Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

1.2 Perumusan Masalah

Penetapan kawasan konservasi laut daerah Pulau Pasi oleh Bupati merupakan langkah bijak yang ditempuh oleh pemerintah daerah dalam upaya pelestarian sumberdaya pesisir dan laut. Penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya mampu memberikan rekomendasi tentang kelayakan perairan Pulau Pasi sebagai kawasan konservasi laut daerah namun belum ditetapkan tentang zonasi pengelolaannya. Luasan kawasan konservasi laut tergantung dari ketersediaan lahan yang ada pada suatu lokasi, yang terpenting adalah dalam wilayah tersebut dapat dibagi kedalam sistem zonasi sehingga pengelolaanya dapat lebih baik, belum ada batasan luasan secara saintifik. Ada yang berpendapat bahwa kawasan konservasi seharusnya memperhatikan integritas ekosistem yang akan dilindungi. The United Nations UN memberikan suatu contoh pendekatan sederhana tentang luasan kawasan konservasi yaiut 1 000 hektar IUCN EUROPARC 2000. Permasalah yang coba dikaji dalam penelitian ini adalah: a. Luasan KKLD yang diharapkan dapat mencakup keseluruhan dari pulau tersebut, b. Belum adanya pembagian zonasi pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Pasi. c. Keterbatasan data dan informasi aktual tentang kondisi biofisik perairan Pulau Pasi sebagai bahan peyusunan zonasi pengelolaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah: a. Mendesain zonasi multiguna kawasan konservasi laut daerah di Pulau Pasi. b. Menentukan batas kawasan konservasi laut daerah Pulau Pasi beserta petanya. 1.4 Manfaat Penelitian Data dan informasi yang didapat diharapkan akan mampu memberikan masukan bagi pengembangan KKLD Pulau Pasi baik dari potensi sumberdaya terumbu karang, luasan KKLD, maupun pembagian zonasi sehingga dapat membantu Pemerintah Daerah dalam penyusunan rencana pengelolaan dan regulasi yang dapat mendukung keberadaan KKLD Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pulau Pasi Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan, dengan batasan lingkup penelitian berupa kajian tentang penyusunan desain zonasi pengelolaan KKLD Pulau Pasi. Pengamatan dilakukan melalui survei bioekologis dan aspek sosial yang terdiri dari persentase tutupan karang, kelimpahan ikan ekonomis penting, ikan indikator, serta informasi penting lainnya dari masyarakat setempat dan pemetaan spasial zona kawasan konservasi. 1.6 Kerangka Pemikiran Kawasan Konservasi Laut Daerah sebagai salah satu model pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan diharapkan akan mampu memberi jaminan kepada masyarakat pesisir khususnya nelayan sebagai persediaan sumberdaya yang berkelanjutan. Salah satu funsgi kawasan konservasi laut adalah sebagai daerah perlindungan habitat dan spesies ikan. Dengan demikian KKL diharapkan dapat berfungsi sebagai “bank” sumber daya perikanan yang dapat mendukung peningkatan dan keberlanjutan pendapatan masyarakat, khususnya nelayan. Pulau Pasi telah di rekomendasikan untuk dijadikan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh PPTK UNHAS dan COREMAP II Selayar namun luasan KKLD tersebut dianggap masih perlu untuk ditingkatkan serta perlunya pembagian zonasi pengelolaan. Luasan kawasan konservasi laut diharapkan mencakup 20 - 30 dari total terumbu karang yang ada, hal ini dimaksudkan agar kawasan konservasi yang luas tersebut dapat memberikan proteksi atau perlindungan yang maksimal bagi banyak spesies ataupun banyak populasi dalam jumlah yang besar Jones 2007. Gambar 1 Diagram input output kegiatan penelitian. Pembentukan zonasi pengelolaan diharapkan akan dapat membantu dalam menyusun perencanaan pengelolaan kawasan konservasi beserta regulasi dan sarana pendukung dalam mengoptimalkan keberadaan KKLD tersebut. Pengembangan KKLD yang telah ada tersebut haruslah mempertimbangkan kondisi ekologi dan aspirasi dari masyarakat setempat selaku pemanfaat sumberdaya sehingga diharapkan KKLD yang terbentuk nantinya akan memberikan hasil yang optimal baik bagi ekosistem itu sendiri maupun bagi masyarakat di wilayah pesisir. OUTPUT: Peta KKLD, Zonasi Multiguna KKLD, Batas KKLD . PENGOLAHAN: Rancangan zonasi di revisi berdasarkan tambahan informasi terbaru kondisi lapangan untuk dioverlay VERIFIKASI: Rancangan zonasi sementara di cocokkan dengan kondisi lokasi, pengumpulan informasi tentang persepsi stakeholder INPUT : Data Biofisik, Data Sosial, Peta Dasar DESAIN AWAL: Data dan informasi untuk mendapatkan rancangan awal zona inti KKLD 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Perairan Pulau Pasi

Pulau Pasi termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi geografis 6 o 5’ - 6 o 13’ LS dan 120 o 23’ - 120 o Berdasarkan hasil survey PPTK UNHAS 2007, diperoleh gambaran bahwa kondisi tutupan karang hidup di Pulau Pasi sebesar 29 atau dapat dikatakan “cukup”. Pulau Pasi memiliki luas mangrove 66.62 ha, terumbu karang 408.36 ha, terumbu karang bercampur pasir 606.61 ha, padang lamun bercampur pasir 799.53 ha, hamparan pasir tergenang air laut 171.32 ha, hamparan pasir putih di pantai 58.95 ha. Terdapat dua ekosistem utama pada perairan pulau Pasi yaitu terumbu karang dan padang lamun. Tipe terumbu karang adalah terumbu tepi fringing reef dari jenis karang batu, karang lunak dan biota assosiasi lainnya. 27’ BT terletak disebelah Barat Pulau Selayar. Pulau ini berjarak ± 1 km dari Pulau Selayar dan dapat ditempuh dengan perjalanan laut selama 20-30 menit dengan menggunakan perahu motor tradisional. Pulau ini terdiri atas 3 tiga desa, yaitu Desa Bontolebang, Desa Bontoborusu dan Desa Kahu-Kahu dengan luas pulau ± 2 335 ha BPS 2009 dan panjang garis pantai ± 29.5 Km. Pada pantai sisi Selatan, Barat dan Utara Pulau Pasi terdiri dari hamparan pasir putih yang diselingi batu cadas, sedangkan pada sisi Timur pulau didominasi oleh batu cadas dengan pantai yang sempit. Pada pantai sisi Selatan, Barat, dan Utara Pulau Pasi terdiri dari hamparan pasir putih yang diselingi batu cadas. Butiran pasir putih yang teraba agak halus, merupakan hasil proses tereduksinya energi gelombang oleh hamparan reef flat rataan terumbu dan padang lamun yang berada di depan pantai. Hamparan rataan terumbu di sisi barat dan selatan cukup luas dan lebar berkisar 300-1 000 meter dari garis pantainya. Sisi selatan dan barat pulau memiliki pesona alam dengan pantai berpasir putih, yaitu pantai Jeneiya dan pantai Liangtarussu yang indah, cocok untuk dikembangkan sebagai obyek wisata bahari. Menurut Yayasan Konservasi Laut 2001, pulau-pulau di Kabupaten Kepulauan Selayar memang memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata. Jenis wisata yang ada di kecamatan kepulauan antara lain adalah wisata alam pantai, olahraga air, dan wisata budaya. Namun demikian, pengembangan kegiatan wisata bahari perlu memperhatikan karakteristik geomorfologi, dinamika perairan, kondisi ekosistem, dan pemanfaatan lokasi oleh masyarakat pesisir. Gambaran berbeda ditemukan di sisi timur pulau yang didominasi batu cadas dengan sedikit pantai dengan vegetasi mangrove. Umumnya pada pantai berbatu cadas, rataan terumbunya sempit, hanya beberapa puluh meter saja bahkan ada yang hanya 5-10 m, terutama di sisi timur pulau. Topografi reef flat di sisi barat dan selatan umumnya landai dengan derajat kemiringan antara sekitar 10 o -25 o dan disusul dengan kemiringan slope antara 25 o -50 o . Lebar rataan terumbu di kedua sisi ini berkisar 50-250 m dari garis pantai dan terdapat reef slope dangkal dengan kedalaman hanya sekitar 4-5 m. Reef flat di sisi utara berada pada kedalaman 4-5 m dengan lebar 30-100 m, yang disusul oleh reef slope yang sedikit curam dengan kedalaman sekitar 20-40 m. Di sisi timur umumnya dicirikan oleh reef flat sempit dengan reef slope yang relatif curam, kemiringan 40-70 o Berdasarkan hasil penelitian tersebut kemudian Pemerintah Dareah Kabupaten Kepaulauan Selayar menetapkan Pulau Pasi sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah melalui Surat Keputusan Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar No. 03. A Tahun 2009 yang ditetapkan di Benteng pada tanggal 5 Januari 2009. Keputusan ini yang menjadi dasar hukum keberadaan kawasan konservasi laut di Pulau Pasi. , namun dengan kedalaman hanya berkisar 10-20 m.

2.2 Ekosistem Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir sebagai wilayah peralihan memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar dan menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat nelayan yang hidup disekitarnya sebagai nelayan dan pemanfaat sumberdaya laut. Ekosistem utama di daerah pesisir adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Menurut Kaswadji 2001, tidak selalu ketiga ekosistem tersebut dijumpai, namun demikian apabila ketiganya dijumpai maka terdapat keterkaitan antara ketiganya. Masing-masing ekosistem mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Sumberdaya yang ada tersebut terdiri dari: 1 ekosistem terumbu karang, 2 ekosistem padang lamun dan 3 ekosistem mangrove.