaitu dengan
memilih masyarakat yang terdiri dari dari nelayan, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah yang ditemui dilapangan. Pengumpulan data melalui wawancara
dengan responden interview dan pengamatan lapangan observasi dengan menggunakan kuisioner.
Pengumpulan data persepsi masyarakat tentang keberadaan KKLD dan rencana zonasinya juga dibutuhkan sebagai data tambahan yang dapat mendukung
dalam penetapan Pulau Pasi sebagai KKLD di Kabupaten Selayar. Responden 50 m
5 m
juga diberikan kesempatan untuk menilai dan memberi masukan pada rancangan zonasi multiguna KKLD Pulau Pasi berdasarkan kepentingan dan kebutuhan
mereka serta memetakan daerah yang biasanya dijadikan sebagai lokasi penangkapan.
Selain itu juga dibutuhkan informasi seluruh stakeholder masyarakat, nelayan, pemerintah daerah tentang kegiatan apa saja yang ingin atau dapat
dilakukan didalam KKLD. Hal ini tentunya diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam model pengelolaan KKLD di Pulau Pasi.
3.3.2.5 Data Sekunder
Data sekunder bersumber dari data dan informasi yang relevan dengan penelitian, yang diinventarisir dari berbagai sumber yaitu dari berbagai
lembagainstansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, COREMAP II Selayar, Badan Pusat Statistik.
3.4 Batas dan Zonasi KKLD
Penentuan batas dan zonasi multiguna Kawasan Konservasi Laut Daerah akan mempermudah pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan monitoring
terhadap ekosistem di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tahapan pembuatan peta zonasi dan batas KKLD disajikan dibawah ini:
Gambar 4 Bagan tahapan pembuatan peta zonasi KKLD.
Data dan Informasi
Awal Peta
Awal Konsultasi
Publik Survey
Lapangan Proses
Overlay
Peta Batas dan Zonasi
Multiguna KKLD
3.4.1 Penentuan Rancangan Sementara
Penentuan rancangan awal zona inti ini dilakukan sebelum kegiatan survey berdasarkan informasi dan data sekunder yang telah ada. Dengan ditetapkannya
rancangan zona inti akan memudahkan untuk melakukan kegiatan tahap selanjutnya. Rancangan awal ini kemudian akan ditawarkan ke stakeholder.
3.4.2 Konsultasi Publik
Setelah penyusunan peta rancangan sementara zona inti KKLD, kemudian dilakukan konsultasi publik dengan mengumpulkan informasi tentang persepsi
stakeholder terhadap rancangan awal yang ditawarkan. Data ini juga dikompilasi dengan data hasil wawancara tentang kondisi sosial masyarakat setempat dan data
biofisik hasil survey.
3.4.3 Pembuatan Peta KKLD
Data-data tersebut diatas kemudian dianalisis dan dilakukan tahapan interpretasi dari setiap komponen data tersebut, yaitu: 1 pembobotan dan
skoring, 2 overlay, dan 3 pembuatan peta batas dan zonasi muiltiguna kawasan konservasi laut. Berikut adalah contoh penyajian batas KKLD:
Tabel 3 Contoh batas kawasan konservasi laut daerah
No Titik Sistem Koordinat
Bujur Timur BT Lintang Selatan LS
1 2
3 n
…… ……
…… ……
…… ……
…… ……
3.5 Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.
3.5.1 Data Biofisik
Analisa data biologi English et al. 1997; COREMAP II-LIPI 2007; CRITC- LIPI 2006:
a. Untuk menghitung persentase tutupan karang pada lokasi peneliian pada setiap stasiun pengamatan dihitung dengan rumus: