Tantangan Threat
1. Zona inti selatan lokasinya jauh dari pemukiman masyarakat. Stasiun 3, 4 dan 5 yang sesuai untuk zona inti berada di sebelah Selatan Pulau
Pasi memiliki jarak jauh dari pemukiman. 2. Lokasi KJA yang telah ada berdekatan dengan dermaga Desa Bontolebang.
KJA yang telah ada dan dikembangkan oleh masyarakat lokal berada dekat dengan dermaga Desa Bontolebang.
3. Daerah mangrove merupakan lokasi penangkapan ikan masyarakat lokal. Mangrove dijadikan oleh masyarakat lokal sebagai lokasi penangkapan
kepiting dan ikan dengan menggunakan sero. 4. Sisi Timur pulau adalah jalur pelayaran tradisional masyarakat Selayar.
Sisi Timur Pulau ciutan Padang merupakan jalur utama transportasi tradisional masyarakat lokal di Kabupaten Kepulauan Selayar .
4.6.3 Perumusan Strategi Zonasi KKLD Pulau Pasi
Analisis selanjutnya adalah memadukan faktor-faktor internal dan eksternal dalam matriks SWOT untuk mendapatkan formulasi strategi-strategi desain zonasi
KKLD Pulau Pasi. Penyusunan matriks strategi zonasi dibagi kedalam 4 formula strategi, yaitu: gabungan kekuatan-peluang Strategi S-O, kelemahan-peluang
W-O, kekuatan-tantangan S-T dan kelemahan-tantangan W-T. Dari hasil kombinasi untuk masing-masing unsur SWOT tersebut kemudian didapatkan
strategi penyusunan zonasi KKLD Pulau Pasi, sebagai berikut: 1. Menjadikan sisi Barat Daya pulau stasiun 3, 4, 5 dan 9 pengamatan karang
sebagai zona inti KKLD. 2. Menjadikan DPL sebagai bagian dari zona inti KKLD.
3. Mengakomodir kepentingan nelayan dengan tidak memasukkan keseluruhan stasiun 3 dan 5 pengamatan karang sebagai bagian dari zona inti.
4. Menjadikan bagian Utara dan Timur pulau sebagai zona budidaya ramah lingkungan.
5. Lokasi KJA sebaiknya memperhatikan jalur pelayaran dan transportasi masyarakat lokal.
6. Menjadikan sisi Barat Laut pulau stasiun7, 8, 9, dan 10 pengamatan karang sebagai zona wisata bahari.
7. Tidak memasukkan stasiun 1, 2 dan 6 pengamatan karang sebagai bagian dari zona wisata bahari.
8. Penempatan zona dan batas KKLD memperhatikan jalur pelayaran masyarakat lokal khususnya di sisi Timur pulau.
9. Pemanfaatan daerah mangrove secara berkelanjutan tanpa merusak mangrove yang ada.
10. Zona budidaya di sisi Timur pulau perlu mendapat penanganan khususrumah jaga dan jalur pelayaran.
11. Meningkatkan pengawasan berbasis masyarakat dengan melibatkan nelayan yang menangkap ikan disekitar zona inti.
4.7 Pemetaan Zonasi Multiguna
Berdasarkan hasil overlay penumpangsusunan semua parameter untuk masing-masing kriteria kesesuaian zona inti, zona perikanan berkelanjutan zona
budidaya, zona pemanfaatan terbatas zona wisata bahari maka dihasilkan peta tematik kesesuaian untuk lokasi penelitian di perairan Pulau Pasi. Overlay
dilakukan berdasarkan data bioekologi dengan parameter prioritas kondisi terumbu karang bagi zona inti dan zona wisata bahari, sedangkan untuk zona
budidaya memprioritaskan kualitas perairan dan kedalaman perairan. Hasil dari keseluruhan peta tematik untuk masing-masing zona kemudian
dilakukan overlay lagi dengan memperhatikan hasil analisis SWOT sehingga didapatkan peta zonasi KKLD yang terdiri atas zona-zona pengelolaan dan batas
masing-masing zona tabel 16 dan gambar 14. Shanks et al. 2003 berpendapat bahwa kawasan konservasi laut selayaknya memiliki ukuran diameter 4-6 km
sehingga cukup besar untuk menampung penyebaran larva dalam jarak yang pendek.
Batas KKLD ditetapkan dengan mempertimbangkan daerah penangkapan ikan nelayan lokal sehingga didapatkan batas buffer 500 meter dari rataan terumbu
karang yang ada sebagai batas terluar KKLD Pulau Pasi. Desain kawasan
konservasi laut yang optimal harus memperhatikan luasan dan jarak yang optimal untuk memaksimalkan subsidi rekrutmen bagi daerah penangkapan serta mampu
memaksimalkan manfaat dari kawasan konsevasi tersebut Jones et al. 2007.